Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ratusan lelaki tegap menyandang Kalashnikov dan membawa peluru kendali antitank ringan tampak bersiaga di sekitar pangkalan militer di Simferopol, Crimea, Ukraina, pada Senin pekan lalu. Mereka mengenakan seragam militer Rusia tanpa lencana yang terlihat masih baru. Kain hitam menutupi hampir seluruh wajah mereka; yang tampak hanya mata dan lubang hidung. Sebagian dari mereka berjaga di depan pagar beton, sebagian lagi menyisir semak-semak di tanah lapang di sekitar pangkalan. "Apa yang kaulakukan di sini?" kata perempuan Ukraina kepada seorang serdadu. "Kalau kau melakukan hal baik di sini, perlihatkan wajahmu kepada kami." Serdadu itu membalikkan badan sejenak, kemudian melanjutkan tugasnya.
Seperti dilansir The New Yorker, sekelompok serdadu lain mendapat sambutan lebih hangat dari para pendukungnya. "Kalian para penyelamat, kalian putra kami," ujar seorang perempuan sambil melambaikan bendera Rusia. Orang-orang di sekitarnya berteriak, "Rusia, Rusia!"
Sejak Sabtu dua pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pasukannya mengetatkan penjagaan di seluruh pangkalan militer Rusia di Crimea. Pemerintah Ukraina menuding tindakan Putin sebagai invasi ke republik otonom yang masuk teritori Ukraina itu. Stasiun televisi pemerintah Ukraina melaporkan lebih dari 15 ribu serdadu Rusia berada di Crimea dan sejumlah kapal perang Rusia merapat ke pelabuhan Sevastopol di ujung selatan semenanjung di Laut Hitam itu.
"Ini benar-benar deklarasi perang terhadap Ukraina. Kami minta Putin menarik kembali pasukannya dari negara ini dan menghormati perjanjian bilateral," ucap penjabat Perdana Menteri Ukraina, Arseniy Yatsenyuk, kepada The Guardian.
Meski tanpa pertumpahan darah, aksi Rusia telah memicu ketegangan di kawasan itu. Tak kurang dari Uni Eropa, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), dan Amerika Serikat mengecam tindakan Putin. Namun, Senin pekan lalu, Putin menyatakan pasukannya tak pernah menyerbu Crimea. Menurut dia, para pria bersenjata itu bukan tentara Rusia, melainkan pasukan relawan lokal dengan seragam yang dibeli di toko.
"Jika itu masalahnya, mereka hanya bandit atau pasukan liar. Kami tak segan-segan menembaknya," ujar seorang perwira Angkatan Darat Ukraina, Kapten Andrei Ivaninchenko. Namun militer Ukraina tak berani gegabah. Sebab, kata dia, satu tembakan saja dapat membuat seluruh Crimea membara.
Sebagian warga Ukraina merasa, secara de facto, pendudukan Crimea oleh Rusia sebenarnya telah dimulai diam-diam. Vassily, perwira Angkatan Darat Ukraina dari Sevastopol, mengatakan pernyataan Putin itu isapan jempol belaka untuk memperlihatkan kepada dunia bahwa ketegangan di Crimea telah mereda. "Dia menunggu sampai media meninggalkan Crimea dan kemudian akan mengambil alih," ujar Vasilly, yang enggan menyebutkan nama keluarganya dengan alasan keamanan.
Ketegangan di Crimea merupakan imbas dari kekacauan politik di Ukraina yang terjadi sejak November tahun lalu. Kala itu publik tak puas terhadap keputusan Presiden Viktor Yanukovych yang menolak bergabung dengan pakta perdagangan Uni Eropa. Sebagai gantinya, dia justru meminta bantuan finansial dari Rusia. Keputusan itu menyulut unjuk rasa besar-besaran di Alun-alun Kemerdekaan, Kiev, lalu menyebar ke sejumlah kota. Aksi terus membesar sehingga parlemen menurunkan Presiden Yanukovych pada akhir Februari lalu.
Bercokolnya kelompok ultranasionalis di pemerintahan sementara Ukraina membuat warga etnis Rusia di wilayah timur Ukraina, khususnya Crimea, waswas. Apalagi sejak pemerintah mengajukan rancangan undang-undang yang mewajibkan penggunaan bahasa Ukraina-yang digunakan 70 persen dari 46 juta penduduk negara itu-untuk acara-acara resmi.
Seperti diakui Duta Besar Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Vitaly Churkin, Pemerintah Republik Otonomi Crimea meminta bantuan Rusia untuk melindungi hak-hak warga etnis Rusia di wilayah itu. Hampir 60 persen dari 2 juta penduduk Crimea adalah etnis Rusia. Sebagian besar di antaranya bahkan memegang paspor Rusia.
Alasan itulah yang kemudian disampaikan Putin di depan parlemen pada Senin pekan lalu. Menurut dia, situasi di Ukraina telah mengancam nyawa warga Rusia dan personel militer yang ditempatkan di pangkalan angkatan laut di Crimea, yang dipertahankan Rusia sejak Uni Soviet bubar pada 1991. Parlemen pun menyetujui rencana Putin menyerbu Ukraina.
Tindakan Putin itu membuat sejumlah kekuatan dunia khawatir. Presiden Amerika Serikat Barack Obama langsung menggelar pertemuan tingkat tinggi. Gedung Putih menyatakan Obama telah berbicara dengan Putin sekitar satu setengah jam. "Obama sangat prihatin terhadap pelanggaran kedaulatan dan wilayah Ukraina oleh Rusia," demikian pernyataan Gedung Putih seperti dilansir Associated Press.
Dalam pernyataan tertulis, Kremlin menyatakan Putin menekankan kepada Obama bahwa keselamatan warga negara Rusia di wilayah Ukraina sedang terancam. "Rusia menegakkan hak untuk melindungi kepentingannya dan warga yang berbahasa Rusia yang tinggal di Ukraina," demikian pernyataan Kremlin. Adapun Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menegaskan, kehadiran militer Rusia di Ukraina dilindungi oleh pakta perjanjian bilateral antara Rusia dan Ukraina.
Crimea memang telah menjadi bagian penting dalam sejarah Rusia sejak berabad silam. Di semenanjung inilah Perang Crimea pecah pada 1850-an. Dalam perang ini, Rusia menghadapi Prancis, Inggris, dan Kekaisaran Ottoman. Tapi kepentingan Rusia di Crimea bukan sekadar nostalgia. Crimea merupakan wilayah pertahanan Rusia yang sangat penting. Dari pangkalannya di Crimea, Rusia dapat mengirimkan pasukannya ke Mediterania. Selama perang saudara di Suriah, Rusia menggunakan pangkalan ini untuk mengirimkan bantuan militer buat rezim Bashar al-Assad.
Saat ini sebagian besar garis pantai Laut Hitam dikuasai anggota NATO, kecuali Georgia di timur dan Ukraina di utara. Jadi, tanpa satu pangkalan pun di Crimea, Rusia tidak lagi menjadi kekuatan militer dunia.
Seperti dilansir Russia Today, armada Angkatan Laut Rusia telah berada di Crimea sejak 1783 ketika kota pelabuhan Sevastopol didirikan oleh Pangeran Grigory Aleksandrovich Potemkin-Tavricheski. Crimea menjadi bagian dari Rusia hingga Perdana Menteri Nikita Khrushchev memutuskan menyerahkannya kepada Ukraina pada 1954-kala itu Ukraina dan Rusia masih menjadi bagian dari Uni Soviet. Ketika Uni Soviet bubar pada 1991, Crimea memutuskan bergabung dengan Ukraina.
Angkatan Laut Rusia tak hadir cuma-cuma di Ukraina. Pada 1997, Rusia dan Ukraina menandatangani Pakta Pembagian yang menentukan nasib pangkalan militer dan kapal perang di Crimea. Pakta yang disahkan kedua negara dua tahun kemudian itu menyatakan Rusia memperoleh 81,7 persen armada kapal setelah membayar pemerintah Ukraina sebesar US$ 526,5 juta atau setara dengan Rp 6 triliun.
Perjanjian itu mengizinkan Armada Laut Hitam Rusia bertahan di Crimea hingga 2017. Pada 2010, keberadaannya diperpanjang hingga 2042 dengan opsi perpanjangan lima tahun. Angkatan Laut Rusia di Crimea boleh memperkuat pasukannya dengan maksimum 25 ribu personel. Ukraina mendapat keuntungan lain dari perjanjian itu, yakni potongan harga 30 persen untuk pembelian gas alam Rusia.
Setiap tahun Moskow juga menghapus utang Ukraina sebesar US$ 97,75 juta dengan kompensasi menggunakan perairan dan frekuensi radio Ukraina serta kompensasi atas dampak lingkungan di Laut Hitam.
Sejauh ini Rusia menempatkan lima unit Angkatan Laut di pelabuhan Sevastopol. Selain itu, Rusia memiliki dua pangkalan udara di wilayah Crimea, yaitu Kacha dan Gvardeysky. Unit ini diizinkan mengambil tindakan di posnya sesuai dengan prosedur angkatan bersenjata Rusia.
Ukraina juga sangat penting bagi Rusia karena lokasinya yang strategis. Menurut Jeffrey Mankoff, Wakil Direktur Program Rusia dan Eurasia pada Center for Strategic and International Studies (CSIS), 40 persen kebutuhan gas Eropa dipasok oleh Rusia. Sekitar setengah pasokan gas itu mengalir melalui pipa-pipa di Ukraina.
Pemerintah Ukraina sejauh ini belum mengambil tindakan karena Rusia juga menekan dari arah lain. Juru bicara Gazprom, Sergei Kuprianov, mengatakan Ukraina menunggak pembayaran impor gas sebesar US$ 1,59 miliar kepada perusahaan milik pemerintah Rusia itu. Kuprianov memperingatkan Ukraina bisa kehilangan diskon bila pembayaran itu tak segera dilunasi. Bila diskon melayang, Ukraina terancam terbelit masalah keuangan.
Sapto Yunus
Cengkeraman Kremlin di Crimea
Manuver Rusia meningkatkan kekhawatiran terhadap memanasnya situasi di Ukraina. Moskow disebut memobilisasi sekitar 16 ribu tentara, lebih dari 800 tank, 90 pesawat, dan 80 kapal perang. Perang pecah? Sebenarnya hubungan militer di antara keduanya justru sudah terjalin puluhan tahun.
MILITER RUSIA
Tentara aktif: 766.000
Cadangan: 2.485.000
Paramiliter: 1.359.100
Total: 4.610.100
Kendaraan tempur: 27.607
Tank: 15.500
Pesawat tempur: 3.082
Helikopter tempur: 973
Kapal perang: 355
Kapal selam: 63
MILITER UKRAINA
Tentara aktif: 132.950
Cadangan: 1.000.000
Paramiliter: 112.500
Total: 1.245.450
Kendaraan tempur: 6.431
Tank: 4.112
Pesawat tempur: 400
Helikopter tempur: 93
Kapal perang: 25
Kapal selam: 1
KEMESRAAN MILITER DI CRIMEA
- Armada laut Rusia di Crimea sudah ada sejak 1783, ketika kota pelabuhan Sevastopol didirikan pangeran asal Rusia, Grigory Petomkin. Crimea menjadi bagian dari Rusia hingga Nikita Khrushchev menyerahkan ke Ukraina pada 1954.
- Armada Laut Hitam, yang berada di bawah Komando Strategis Bersama Wilayah Selatan, menempati markas di Sevastopol.
- Pada 1997, saat runtuhnya Uni Soviet, Rusia dan Ukraina sepakat membagi armada di Crimea. Berdasarkan kesepakatan pada 1999, Rusia mendapat 81,7 persen armada dengan membayar kompensasi US$ 526,5 juta kepada Ukraina.
- Di bawah Presiden Viktor Yanukovych, Ukraina setuju Rusia menyewa wilayah di Sevastopol sebagai pangkalan hingga 2017. Masa sewa kemudian diperpanjang 25 tahun hingga 2042, dengan opsi penambahan lima tahun pada 2010. Sebagai kompensasi, Rusia akan memberi Ukraina diskon untuk pembelian gas.
- Armada laut Rusia terdiri atas 25.000 tentara, 24 sistem altileri yang lebih kecil dari 100 mm, 132 kendaraan militer, dan 22 pesawat militer di wilayah Crimea.
- Rusia memiliki lima unit kapal perang dan kapal selam di Sevastopol
- Rusia memiliki dua pangkalan udara di Kacha dan Gvardeysky
FAKTA CRIMEA
Status: Republik otonom Ukraina
Luas: 26.100 km2
Populasi: 2 juta
Pemerintah Sevastopol menawarkan polisi antihuru-hara Berkut--yang dibekukan--mendapat suaka di Crimea.
Moskow mengatakan akan memudahkan prosedur warga Crimea untuk mendapatkan paspor Rusia.
Tatar Crimea: Dideportasi massal oleh Stalin ke Asia Tengah dan Siberia pada 1944. Kembali pada awal 1990, pemimpin Tatar menegaskan penolakan atas rencana bergabungnya Crimea dengan Moskow.
Sumber: Global Fire Power; Global Security, RT, Graphic News
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo