Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan pada Kamis bahwa dia tidak percaya akan ada “perang habis-habisan” di Timur Tengah. Wilayah ini berada dalam kondisi tegang di tengah serangan Israel ke Gaza dan Lebanon dan meningkatnya ketegangan sekutu AS dengan Iran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Biden mengatakan bahwa perang seperti itu dapat dihindari, namun masih banyak yang harus dilakukan untuk memastikan hal tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketika ditanya seberapa yakinnya dia bahwa perang seperti itu dapat dicegah, dia berhenti sejenak dan mengatakan kepada wartawan: “Seberapa yakin Anda bahwa hujan tidak akan turun? Dengar, saya tidak percaya akan ada perang habis-habisan. Saya pikir kita bisa menghindarinya.”
Dia menambahkan: “Tetapi masih banyak yang harus dilakukan.” Ketika ditanya apakah dia akan mengirim pasukan Amerika untuk membantu Israel, dia menjawab, “Kami telah membantu Israel. Kami akan melindungi Israel.”
Ketegangan antara Iran dan Israel meningkat ketika Israel mempertimbangkan pilihan untuk menanggapi serangan rudal balistik Teheran pada Selasa, yang dilakukan Iran sebagai tanggapan atas aksi militer Israel di Lebanon.
Pertumpahan darah terbaru dalam konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung puluhan tahun dipicu oleh serangan militan Hamas Palestina pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan 1.139 orang, dan sekitar 250 orang disandera, menurut penghitungan Israel.
Serangan balas dendam Israel selanjutnya terhadap Gaza telah menewaskan hampir 41.800 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan membuat hampir seluruh penduduk Gaza mengungsi, menyebabkan krisis kelaparan dan menyebabkan tuduhan genosida terhadap Israel.
Aksi militer Israel baru-baru ini di Lebanon telah menewaskan ratusan orang, melukai ribuan orang, dan membuat satu juta orang mengungsi. Israel mengatakan pihaknya menargetkan militan Hizbullah Lebanon yang didukung Iran.
REUTERS