Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mati Hariri, Bangkit Hariri

Konglomerat muda Saad Hariri bakal menduduki kursi Perdana Menteri Libanon. Tanpa pengalaman politik, dia diramalkan akan goyah oleh konflik sektarian dan tentangan para politisi senior dari kubu oposisi.

27 Juni 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Usianya baru 35 tahun. Kaya raya dan sohor di seantero Libanon sebagai kampiun konglomerat. Dialah Saad Hariri, anak bekas perdana menteri Rafik Hariri yang dibunuh pada Februari lalu. Kesohorannya kian menjadi ketika pada Senin pekan lalu Saad berhasil menghela gerbong aliansi anti-Suriah dalam pemilihan umum yang dilangsungkan sehari sebelumnya. Saad Hariri dan Partai Gerakan Masa Depan yang mendukungnya berhasil menyabet 72 dari 128 kursi.

Uni Eropa, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan Amerika Serikat menyambut hasil pemilu itu sebagai tonggak sejarah penting setelah Suriah hengkang dari Libanon. Kemenangan itu otomatis membuka lebar jalan Saad menuju kursi perdana menteri. Sejatinya, kursi perdana menteri bukan target yang ingin dicapai sang konglomerat dengan segera. Dia masih bau kencur dalam gelanggang politik Libanon. Saad ”kebetulan” tersedot ke dalam arus politik setelah bom mobil melumat tubuh ayahnya pada Februari lalu. Suriah dianggap sebagai dalang peristiwa tewasnya Hariri.

Kematian Rafik Hariri melahirkan gelombang baru gerakan anti-Suriah di negeri Libanon. Demonstrasi marak di mana-mana, belum lagi tekanan internasional yang menderu-deru dari belahan Barat. Maka Suriah hengkang dari Libanon setelah hampir 30 tahun. Di tengah gelombang perubahan itu, Saad Hariri naik daun menjadi idola baru. Tapi dia tahu, dia hanya mewarisi simbol gerakan anti-Suriah dari ayahnya. ”Saya perlu bekerja keras selama empat tahun mendatang agar bisa pas memakai sepatu ayah saya,” katanya.

Kini Saad menjadi orang terdepan dalam era baru Libanon tanpa campur tangan Suriah. ”Jika terpilih (sebagai perdana menteri), saya ingin mengakhiri korupsi dan mendorong ekonomi, termasuk membebaskan Libanon dari pengaruh Suriah,” kata ayah dua anak ini.

Saad Hariri memang punya bekal bila dia ingin membenahi ekonomi Libanon yang kini terbelit utang US$ 35,5 miliar (Rp 337 triliun). Alumni Universitas Georgetown, Washington ini—dia belajar ekonomi—adalah pelaku bisnis yang mahir. Dia mengambil alih perusahaan keluarganya pada usia 26 tahun. Saudi Oger, perusahaan konstruksi ayahnya di Arab Saudi, adalah salah satu yang terbesar di Timur Tengah dengan omzet lebih dari US$ 2 miliar (Rp 19 triliun) dengan 35 ribu pekerja. Ia juga mengelola bank, realestat, dan media.

Tapi kejayaan dunia bisnis tak serta-merta memuluskan jalan politik Saad Hariri. Selama 30 tahun Libanon terpecah dalam kelompok politik yang lebih kecil di antara kelompok Islam, Kristen, pro-Suriah, dan anti-Suriah yang terbiasa bertarung lewat jalan kekerasan. Hariri tidak terbiasa mengelola konflik sektarian yang tajam.

Saat ini Saad berhasil memperoleh dukungan kelompok muslim Sunni, Hizbullah, dan kelompok Druze yang meraih 14 kursi. Untuk menghadapi potensi konflik yang besar, Saad dan partainya, Gerakan Masa Depan, mengusung gagasan persatuan dengan semangat rekonsiliasi. ”Kami tak menutup pintu terhadap siapa pun,” kata Saad.

Reaksi langsung datang dari Partai Gerakan Kebebasan Patriotik, yang dipimpin bekas Jenderal Michel Aoun. Penganut Katolik Maronit ini memilih beroposisi dengan Saad. Pak Jenderal menggandeng tokoh yang selama ini dikenal dekat dengan Suriah, semisal Michel Murr, bekas menteri dalam negeri dan menteri pertahanan, serta Suleiman Franjieh, pemimpin kelompok Kristen.

Semula Aoun yang hidup 15 tahun dalam pengasingan menggandeng Saad dalam barisan oposisi anti-Suriah. Tapi belakangan mereka pecah kongsi. ”Saya tak dapat berkolaborasi dengan orang yang tak memiliki standar moralitas,” ujar Aoun. Padahal di belakang Aoun berdiri politisi yang selama ini dikenal korup dan ikut melanggengkan kekuasaan Suriah di Libanon. Menurut para pengamat, Jenderal Aoun berpotensi menyulut konflik sektarian.

Lawan politik semacam inilah yang bakal menghadang Saad Hariri jika ia nekat menduduki kursi panas perdana menteri.

Raihul Fadjri (Daily Star, Guardian, BBC)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus