Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Horor itu menerpa di kegelapan malam, 21 Juni 1964. Segerombolan orang menyerbu Neshoba County, satu desa miskin di wilayah Mississippi, Philadelphia. Mereka menghajar penduduk dan membakar gereja. Jemaat gereja itu umumnya berkulit hitam. Tiga aktivis hak-hak sipil: Andrew Goodman, Michael Schwerner, dan James Chaney, yang kebetulan ada di sana untuk mendorong warga kulit hitam mengikuti pemilu, segera meluncur ke lokasi kerusuhan. Di sana mereka melihat bangunan gereja dilumat api hingga tinggal puing. Warga desa meriang oleh rasa takut.
Pulang dari situ, mobil tiga sekawan ini dihadang sekelompok orang. Mereka ditembak mati. Berhari-hari kemudian, jenazah ketiga aktivis ini ditemukan membusuk di sebuah dam. Para penjagalnya adalah anggota Klu Klux Klan, kelompok rasialis kulit putih yang amat membenci warga kulit hitam. Sasaran mereka bukan cuma kulit hitam, tapi juga warga kulit putih yang dianggap sok bicara tentang persamaan hak. Andrew Goodman dan Michael Schwerner, dua dari para aktivis yang terbunuh itu, adalah warga kulit putih yang militan dalam membela persamaan hak antar-ras.
Pembunuhan itu dengan serta-merta menggegerkan Amerika Serikat, yang di masa itu tengah sedang gandrung berkampanye soal hak-hak sipil serta persamaan hak semua manusia. Jaksa menyeret para pelaku ke pengadilan federal pada 1967, tapi vonisnya membuat hati teriris. Tujuh pelaku memang dijatuhi hukuman penjara dua hingga 10 tahun, tapi Edgar Ray Killen, si kepala geng, tak tersentuh. Dia bebas merdeka. Para juri, yang sebagian besar berkulit putih, tak seujung kuku pun melihat dosa Ray Killen. Malah ada juri yang dengan mantap menjawab begini kepada wartawan: "Saya tak bisa menghukum seorang pendeta."
Ray Killen, yang pernah menjadi tukang gergaji kayu, saat itu memang aktif di sebuah gereja di Philadelphia. Vonis itu kontan menyulut amarah. Protes meradang di mana-mana. Keluarga korban, warga Mississippi, dan sejumlah lembaga nonpemerintah mendirikan kelompok yang dinamakan Philadelphia Coalition. Koalisi ini terus-terusan mendesak pihak kehakiman AS agar membuka kembali kasus ini.
Januari lalu, si Ray ditangkap polisi. Tubuhnya yang telah renta di usia 80 tahun bersandar lesu di kursi roda karena digebuk penyakit osteoarthritis. Rabu pekan lalu, Ray Killen akhirnya hukuman bui 60 tahun. Alhasil, pria yang disebut-sebut sebagai guru para pengikut Klu Klux Klan ituhingga kini diduga masih banyak pengikutnya di ASbakal berpamitan dengan dunia ramai dan lenyap ke balik jeruji besi.
Kelompok Klu Klux Klan lahir pada 24 Desember 1865. Didirikan untuk memberantas warga kulit hitam, pengikutnya meyakini bahwa warga kulit putih adalah ras tertinggi di muka bumi. Organisasi ini dibentuk oleh para veteran Confederate di Pulaski Tennessee. Nama Klu Klux dicuplik dari kosakata bahasa Yunani, kyklos, yang artinya lingkaran. Walau ditetapkan sebagai organisasi ilegal pada 1869, barisan pengikutnya memanjang dengan cepat. "Apa yang baik untuk ras kulit putih merupakan pahala tertinggi dan apa yang buruk bagi ras kulit putih merupakan dosa terbesar." Itulah salah satu semboyan kelompok ini.
Menurut mereka, ras kulit putih menempati urutan teratas pada garis evolusi manusia, disusul sejumlah ras lainnya. Adapun ras kulit hitam ada di urutan buntut, cuma setingkat di atas simpanse dan monyet.
Kehidupan kelompok ini timbul-tenggelam. Setelah membuat heboh publik Amerika pada 1865, aksi mereka sempat mereda sebelum mulai mengganas kembali pada 1915. Yang paling menarik perhatian dunia adalah kekejaman pada 1964 itu. Kelaliman geng Ray Killen itu diabadikan pula dalam film Mississippi Burning garapan Alan Parker. Film yang menyedot minat dunia itu dianggap sungguh menggambarkan duka Mississippi.
Setelah hakim membacakan keputusan juri dan mengetukkan palu bagi Ray Killen, Mark Duncan, jaksa wilayah setempat yang terus mengikuti kasus ini, berujar dengan bangga, "Kami tak akan lagi digambarkan ke seluruh dunia melalui sebuah film Hollywood." Duncan menepuk dada karena jaksa penuntut telah sukses membuktikan keterlibatan Killen.
Keluarga korban juga puas mendengar vonis ini, terutama Rita Schwerner Bender. Janda mendiang Michael Schwerner ini berterima kasih kepada warga Mississippi yang tak pernah letih memperjuangkan kasus iniperlu 41 tahun untuk menyeret Ray Killen ke balik jeruji.
Wenseslaus Manggut (AFP, Washington Post)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo