KEGEMARAN baru di Cina: terjun ke laut. Atau kata orang Cina, xia hai. Tentu, ini bukan terjun ke laut yang sebenarnya, kan musim dingin sedang mencapai puncaknya. Xia hai adalah istilah prokem di kalangan pegawai negeri. Adapun makna sebenarnya, ramai-ramai berhenti menjadi pegawai negeri, untuk bergabung ke berbagai perusahaan swasta. Lebih hebat lagi, membuka bisnis sendiri. Gejala ini sebenarnya sudah terasa sejak pertama kali reformasi didengungkan, awal dasawarsa 1980 yang lalu. Namun, saat itu baru pegawai kelas buruh yang hijrah, atau paling banter teknisi dengan keterampilan khusus. Belakangan, gejala ini merambah ke kelas pegawai berkerah putih. Para pejabat pemerintah terbaik dan berotak cemerlang ikut terseret arus, dan tersangkut, atau menyangkutkan diri, di perusahaan swasta. Pusat Riset Dewan Pembangunan Negara, misalnya, dalam dua tahun terakhir ini kehilangan dua pertiga dari 16 ahli terbaiknya. Ma Jian Tang, kepala di kantor itu, cuma bisa mengeluh, "Saya sebenarnya berharap mereka tetap tinggal di sini. Masalahnya, kantor riset ekonomi seperti ini memang tak punya kekuasaan, apalagi uang," tuturnya, seperti dikutip oleh koran The Wall Street Journal pekan lalu. Memang, gaji yang jauh lebih besar adalah pemikat yang sangat kuat bagi para birokrat ini untuk ber-xia hai. Jiang Xin Hao empat tahun lalu benar-benar bahagia dengan pekerjaannya di Komisi Negara untuk Restrukturisasi Ekonomi. Tugasnya, mengkaji zone ekonomi khusus di Cina, sebuah pekerjaan yang prestisius di kalangan anak-anak muda berotak encer. Sekarang, dilengkapi dengan telepon genggam dan radio panggil, ia sering terlihat berkeliling Shang Hai sebagai manajer Heng Tong Co., perusahaan swasta yang bergerak di bidang transportasi dan properti. Gajinya 2.000 yuan sebulan, sekitar Rp 500 ribu, lebih dari enam kali gajinya sebagai pegawai negeri. Sebenarnya bukan semata uang yang mendorong musim xia hai ini. Meskipun mungkin tipis, ada juga selain uang yang dikejar. Misalnya, para birokrat itu mengaku kesal menjadi pegawai negeri karena tak berkesempatan mendukung reformasi. Sebabnya, birokrasi yang, bagaimanapun, masih terasa lamban dan terantuk- antuk. Maklum, sisa-sisa garis keras tetap saja ada di Cina, dan kadang mereka menghambat arus reformasi. Maka, dengan bergerak langsung di sektor bisnis swasta, reformasi ekonomi bisa langsung mereka lakukan dari luar. "Saya tetap ingin membangun negara. Dulu saya mengembangkan kebijakan, sekarang saya membangun industri," tutur Tian Yuan, yang dulunya periset andalan di Dewan Pembangunan Negara. Tian, 39 tahun, sekarang bergaji besar dan punya mobil mewah Audi Quatro, lengkap dengan sopirnya. Ia bekerja siang-malam mengembangkan perusahaannya yang bergerak dalam perdagangan emas dan komoditi lain. Ia membawahkan sekitar seribu pegawai - padahal setahun lalu Tian cuma dibantu lima pegawai. Aset usahanya kini mencapai 100 juta yuan (Rp 25 miliar). Ramai-ramai "terjun ke laut" itu sendiri, bagi Cina, mempunyai dua sisi berbeda. Di satu pihak, secara tak langsung ini mengurangi beban pemerintah menanggung pegawai negeri, tanpa harus repot-repot melakukan pemensiunan dini. Salah satu warisan "orde lama" di Cina adalah birokrasi yang gemuk yang sangat tidak efisien. Tahun lalu, misalnya, gara-gara kebijakan pengetatan ekonomi, tak kurang dari dua juta pegawai negeri diberhentikan. Tapi, di sisi lain, xia hai dikhawatirkan akan memerosotkan mutu pemerintah Cina. Bagaimana kalau yang tinggal mereka yang kurang cemerlang, kurang punya inisiatif, dan cenderung bermental korup? Padahal, "Pemerintah memang sebaiknya ramping, namun juga harus berotot," kata Yang Yang, Wakil Presiden Eksekutif China International Intelletech, Co. Pendapat ini banyak didukung para ahli ekonomi yang menilai Cina sekarang berada pada masa transformasi yang paling kritis. Sekali kesalahan dibuat, ekonomi bakal hancur berantakan tak tertolong. Untuk itu, tentu saja para birokrat yang andal sangat diperlukan. Contoh yang paling jelas adalah dilepasnya kebijakan pengetatan ekonomi karena desakan kuat dari provinsi yang merasa bahwa reformasi harus lebih dipercepat. Bagi para ekonom, ini kebijakan yang keliru karena ekonomi Cina masih terasa kepanasan. Birokrat yang andal diperlukan juga untuk menjaga konsep reformasi yang dikehendaki. Menurut Gubernur Bank Sentral Zhu Rong Ji, dalam sebuah wawancara dengan majalah Business Week pekan lalu, ia menyatakan ekonomi pasar yang dituju Cina sebenarnya adalah ekonomi pasar yang berdasarkan kepemilikan umum, bukannya perseorangan. Ini memerlukan orang-orang brilian, untuk memadukan dua hal itu: reformasi dan kepemilikan umum -- apa pun maknanya. Juga, para pegawai yang bisa diandalkan diperlukan untuk menghadapi tantangan dari luar. Misalnya, yang datang dari Amerika Serikat. Juni ini, status most favored nation (MFN) yang selama ini dinikmati Cina bakal dipertimbangkan lagi. Amerika, yang selalu menghubungkan soal perdagangan dengan isu hak asasi manusia, masih belum puas dengan yang terjadi di Cina. Dengan status MFN, Cina mendapat perlakuan istimewa. Segala konsesi dagang yang diberikan Amerika pada semua negara lain otomatis bisa dinikmati Cina. Jika MFN dicabut, diperkirakan Cina bakal kehilangan 96% dari total ekspornya ke Amerika. Ketika itu, orang-orang yang handal itu sangat diperlukan. Bagaimanapun, dalam jarak dekat, xia hai memperkaya wajah Cina.Yopie Hidayat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini