Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Beban Soviet Karena Pendudukannya

Beban soviet atas pendudukannya di Afghanistan, dalam menghadapi perlawanan mujahidin. Kekuatan mujahidin terus meningkat, pertanda penduduk afghan menolak penduduk tentara soviet. (ln)

25 Desember 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UNI Soviet mengeluarkan peringatan keras. Pemerintah Afghanistan, katanya, akan menggunakan "hak mengejar lawan melampaui perbatasan." Lawannya ialah terutama gerilyawan Mujahidin yang, bila dikejar, mencari perlindungan di wilayah Pakistan. Harian Pravda menyiarkan peringatan Mloskow itu pekan lalu yang jelas ditujukan pada Pakistan, dan mungkin pula Iran, yang juga berbatasan dengan Afghanistan. Reaksi Iran dan Pakistan? Keduanya masih tetap menolak untuk bersahabat dengan rezim Babrak Karmal di Kabul. Maka pernyataan di dalam Pravda itu bisa dianggap sekedar satu isyarat ulangan bahwa tentara Soviet masih akan memperpanjang kehadirannya di Afghanistan dan mempertahankan Presiden Babrak Karmal. Sebelumnya, tersiar berbagai spekulasi bahwa Moskow mungkin akan mengganti Babrak Karmal dalam usaha memperbaiki posisinya menjelang tentara Soviet mundur dari Afghanistan. Yuri Andropov, pemimpin baru Soviet, setidaknya telah mengangkat Geidar Ali Rza Ogly Aliyev, 59 tahun, dari daerah Azerbaizhan menjadi deputi perdana menteri. Andropov melihat Aliyev seorang ahli hal hubungan Soviet dengan dunia Islam, dan dia konon diharapkan mencari jalan keluar dari kemelut Afghanistan . Tentang Soviet menyerbu ke Afghanistan tahu 1979, di saat Hari Natal. Pekan ini, sesudah tiga tahun, sekitar 100. 000 tentaranya berada di sana. Bersama 40.000 tentara Afghan yang masih tersisa, mereka menghadapi perlawanan Mujahidin. Kekuatan Mujahidin, yang semula 3.000 saja, kini meningkat jadi sekitar 80.000 -- suatu pertanda rakyat Afghan menolak pendudukan tentara Soviet. Mujahidin menggunakan senjata Soviet yang berhasil mereka rebut, beli, atau yang dibawa oleh tentara Afghan yang menyeberang ke pihak gerilyawan. Ada ranjau darat, mortir, roket dan granat berbaling-baling buatan RRC. Ada pula senapan buatan Kanada dan Amerika jenis M-1 yang berasal dari Perang Dunia II. Sejumlah ahli militer Barat memperkirakan bahwa Uni Soviet memerlukan 10 tentara untuk mengalahkan setiap gerilyawan. Ini berarti Moskow harus mengerahkan sekitar 800.000 tentrara dalam perang di Afghanistan itu. Perekonomian Soviet yang dalam kesulitan saat ini jelas tak dapat menanggung beban itu. Apalagi pemerintahan Babrak Karmal sangat bergantung pada bantuan Moskow. Ekonomi Afghanistan sendiri sudah sangat parah. Pemerintah Kabul hanya menguasai kota-kota besar, sedang daerah pedesaan dikuasai Mujahidin. Masyarakat pedesaan yang semula tinggal di dekat Kabul telah mengungsi ke ibukota, yang kini berpenduduk lebih dari satu juta, naik dari sekitar 600.000 pada tahun 1979. Akibatnya, sewa rumah dan harga bahan makanan melonjak berlipat ganda. Penduduk yang tidak ingin hidup di bawah pemerintah komunis mengungsi ke Iran, tapi sebagian terbesar ke Pakistan. Jumlah mereka di Pakistan sekaran mencapai 2,8 juta--merupakan kelompok pengungsi terbesar di dunia. Itulah sebabnya, Presiden Zia-ul-Haq menitikberatkan pembicaraan di Washington awal Desember ini dengan Presiden Reagan pada masalah Afghanistan. "Pakistan adalah negara di garis depan," katanya. Karena khawatir akan meluasnya perang Afghan itu, Presiden Reagan menyetujui bantuan ekonomi dan militer, termasuk 40 pesawat tempur F-16 kepada Pakistan. Seluruh bantuan ini bernilai sekitar US$ 3,2 milyar. India memprotes. Jaminan Reagan bahwa Pakistan tidak akan menggunakan F-16 itu untuk menyerang India tidak melenyapkan kekhawatiran New Delhi. Sebagai suatu jalan tengah, Reagan menyetujui permintaan PM Indira Gandhi, agar India diizinkan membeli bahan bakar nuklir dari Prancis untuk reaktornya di Tarapur. Amerika sendiri menghentikan penyediaan bahan itu sejak 1978 ketika India menolak menandatangani perjanjian nonproliferasi nuklir. India, yang mempunyai perjanjian persahabatan dengan Uni Soviet, bersikap kurang tegas terhadap soal pendudukan Soviet atas Afghanistan. Walaupun menuntut supaya Moskow menarik pasukannya, India tidak pernah mengutuk intervensi Soviet itu. Selama tiga tahun ini diperkirakan sudah ribuan tentara Soviet yang tewas karena perlawanan Mujahidin. Korban terbesar terjadi akibat tabrakan tanker minyak dan iring-iringan tentara November lalu di dalam Terowongan Salang. Terowongan sepanjang hampir 3 km itu terletak di bagian utara Afghanistan. Sekitar 700 tentara Soviet dan sekitar 2.000 tentara Afghan dan orang sipil meninggal dalam kecelakaan itu. Sebagian besar mati lemas akibat asap tebal di dalam terowongan. Tetapi di Uni Soviet, tidak banyak orang yang mengetahuinya. Berbeda dengan Amerika Serikat di masa Perang Vietnam, pers Soviet yang dikuasai pemerintah itu hampir tidak pernah memberitakan korban di pihak tentaranya dalam operasi di Afghanistan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus