Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Berubahkah clinton?

Akankah pemerintahan clinton terus-terusan mengaitkan soal- soal lain dengan masalah hak asasi manusia, setelah setahun berjalan?

5 Februari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RETORIKA, agaknya, merupakan salah satu kekuatan Presiden Clinton. Selasa pekan lalu, kebolehannya ini diperagakan Clinton dalam pidato tahunan di depan Kongres. Selama 63 menit, Presiden yang baru satu tahun menjabat ini melaporkan prestasinya dan menjual impian masa depannya. Acara ini tak cuma diperhatikan di dalam negeri. Sebagai penyandang gelar negara superkuat satu-satunya di dunia, olah geraknya berdampak besar ke seluruh mancanegara. Itu sebabnya, para pengambil keputusan di berbagai pelosok dunia merasa berkepentingan memantau ke mana Clinton akan membawa bangsanya di era pasca-perang dingin ini. Ternyata kebijakan luar negeri tak banyak terkuak. Tak sampai dua dari lima belas halaman pidato itu membahas soal ini. "Saya berharap ia lebih banyak menekankan pada soal hak asasi manusia," kata Senator Russell D. Feingold yang dikenal aktif menyerang Indonesia dalam perihal hak asasi manusia itu. Maklum, Clinton terpilih dengan agenda domestik. Prestasinya yang terpenting adalah melaksanakan janji kampanyenya untuk mengadakan "perubahan". Setelah 12 tahun pemerintah AS terpecah dua -- Partai Demokrat menguasai Kongres dan Partai Republik menguasai Gedung Putih -- kepresidenan Clinton mencerminkan berkuasanya Partai Demokrat di kedua cabang pemerintahan itu. Dampaknya memang segera terasa. Berbagai RUU, yang semula macet di Kongres, ternyata bisa lolos menjadi UU, tahun lalu. Yang utama menyangkut soal "ekonomi", yang menjadi fokus utama janji Clinton ketika kampanye. Untuk pertama kalinya, Kongres meloloskan anggaran belanja yang diperkirakan akan memangkas defisit setengah triliun dolar selama masa jabatan pertama Clinton. "Program ekonomi kami membantu terjadinya tingkat inflasi terendah dan suku bunga terendah selama 20 tahun ini," kata Clinton. Tahun lalu, tiga kemajuan pesat juga dicapai dalam sektor perdagangan internasional: perjanjian GATT, NAFTA, dan pertemuan APEC. Dampaknya memang segera terasa. Pertumbuhan ekonomi AS tahun lalu mencapai 2,9%. Ini, dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 1992 yang 2,6% dan 1991 yang minus 0,7%, menunjukkan ekonomi AS telah keluar dari perangkap resesi 1990-1991. Wajar kalau tahun ini pengumpulan pendapat yang dilakukan majalah US News & World Report menunjukkan 53% responden mendukung kepresidenan Clinton. Namun, belum jelas apakah dukungan ini akan bertahan di masa depan. Terutama karena Clinton sedang merencanakan reformasi besar-besaran di bidang asuransi kesehatan dan jaminan sosial. Saat ini diperkirakan sekitar 37 juta penduduk AS tak mempunyai asuransi kesehatan, di lain pihak anggaran kesehatan melahap 14% ekonomi negara dan terus membumbung naik dengan kemajuan teknologi kedokteran yang terus mendongkrak biaya itu. Bagi Clinton, solusi yang menghasilkan asuransi kesehatan bagi semua penduduk AS dan sekaligus mengontrol biayanya adalah campur tangan pemerintah yang lebih aktif. Itu tercermin dalam UU Asuransi Kesehatan setebal 1.342 halaman yang disusun oleh satuan tugas di bawah pimpinan Hillary Clinton. Banyak pihak, tak cuma oposisi namun juga di kalangan Partai Demokrat, meragukan ketepatan solusi ini. Di era ketika kemampuan birokrasi di mana-mana sedang diragukan, ini memang bukan jualan yang mudah. Apalagi kredibilitas Clinton tak pernah berhasil mendapatkan fondasi yang kukuh (lihat Kennedy-kah, Clinton?). Semenjak kampanye, berbagai skandal membuat kredibilitas presiden muda ini selalu dipertanyakan. Selain skandal dengan wanita, juga tuduhan penyalahgunaan kekuasaan semasa Clinton jadi Gubernur negara bagian Arkansas. Misalnya saja, tuduhan dua bekas pengawalnya yang mengaku sering ditugasi mengamankan hubungan gelapnya. Juga tuduhan pasangan Clinton terlibat persekongkolan pembangunan kawasan perumahan wisata White Water yang menyebabkan sebuah bank ambruk. Ini semua menyebabkan pengumpulan pendapat US News & World Report juga mencatat, 52% responden berpendapat "setiap kali saya merasa positif tentang presiden, sesuatu yang negatif lantas muncul." Ini pendapat yang wajar jika dikaitkan dengan grafik popularitas Clinton yang turun naik bagai rel jetcoaster di pasar malam itu. Clinton sendiri memang peka terhadap naik turunnya suara pendukung dalam pemungutan pendapat yang dilakukan secara periodik. Ini, menurut kebanyakan pengamat, menjadi faktor utama yang menyebabkan sikap Clinton dalam setahun ini bergeser dari "agak liberal" menjadi "agak konservatif". Bahkan ada yang mengatakan masa "bulan madu" Clinton dan aktivis hak asasi manusia sudah berakhir. Benarkah dugaan ini? Jawabnya mudah dilihat dalam waktu dekat ini. Jika GSP Indonesia tak jadi dicabut, bulan depan, bisa menjadi satu indikator. Jika fasilitas MFN (Most Favored Nations) RRC juga diperpanjang Juni mendatang, itu akan menjadi indikator yang lebih kuat lagi.Bambang Harymurti (Washington, D.C.)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum