Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Palestina ingin mengakhiri sengketa lebih dari setengah abad dengan Israel melalui perundingan damai yang dimediasi Amerika Serikat. Sayangnya, perundingan yang dimulai Juli tahun lalu itu belum membuahkan hasil menggembirakan. Padahal tenggat yang ditetapkan Amerika Serikat untuk dicapainya kesepakatan adalah April mendatang. Di sela menghadiri acara Conference on Cooperation Among East Asian Countries for Palestinian Development Kedua di Jakarta, Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah memberikan wawancara eksklusif kepada wartawan Tempo Natalia Susanti dan fotografer Dhemas Reviyanto Atmodjo di Presidential Suite Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Sabtu pekan lalu.
Bagaimana situasi Palestina saat ini?
Palestina saat ini masih dijajah Israel. Sebagaimana Anda ketahui, rakyat menderita. Tidak ada jalan keluar, tidak ada mobilitas untuk bergerak dari satu sisi negeri ke sisi lain. Ada banyak penutupan oleh Israel. Gaza dikepung dan diblokade sejak 2007. Itu seperti penjara besar bagi rakyat Gaza. Orang tidak bisa ke mana-mana.
Kami perlu komunitas internasional untuk membantu mengakhiri penjajahan ini. Bagi kami, warga Palestina menginginkan kehidupan sebagai negara berdaulat, wilayah dengan perbatasan yang jelas untuk hidup berdampingan di wilayah itu. Kami perlu ibu kota, kami perlu mengenyahkan pasukan penjajah dan hidup merdeka, berdaulat, dengan integritas.
Anda optimistis terhadap inisiatif perundingan damai Palestina-Israel yang dimediasi Amerika Serikat?
Sebagaimana yang saya pahami, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry sangat berkomitmen dalam inisiatif ini. Kami, seluruh warga Palestina, bertekad mencapai penyelesaian dengan Israel. Kami berkomitmen untuk proses perdamaian dengan Israel. Hingga kini, Israel menghambat inisiatif itu.
Kami memulai negosiasi pada 29 Juli tahun lalu, seharusnya sudah selesai pada 29 April tahun ini. Tapi hingga kini bisa saya katakan tidak ada terobosan. Jadi kami berharap dalam dua minggu mendatang ada terobosan. Presiden kami, Mahmud Abbas, akan bertemu dengan Presiden Obama pada 17 Maret dalam pembicaraan kelima inisiatif ini.
Yang kami perlukan sebenarnya sederhana. Kami perlu mengenyahkan pendudukan Israel. Kami perlu hidup seperti negara-negara lain, negara merdeka dan berdaulat, tidak ada pasukan Israel. Di masa lalu, kami memberikan seluruh konsesi agar tercipta penyelesaian yang damai, tapi Israel tidak pernah memberikan hak-hak kami, seperti soal pengungsi, Yerusalem, perbatasan, penarikan dari Palestina, dan air. Mereka menguasai hak atas air kami.
Apakah Anda melihat alternatif selain yang ada saat ini?
Harus saya katakan, Kerry sangat serius. Dia bertindak dengan kerangka kerja. Hingga kini kami belum berhasil. Menurut saya, dia sedang melakukan eksplorasi. Kami perlu perbatasan 1967, kami perlu penarikan Israel dari Tepi Barat, kami perlu bernegosiasi untuk pengungsi. Kami juga perlu hak kami atas air. Kami sudah banyak membuat konsesi, tapi Israel tidak memenuhi janji. Israel banyak melakukan pelanggaran. Yang kami inginkan hanyalah penghapusan penjajahan Israel.
Beberapa kalangan di Indonesia mengatakan, jika ingin membantu kemerdekaan Palestina, Jakarta harus membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Komentar Anda?
Ketika kami tiba di sini, seluruh rakyat Indonesia mendukung kemerdekaan kami. Indonesia menyatakan tidak akan membuka kedutaan besar di Israel kecuali penjajahan terhapus dari Palestina. Arab Saudi tidak punya kedutaan besar di Israel, begitu juga Uni Emirat Arab. Sebagian besar negara tidak membuka kedutaan besarnya di Israel-sebagian besarnya adalah negara muslim. Sebaliknya, di semua negara ini, kami punya kedutaan besar. Tapi, jika penyelesaian damai tercapai, menurut saya, semua negara akan membuka kedutaan besar di Israel dan kami tidak keberatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo