Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemilu Sekadar Ajang Cari Kekuasaan?
CAL Thomas, seorang penulis dan kolumnis politik dari Amerika Serikat, menerbitkan buku America’s Expiration Date: The Fall of Empires, Superpowers and the United States. Di dalamnya ada kutipan, “Kebenaran jarang menjadi tujuan utama para politikus, tapi pemilihan umum dan kekuasaanlah yang menjadi tujuan utama mereka”.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pernyataan Thomas adalah cermin atas apa yang terjadi dalam situasi politik di banyak negara, termasuk negeri kita, Indonesia. Berbagai cara dilakukan politikus untuk memenangi pemilu dengan tujuan akhir mendapatkan kekuasaan. Salah satunya adalah cara pintas, yaitu “berbelanja” orang-orang yang sudah terkenal dan mempunyai kekuatan logistik yang besar untuk bergabung demi mendongkrak perolehan suara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karena itu, sistem pemilu proporsional terbuka ataupun tertutup, yang sekarang ini sedang menjadi polemik, sebenarnya tidak ada pengaruhnya bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Proporsional terbuka memberi peluang kepada orang-orang yang terkenal dan sekaligus banyak uang untuk terpilih sebagai wakil rakyat. Padahal mungkin tingkat kecerdasan mereka di bawah rata-rata, bahkan kelayakan mereka sebagai wakil rakyat pun dipertanyakan. Proporsional tertutup hanya memberi kesempatan kepada orang-orang yang dekat dengan lingkaran kekuasaan dan pengambil keputusan di dalam partai sekaligus mempunyai kemampuan logistik yang berlimpah untuk mendongkrak perolehan suara. Artinya, apa pun sistemnya, tetap ada biaya yang harus dikeluarkan oleh para pemburu kekuasaan.
Apabila dicermati khusus pada kasus yang klasik ini, berarti kaderisasi di dalam partai tidak pernah berjalan dengan baik, walaupun beberapa partai mempunyai lembaga pendidikan yang dinamai “sekolah partai”. Kaderisasi lebih sulit lagi dilakukan terutama bagi partai-partai yang kekuasaannya terpusat pada genggaman segelintir elite partai. Sebab, ada beberapa partai yang dianggap milik pribadi atau keluarga.
Seharusnya semua pemangku kepentingan berpikir bagaimana menjadikan pemilu di Indonesia berkualitas dan menghasilkan wakil rakyat yang benar-benar mewakili kepentingan rakyat, bukan sekadar ajang mencari kekuasaan. Minimalkan permainan uang, karena apabila partai mempunyai kader yang berkualitas, sebenarnya tidak sulit untuk mendapatkan suara dan dukungan rakyat.
Samesto Nitisastro
Depok, Jawa Barat
Area Konservasi di Perkebunan
AREA konservasi terdiri atas kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam. Kawasan suaka alam mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Adapun kawasan pelestarian alam mempunyai ekosistem asli yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjangan budi daya, pariwisata, dan rekreasi. Contohnya taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.
Di area perkebunan juga ada area konservasi yang harus dijaga dan dipertahankan habitatnya karena salah satu klausul sertifikasi Indonesia Sustainability Palm Oil (ISPO) adalah memenuhi prinsip dan kriteria dalam identifikasi area bernilai konservasi tinggi.
Adapun area yang mempunyai nilai konservasi tinggi di lahan perkebunan terdiri atas daerah sempadan sungai, waduk, penampungan air, hutan yang bersebelahan atau berdekatan dengan area kebun, juga flora dan fauna yang ada di sana.
Dengan melestarikan area konservasi di area perkebunan kelapa sawit, perusahaan memiliki andil dalam kepedulian lingkungan. Syarat untuk sertifikasi ISPO berupa identifikasi area yang bernilai konservasi tinggi pun terpenuhi.
Edwin Leonardo Armay
Pekanbaru, Riau
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo