Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Blair di Antara 2,6 Juta Kata

Laporan penyelidikan keterlibatan Inggris dalam Perang Irak dipublikasikan. Mantan Perdana Menteri Tony Blair terkesan bagai "anjing pudel" Presiden Amerika Serikat George Bush.

18 Juli 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI masa Tony Blair menjabat Perdana Menteri Inggris, pada 1997-2007, John Prescott adalah Deputi Perdana Menteri. Dia, secara langsung ataupun tak langsung, tentu saja, ikut dalam proses pengambilan keputusan melibatkan Inggris dalam invasi terhadap Irak pada 2003. Tapi keterlibatan ini belakangan dia sesali. Dan dia membeberkannya kepada publik setelah terbit laporan penyelidikan tentang keterlibatan Inggris dalam perang itu pada dua pekan lalu.

Menulis di Sunday Mirror pada Ahad pekan lalu, Prescott meringkaskan suasana hatinya mengenai campur tangan Inggris dalam penyerbuan ke Irak yang dipimpin Amerika Serikat: "Keputusan ikut berperang dan kerusakan yang diakibatkannya akan menghantui sisa hidup saya."

Dia mengingatkan bahwa, pada 2004, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Kofi Annan telah menyebut Perang Irak itu ilegal karena tujuan utamanya adalah mengganti rezim. "Dengan perasaan marah dan sedih sekali, sekarang saya percaya bahwa dia benar," katanya.

Perang itu memang akhirnya sukses menggulingkan Saddam Hussein, yang berkuasa di Irak sejak 1979—dan pengadilan Irak menjatuhkan hukuman gantung tiga tahun setelah Saddam tertangkap. Tapi Irak tak pernah benar-benar damai sekalipun pemerintah baru yang dipilih secara demokratis telah silih berganti menjalankan tugasnya. Kekacauan di sana, dan munculnya kelompok ekstrem Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), justru melipatkan ancaman terhadap keamanan dunia.

Menurut laporan komisi Penyelidikan Irak yang dipimpin John Chilcot, perang itu dilancarkan berdasarkan alasan yang dibesar-besarkan dan bahkan dibuat-buat. Irak, yang disebut-sebut menimbulkan ancaman terhadap keamanan dunia, sama sekali tak memiliki senjata pemusnah massal sebagaimana disimpulkan dari data intelijen Amerika Serikat; dan pendekatan diplomatik masih mungkin dilakukan. Tony Blair tak jujur ketika berusaha meyakinkan perlunya Inggris mendukung Amerika.

Dalam perang yang kemudian berlangsung, 179 prajurit Inggris gugur. Keluarga mereka kini sedang menimbang-nimbang apakah akan mengajukan gugatan hukum terhadap Blair atau tidak.

* * *

PENYELIDIKAN Irak, komisi yang ditugasi menginvestigasi bagaimana pemerintah Tony Blair membawa Inggris ke Perang Irak pada 2003, bekerja selama tujuh tahun. Banyak halangan sebelum akhirnya komisi ini mempublikasikan laporannya. Dan temuannya memang telak, meski sebetulnya tak mengejutkan: Blair, sebagai perdana menteri, memutuskan berperang di samping Presiden Amerika George W. Bush, berdasarkan data intelijen yang cacat, pernyataan publik yang menyesatkan, pijakan yang rapuh, dan persiapan yang tak memadai. Dalam laporan yang terdiri atas 2,6 juta kata itu, Blair memang terkesan bagai "anjing pudel" Bush—persis seperti para pengkritiknya menyebut dia.

Laporan itu menyebutkan, delapan bulan sebelum penyerbuan dilakukan, Blair menulis nota rahasia untuk Bush. Di dalamnya dia menyatakan, "Bagaimanapun, saya akan bersama Anda." Sulit disimpulkan dari nota seperti ini bahwa Blair bertindak selayaknya seorang pemimpin independen, yang tanggap terhadap kebutuhan dan opini rakyatnya.

Nota itu merupakan satu di antara nota-nota serupa, yang dikirim sebelum dan sesudah perang, yang akhirnya dibuka melalui laporan Chilcot. Menurut Mother Jones, banyak dari kalimat dalam nota-nota itu yang bisa menimbulkan perasaan jijik karena Blair terkesan memuja-muji Bush atau berusaha merayu dia untuk mengambil tindakan strategis yang bakal memperbaiki posisi mereka bersama di panggung dunia.

Dalam nota yang ditulis beberapa hari sebelum invasi, misalnya, Blair habis-habisan mengambung-ambungkan Bush. Dia berkata kepada Bush: "Inilah saatnya ketika Anda bisa mendefinisikan politik internasional bagi generasi berikutnya: tata dunia pasca-Perang Dingin sejati. Ambisi kita besar: membangun agenda global yang memungkinkan kita menyatukan dunia; ketimbang memecahnya ke dalam pusat-pusat kekuasaan yang saling bersaing."

Kepada Bush, Blair juga menjelaskan betapa Eropa sama sekali tak memahami apa yang Bush hendak wujudkan. Dia mencontohkan bagaimana seorang pemimpin Eropa membandingkan Menteri Pertahanan Amerika Donald Rumsfeld dengan Usamah bin Ladin, pemimpin Al-Qaidah. Atau pemimpin lain yang panik karena ada orang-orang yang mengatakan kepadanya ingin mengganti hubungan Eropa-Amerika dengan Eropa-Rusia. Blair menyebut mereka sebagai "orang rasional yang bertindak sangat bodoh".

Bukan berarti dengan begitu Blair hendak mengajak Bush mengabaikan Eropa. Bagaimanapun, Bush tetap memerlukan Eropa; dia harus bisa merangkul Eropa lagi. Dan Blair telah menyiapkan agenda untuk itu.

Dia mendesak Bush untuk menggulirkan lagi proses perdamaian Timur Tengah (yang ditinggalkan sama sekali oleh pemerintah Bush): "Saya cukup mengulangi, betapapun membosankan, bahwa proses perdamaian Timur Tengah adalah ujian bagi seluruh dunia. Hal itu akan menghapuskan 70 persen perasaan anti-Amerika dengan sekali pukul." Dia mengusulkan serangkaian langkah terinci yang bisa dijalankan oleh Bush.

Blair memang digambarkan berusaha keras mengubah Bush menjadi pemimpin yang akan bertindak menurut prioritas global yang dalam pandangan Blair penting—termasuk perubahan iklim dan proses perdamaian Timur Tengah. Tujuannya agar ada isu yang bisa mengalihkan perhatian dari aksi mereka di Irak. Hal ini dinilai bukan pekerjaan mudah bagi Blair; kesannya bahkan menyedihkan. Tapi Blair melakukannya karena mengira bisa mempengaruhi Bush dan menjadikannya seorang pemimpin yang lebih baik. Laporan Chilcot mengisyaratkan hal itu sebagai kesalahan perhitungan Blair yang terbesar.

* * *

SEBENARNYA, segera setelah laporan Chilcot dipublikasikan, Blair telah memberikan pernyataan kepada media. Dia membantah semua tudingan kepada dirinya dengan mengatakan bahwa "tidak ada kebohongan, parlemen dan kabinet tidak disesatkan, tidak ada komitmen rahasia untuk berperang, intelijen tidak dipalsukan, dan keputusan dibuat dengan niat baik".

Bagi parlemen, bantahan itu rupanya tak cukup meyakinkan. Berdasarkan temuan komisi Chilcot, juga pengakuan Prescott, sejumlah anggota parlemen menggulirkan upaya untuk menghukum Blair. Menurut David Davis, anggota parlemen dari Partai Konservatif, banyak sejawatnya yang setuju mendukung mosi yang bakal menetapkan bahwa Blair telah mengakali parlemen berkaitan dengan keputusan menginvasi Irak. Perdebatan mengenai mosi itu direncanakan berlangsung pekan ini.

"Publik ingin melihat ada sesuatu yang dilakukan, tak ada keraguan untuk hal itu. Rakyat bertanya, 'Kapan dia akan dihukum karena hal ini?' Ini memang hukuman simbolis tapi, bagaimanapun, ini setidaknya menjatuhkan vonis," ujar Davis.

Merujuk pada pemungutan suara pada 2003 untuk memutuskan invasi ke Irak, Davis menyebutkan parlemen sengaja dibuat yakin pada lima hal yang sebenarnya menyesatkan. "Tiga dalam perkara senjata pemusnah massal, satu berkaitan dengan situasi pemungutan suara di PBB, dan satu lagi menyangkut ancaman, risikonya," katanya.

Davis sejauh ini memperoleh dukungan lintas partai. Alex Salmond, anggota parlemen dari Partai Nasional Skotlandia, misalnya, menyebut tindakan Blair sebagai "kejahatan parlementer, dan sudah tiba saatnya bagi parlemen untuk menjatuhkan vonis".

Jeremy Corbyn, Ketua Partai Buruh, sepakat bahwa "parlemen mesti meminta pertanggungjawaban dari mereka yang membawa kita ke perang ini, termasuk Tony Blair". Ditanya apakah dia akan mendukung mosi yang diusulkan Davis, dia menjawab, "Saya belum melihatnya, tapi saya kira saya mungkin akan mendukungnya."

Sebelumnya, mewakili Partai Buruh, Corbyn telah meminta maaf perihal keputusan untuk melibatkan Inggris dalam Perang Irak. Penyesalan semacam ini yang tak datang dari Blair, atasan John Prescott.

Purwanto Setiadi (BBC NEWS, The Guardian, The Independent, Mother Jones)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus