SETELAH Solidaritas diakui, kini giliran mahasiswa Polandia yang bergerak Kamis pekan lalu? sekitar 3000 mahasiswa Universitas dan Politeknik Warsawa berkumpul di depan gedung kebudayaan pemerintah. Mereka menggelar rapat umum, dengan sebuah selebaran di tangan. "Kami ingin hidup bebas tanpa pentungan polisi," kata mereka. Tiga tuntutan pokok mereka kumandangkan. Tutup semua kursus indoktrinasi politik, cabut keharusan mengikuti wajib militer, dan akui Persatuan Mahasiswa Independen. Setengah-jam kemudian, mereka bubar. Nah, dalam perjalanan menuju kampus, mereka mulai berulah. Untuk mendapatkan tumpangan, mereka membentuk barikade-barikade di jalan. Lalu lintas kontan macet. Terpaksa polisi turun tangan, sehingga bentrokan marak. Beberapa mahasiswa ditangkap. Hanya saja, bukan lantaran berdemonstrasi. Tapi karena dianggap menganggu ketertiban umum. Tampaknya pemerintah Polandia sangat memperhatikan gerakan mahasiswa kini yang punya jaringan rapi di tingkat nasional. Kamis pekan lalu, misalnya, terjadi demontrasi di 4 kota lainnya -- Krakow, Wroclaw, Lublin, dan Katowice -- dengan tuntutan yang sama pula. Dan akhir pekan lalu, mereka mengadakan konperensi nasional di Kota Wroclaw. Paling nekat adalah para mahasiswa di Kota Krakow. Mereka menantang pemerintah: "Berlakukan kembali undang-undang darurat!" Sedangkan di kota Katowice, sekitar 5 ribu mahasiswa berkumpul di depan konsulat Soviet. Mereka berteriak. "Pulanglah orang Soviet!" Jangan bingung, bukan glasnost dan perestroika yang jadi sasaran mereka. Melainkan mereka menuntut agar pelajaran wajib bahasa Rusia dihapuskan dari semua lembaga pendidikan. Di mata mereka, pelajaran itu sama dengan penjajahan kebudayaan. Mungkin karena pengalaman mereka menghadapi Solidaritas, Pemerintah Polandia merencanakan membawa tuntutan itu ke pengadilan Rabu pekan ini. Pemerintah mau menguji secara hukum, apakah tuntutan mereka bisa diterima atau tidak. Kebanyakan mahasiswa optimistis bahwa mereka akan keluar sebagai pemenang, melihat diakuinya Solidaritas dan Solidaritas Petani Daerah. Optimisme itu juga didorong oleh sikap pemerintah menghadapi aksi-aksi yang mereka lakukan. Para petugas keamanan cuma diperintahkan untuk mengawasi -- bukan untuk membubarkan demonstrasi. Pihak pemerintah juga tak menanggapi dengan suara keras. Tentunya penguasa Polandia tahu bahwa antara mahasiswa dan Solidaritas ada hubungan erat. Organisasi buruh bebas yang kini sudah diakui itu punya utang budi sangat besar kepada mahasiswa. Sebelum Solidaritas diresmikan, mahasiswa merupakan salah satu sumber kekuatan massa buruh independen. Tak mustahil Solidaritas akan turun tangan kalau tuntutan mahasiswa ditolak pemerintah. Pemerintah Polandia tentu tak mau bercerai lagi dengan Solidaritas, hanya karena gagal memenuhi tuntutan mahasiswa. Setelah Solidaritas diakui, angin surga berembus dari Washington dan Eropa Barat, yang bisa diandalkan untuk memulihkan perekonomian Polandia. Pekan lalu Presiden George Bush menyatakan siap memberikan sejumlah konsesi terhadap bea masuk, melakukan penjadwalan kembali utang luar negeri, dan berbagai rencana lain untuk memulihkan perkenomian Polandia. Bahkan Bush mempertimbangkan untuk mengadakan kunjungan resmi ke Polandia. Perancis pun tak kalah serius. Presiden Francois Mitterrand berjanji akan menggunakan pengaruh Prancis dalam Masyarakat Ekonomi Eropa dan lembaga-lembaga internasional untuk membantu Polandia. Dia siap membantu agar Polandia tak dikenai persyaratan berat dalam menjalin hubungan bisnis dengan MEE. Langkah kongkret apa yang akan diambil oleh AS dan MEE, setidaknya harus ditunggu sampai bulan Juli mendatang, setelah pertemuan puncak tahunan. Yang pasti, AS dan MEE sudah setuju untuk menjadwalkan kembali utang luar negeri Polandia yang sudah bertumpuk sampai US$ 39 milyar .Praginanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini