Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Balon Mata-mata Bikin Tegang AS-Cina

Amerika Serikat dan Cina tegang gara-gara balon yang diduga alat mata-mata Cina ditembak jatuh.

12 Februari 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Presiden Amerika Serikat Joe Biden memperingatkan Cina soal balon mata-mata.

  • Australia menolak penambangan batu bara di dekat terumbu karang.

  • Gempa besar di Turki dan Suriah menewaskan lebih dari 21 ribu orang.

AMERIKA SERIKAT

Tegang Tersebab Balon Mata-mata Cina

PRESIDEN Amerika Serikat Joe Biden memperingatkan Cina dalam kasus balon mata-mata. “Jangan salah. Seperti yang kami jelaskan pekan lalu, jika Cina mengancam kedaulatan kami, kami akan bertindak untuk melindungi negara kami. Dan kami akan melakukannya,” kata Biden dalam pidato kenegaraannya di Dewan Perwakilan Rakyat pada Rabu, 8 Februari lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pidato Biden merujuk pada balon yang diduga sebagai alat mata-mata Cina yang telah berhari-hari melintasi Amerika dan Kanada. Pesawat tempur Amerika, F-22 Raptor, menembak jatuh balon itu di lepas pantai Carolina Selatan pada Sabtu, 4 Februari lalu. Biro Penyelidik Federal (FBI) sedang menyelidiki serpihan balon tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kami tahu Cina menggunakan balon-balon ini untuk pengawasan,” ujar seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri Amerika kepada CNN. “Citra beresolusi tinggi dari penerbangan observasi pesawat U-2 mengungkap bahwa balon di ketinggian itu mampu melakukan operasi pengumpulan sinyal intelijen.”

Cina memprotes penembakan balon itu. “Cina berulang kali memberi tahu Amerika tentang sifat sipil dari pesawat nirawak tersebut dan menyampaikan bahwa masuknya pesawat itu ke Amerika karena force majeure yang sama sekali tidak diduga,” demikian pernyataan yang dirilis Kementerian Luar Negeri Cina pada Ahad, 5 Februari lalu.


AUSTRALIA

Tolak Tambang Batu Bara di Terumbu Karang

UNTUK pertama kalinya dalam sejarah, pemerintah federal Australia menolak rencana penambangan batu bara di dekat Great Barrier Reef, gugusan terumbu karang terbesar di dunia. Menteri Lingkungan Hidup Tanya Plibersek menyebutkan proyek tersebut akan menimbulkan risiko terhadap kawasan yang sudah sangat rentan dan masuk Situs Warisan Dunia UNESCO itu. “Saya telah memutuskan bahwa dampak lingkungan yang merugikan terlalu besar,” kata Plibersek, seperti dikutip BBC, pada Kamis, 9 Februari lalu.

Wilayah bawah laut yang disebut dekat Pulau Lady Elliot, di Great Barrier Reef, Queensland, Australia, 11 Juni 2015/Reuters/David Gray

Central Queensland Coal milik miliarder Australia, Clive Palmer, mengajukan rencana membangun tambang terbuka sekitar 10 kilometer dari gugusan karang tersebut. Tahun lalu Plibersek membuka masukan publik mengenai rencana itu dan menerima 9.000 lebih respons, yang mayoritas meminta proyek tersebut dihentikan.

Australia termasuk pemasok utama bahan bakar fosil dunia. Negara yang terdiri atas hanya 0,3 persen populasi dunia itu justru menyumbang 3,6 persen emisi karbon global. Perdana Menteri Anthony Albanese telah meneken undang-undang baru untuk mencapai target penurunan emisi 43 persen dari level tahun 2005 pada 2030 dan emisi nol pada 2050.


TURKI

Gempa Besar Tewaskan 21 Ribu Orang

HINGGA Jumat, 10 Februari lalu, lebih dari 21 ribu orang dilaporkan tewas akibat gempa berkekuatan magnitudo 7,8 yang mengguncang Turki dan Suriah pada Senin, 6 Februari lalu. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan sedikitnya 18.991 warganya meninggal dan 75.523 lainnya cedera. Adapun di Suriah sedikitnya 3.384 orang dilaporkan meninggal dan 5.245 luka-luka.

Rumah-rumah sakit mulai kewalahan melayani pasien yang terus berdatangan. Mohamed Alabrash, dokter ahli bedah umum di Rumah Sakit Pusat Idlib di Suriah, menyatakan mereka membutuhkan bantuan yang mendesak. “Kami kekurangan obat dan alat,” katanya kepada Al Jazeera. “Rumah sakit penuh dengan pasien, begitu pula unit perawatan intensif.”

Berbagai negara dan lembaga internasional turun tangan memberikan bantuan. Bank Dunia menjanjikan bantuan senilai US$ 1,78 miliar untuk Turki, termasuk biaya pembangunan kembali infrastruktur dasar. Amerika Serikat menjanjikan paket bantuan senilai US$ 85 juta untuk Suriah dan Turki. Adapun Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (WFP) telah meminta US$ 77 juta untuk menyediakan pangan buat 874 ribu orang yang terkena dampak gempa.

Kementerian Luar Negeri RI melaporkan, hingga Kamis, 9 Februari lalu, belum ada laporan mengenai warga Indonesia yang menjadi korban gempa, selain tiga orang yang kini berada di penampungan Kedutaan Besar RI Damaskus di Aleppo. Namun Kementerian tetap mengirim tim ke wilayah gempa. Pemerintah juga sedang menyiapkan bantuan kemanusiaan ke Suriah.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus