Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Beban clinton dan janji pemilu

Bill clinton dilantik jadi presiden as dengan pesta besar-besaran. sejumlah masalah berat diwariskan pendahulunya. rakyat as menuntut program prioritas perbaikan ekonomi.

23 Januari 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SELURUH dunia menyaksikan pesta besar di Gedung Putih untuk menyambut Presiden baru Bill Clinton. Rabu pekan ini, penggemar Elvis Presley ini resmi dilantik menjadi presiden negara superkuat Amerika Serikat. Sebuah lagu Elvis favorit Clinton dikumandangkan oleh seorang Elvis tiruan. Dan Irene, keledai Partai Demokrat yang berusia 18 tahun, tak mau ketinggalan. Atas permintaan ibu negara Hillary Clinton, Irene, yang sudah ''bekerja'' untuk partai demokrat sejak umur setahun, bersedia memimpin pawai. Inilah barangkali pesta paling meriah dalam sejarah pelantikan presiden AS. Usai pesta, tugas pun menanti Bill dan Hillary Clinton, penghuni baru Gedung Putih. Hillary mungkin masih perlu menyelesaikan beberapa pernik kecil untuk menghias Gedung Putih. Namun Clinton, sudah pasti, akan segera mengumpulkan para stafnya. Tak ada lagi waktu untuk berleha-leha karena sejumlah persoalan -- sebagian diwariskan George Bush -- tampaknya tak bisa ditunda-tunda. Lihatlah, walaupun sejak awal Clinton sudah menempatkan program ekonomi sebagai prioritas pemerintahannya, Bush se- cara tak langsung memaksa Clinton membereskan sisa-sisa kebijaksanaan politik luar negeri Bush. Mulai dari masalah lama sampai yang paling baru. Mulai dari masalah Palestina yang tak kunjung selesai, soal Irak, sampai masalahyang muncul belakangan, soal Bosnia dan Somalia, paling tidak akan harus masuk dalam agenda Clinton di masa awal pemerintahannya (lihat Laporan Utama). Tapi tak berarti lantas soal ekonomi dikesampingkan. ''Aku ingin memfokuskan pada ekonomi seperti sinar laser,'' katanya sejak masa kampanye dulu. Dan dalam era pascaperang dingin ini, rupanya banyak rakyat Amerika -- yang tak ingin lagi AS bertindak sebagai polisi dunia -- menyambut gembira kebijaksanaan dalam negeri Clinton itu. Bukan tak mungkin tuntutan rakyat Amerika agar pemerintah memprioritaskan perbaikan ekonomi dalam negeri terbina, terutama sejak masa kampanye tempo hari. Karena bukan hanya Clinton yang mengambil tema ini, Ross Perot, salah seorang calon presiden saingan Clinton, juga mengangkat kondisi perekonomian dan pemborosan dalam anggaran di beberapa departemen pemerintahan sebagai tema kampanye. Perot akhirnya memang gagal meraih kemenangan lewat kampanye hidup hematnya. Namun rakyat Amerika tampaknya menjadi semakin mengerti kondisi perekonomian negara mereka yang cukup meng- khawatirkan. Dan mereka ingin Clinton membereskannya. Dalam masa kampenye, rencana Clinton memang cukup meyakinkan. Ia menulis paper setebal 15 halaman dengan judul A Plan for America's Future untuk mendiagnosis masalah- masalah ekonomi yang dihadapi AS. Ia juga maju dengan gagasan pengurangan pajak masyarakat kelas menengah untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Dan menjelang pemilihan, para pembantu Clinton segera menyusun paper lain yang diberi judul Putting People First, dengan target penggembosan defisit anggaran AS sampai setengahnya. Melihat pengalaman selama ini, rencana Clinton itu tampaknya bukan soal yang mudah. Soalnya, janji penyehatan ekonomi, menghapus defisit anggaran, bukan kali ini berkumandang di Daratan Amerika. Ronald Reagan, misalnya, berharap gagasan Reaganomics-nya akan berhasil menghapus defisit anggaran Amerika pada tahun 1990. Ketika target ini meleset, George Bush pun memperkirakan kondisi itu akan tercapai tahun 1993. Kenyataannya, diperkirakan defisit justru akan membengkak dua kali lipat menjadi US$ 327 miliar atau sekitar Rp 660 triliun pada tahun fiskal 1993. Dan pekan lalu, sebelum pelantikan Clinton sebagai presiden, para ahli ekonomi telah mengeluarkan perkiraan angka defisit yang paling realistis pada akhir tahun 1997. Angka itu rupanya tak menyusut banyak dari defisit era Bush, yaitu US$ 305 miliar. Dengan kata lain, boleh jadi rencana Clinton untuk menurunkan angka defisit itu bakal menjadi sekadar janji kampanye. Di lapangan, rupanya soal yang dihadapi Clinton cukup berat. Pengawas Umum Keuangan AS, Charles A. Bowsher, mengungkapkan pengeluaran miliaran dolar yang tak dapat dipertanggungjawabkan oleh beberapa departmen maupun lembaga negara lainnya. Dalam