Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, Ban Ki-Moon saat itu, menetapkan 12 Juli sebagai Hari Malala Internasional. Perayaan ini sekaligus bertepatan dengan ulang tahun aktivis muda, Malala Yousafzai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nama Malala Yousafzai dikenal sebagai aktivis pembela pendidikan global dan perempuan. Malala Yousafzai juga menjadi perempuan peraih nobel untuk perdamaian dunia termuda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dasar Penetapan Hari Malala
Disarikan dari sejumlah sumber, Malala Day dirayakan pada 12 Juli 2013 oleh PBB. Acara tersebut meminta para pemimpin dunia untuk memastikan pendidikan gratis dan wajib bagi anak-anak di seluruh dunia.
Dalam pidatonya, Malala berbicara tentang perlunya akses pendidikan perempuan di seluruh dunia. “Saudara-saudara terkasih, ingatlah satu hal. Hari Malala bukanlah hari saya. Hari ini adalah hari bagi setiap perempuan, setiap laki-laki dan perempuan, yang menyuarakan hak-hak mereka," kata buah hati pasangan Ziauddin Yousafzai dan Toor Pekai Yousafzai itu dalam pidatonya.
Berbicara tentang insiden penembakan, dia mengatakan bahwa Taliban berharap untuk membungkamnya dengan peluru. “Tapi tidak ada yang berubah dalam hidup saya kecuali ini. Kelemahan, ketakutan, dan keputusasaan mati, kekuatan, kekuatan, dan keberanian lahir” katanya yang kemudian disambut tepuk tangan meriah dari hadirin pertemuan tersebut.
Meskipun ia dan teman-temannya menerima kekerasan dari Taliban, Malala mengatakan bahwa dirinya tidak membenci Taliban. “Saya bahkan tidak membenci Thalib yang menembak saya. Bahkan jika ada pistol di tanganku dan dia berdiri di depanku, saya tidak akan menembaknya” ujar perempuan yang kini berusia 15 tahun tersebut.
“Ini adalah welas asih yang saya pelajari dari Muhammad, Yesus Kristus dan Sang Buddha. Inilah warisan perubahan yang saya warisi dari Martin Luther King, Nelson Mandela, dan Muhammad Ali Jinnah” kata dia. Menurut Malala, filosofi non-kekerasan juga dipelajarinya dari Gandhi Jee, Bacha Khan dan Bunda Teresa.
Tidak hanya itu, sifat mulianya itu juga diajarkan dari Ayah dan Ibunya. “Dan inilah pengampunan yang ia pelajari dari ibu dan ayah saya. Inilah yang jiwaku katakan padaku, jadilah damai dan cintai semua orang,” tutur pasangan dari Asser Malik tersebut. Begitulah Hari Malala bukan sekedar ulang warsa seseorang semata.
Perjuangan Malala Yousafzai
Melansir dari dnaindia.com, perempuan kelahiran Mingora, Pakistan, 12 Juli 1997 ini telah memulai bergelut di dunia pergerakan perempuan sejak usia dini melalui berbagai media.
Malala Yousafzai memulai menyuarakan kegelisahannya ketika kelompok Taliban menguasai daerah Lembah Swat dan merampas hak-haknya beserta anak-anak perempuan seusianya di desa tempat tinggalnya untuk menempuh pendidikan.
Dilansir nobelprize.org, pada 2008, Malala Yousafzai menyampaikan suaranya melalui pidato berjudul ‘Berani-beraninya Taliban mengambil hak dasar saya untuk menerima pendidikan’. Pada awal 2009, Malala mulai membuat blog secara anonim di situs berbahasa Urdu dari British Broadcasting Corporation (BBC).
Semenjak saat itu, nama Malala Yousafzai semakin dikenal oleh publik Pakistan. Bahkan, di tengah perjuangan aktivismenya, Malala Yousafzai menjadi korban penembakan dari Kelompok Taliban. Malala Yousafzai mengalami pembengkakan otak akibat tembakan peluru yang mengenai kepalanya. Kondisinya yang kritis membuatnya mendapatkan perawatan lebih lanjut di Birmingham, Inggris. Malala Yousafzai juga sempat mendapatkan operasi saraf wajah.
Pada 12 Juli 2013, aktivis Pakistan berusia 16 tahun saat itu menyampaikan pidato yang mengharukan di markas besar PBB. Malala Yousafzai menyoroti pentingnya akses pendidikan perempuan secara global dan memanggil para pemimpin dunia untuk mereformasi kebijakan mereka. Karena perjuangannya itulah, 12 Juli diperingati sebagai Hari Malala Dunia sekaligus sebagai bentuk apresiasi dan penghormatan kepada aktivis muda tersebut.
MICHELLE GABRIELA I NAOMY A. NUGRAHENI | UN.ORG | MALALA.ORG | CNBCTV