laporan setebal 45 halaman, Bowsher mencatat miliaran dolar hilang tak berguna di Departemen Dalam Negeri, Perhubungan, Pertanian, dan Energi, serta Lembaga Aeraunatik Nasional dan Pendanaan Perawatan Kesehatan. Sumbernya adalah pengawasan yang lemah. Jadi, bagi Clinton, masalah besar yang perlu dihadapi adalah peningkatan pengawasan, bukan sekadar pengurangan anggaran. ''Kelemahan manajemen keuangan telah melumpuhkan kemampuan pemimpin untuk menjalankan pengawasan pemerintah federal yang efektif,'' kata Bowsher. Sebagai contoh, Departemen Pertanian tidak melakukan survei kelayakan kredit dalam pemberian kredit bagi para petani. Dan, kata Bowsher, banyak petani yang gagal memenuhi kewajiban angsuran malah mendapat pinjaman baru. Sementara Departemen Energi gagal mengawasi perusahaan kontraktor pemasoknya. Maka Bowsher juga mengusulkan agar pemerintah mengambil langkah yang lebih tegas untuk menindak para kontraktor negara yang tidak bertanggung jawab. Lantas Clinton juga masih perlu menegaskan sikapnya dalam menghadapi dua kubu yang terdapat dalam tim ekonominya. Kubu pertama, mereka yang menggagap perlunya investasi untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, yang artinya penambahan pada pos pengeluaran. Para pendukung kubu ini mengaggap perlu adanya pengeluaran tambahan investasi US$ 20 miliar sampai US$ 60 miliar, yang diperolah dananya dengan memperlebar defisit anggaran. Dengan jalan ini, selain akan terbuka lapangan kerja baru, juga sekaligus akan diperoleh tambahan pendapatan dari hasil pemungutan pajak. Hasil yang diinginkan adalah tingkat pertumbuhan ekonomi, yang pada akhirnya diharapkan bisa memukul defisit. Kubu yang lain adalah mereka yang ingin memprioritaskan penurunan defisit anggaran. Kubu ini beranggapan, penghematan pengeluaran negara lebih penting daripada rangsangan ekonomi. Soalnya, pada akhir semester 1992, perekonomian tampaknya meningkat kembali, dan kurs dolar menunjukkan penguatan akibat melemahnya yen Jepang. Hal ini membuat para pendukung perampingan defisit lebih gencar menyuarakan soal tidak perlunya stimulan untuk pertumbuhan ekonomi. Maka, yang diperlukan tinggal peram- pingan anggaran negara. Clinton sendiri tampaknya lebih cenderung memilih penghematan anggaran seperti yang ia lakukan ketika menjadi gubernur di Arkansas. ''Aku melakukan hal yang sama di Arkansas dan banyak hasilnya,'' katanya. Namun langkah tersebut dikritik karena tak ada jaminan bahwa kondisi perekonomian dunia akan terus membaik. Dan jika perekonomian dunia kembali memburuk, sementara Amerika Serikat tak punya basis investasi baru yang merangsang pertumbuhan, suasana justru bisa makin jelek. Dan yang paling pasti, Clinton tak bakal memenuhi janjinya untuk mengurangi pajak bagi mayoritas kelas menengah AS. Da- lam suatu pertemuan dengan wartawan di Arkansas, pekan lalu, Clinton sudah menegaskan tak bakal ada penurunan pajak. ''Kita harus meyakinkan masyarakat bahwa defisit yang kita hadapi membawa kita ke dunia yang baru,'' ujarnya. Bahkan ada dugaan ia mengambil langkah yang tidak populer, yaitu meningkatkan pajak sambil mengurangi anggaran belanja negara untuk penghematan sebesar US$ 200 miliar. Memang, kabar buruk peningkatan pajak itu masih menimbulkan perdebatan besar di kalangan staf Clinton. Langkah lain yang tampaknya bakal ditempuh Clinton adalah reformasi perawatan kesehatan. Soalnya, selama ini diindikasikan bahwa banyak penerima asuransi kesehatan yang berusia lanjut adalah orang yang tergolong mampu. Clinton juga yakin, peningkatkan pelatihan dan pendidikan bisa meningkatkan kualitas produk Amerika yang belakangan ini kurang menarik. Jelas, perlu waktu untuk menilai program penyembuhan ekonomi Clinton, yang besar kemungkinan akan banyak tak sesuai dengan janji-janji pemilunya. ''Aku akan menungkapkan rencana perbaikan ekonomi 100 hari pada tanggal 21 Januari,'' katanya dalam kampanye Juni lalu. Apakah janji ini pun akan dipenuhi, akan segera bisa ketahuan pekan ini. Tapi yang sudah ketahuan dari sekarang, Clinton menerima warisan tugas yang tidak ringan. Wajar kalau bekas presiden Carter sempat berkomentar,''Cuma Truman yang mendapatkan warisan masalah berat sebagai presiden seperti Clinton.'' Nyatanya, Truman dicatat sejarah sebagai presiden AS yang cukup sukses. Mungkin karena itu dalam acara pengukuhan ini pun Clinton melakukan napak tilas Truman. Liston.P.Siregar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus