BERAWAL dari nomor kerangka sebuah mobil van, ditangkaplah Mohammad Salameh, Kamis pekan lalu. Maka hanya dalam waktu enam hari setelah gedung World Trade Center, New York, dibom, tersangka pelakunya sudah di tangan FBI, polisi federal AS. Sebenarnya, setelah tahu pemilik mobil van itu, yakni Persewaan Truk Ryder di Jersey City, sekitar 5 km di barat New York City, dan tahu siapa penyewanya di hari pengeboman itu, FBI berencana menguntit tersangka itu dahulu. Perhitungannya, orang itu pasti tak bergerak sendiri. Sialnya, soal ini keburu bocor ke tangan wartawan, dan muncullah berita tersangka pengeboman di harian New York Post. Maka, FBI segera menangkapnya. Menurut catatan di Persewaan Ryder, Salameh menyewa truk itu tiga hari sebelum peristiwa pengeboman. Beberapa jam sesudah pengeboman, Salameh melaporkan bahwa truk itu dicuri orang, dan minta uang jaminannya, 400 dolar, dikembalikan. Ketika ditangkap, Salameh, imigran gelap asal Yordania, hanya bertanya dalam bahasa Arab: ''Ada apa?'' Tentu, menurut peng- acaranya, ia menolak tuduhan polisi dan mengaku tak tahu-menahu soal pengeboman itu. Tapi FBI mendeteksi adanya abu nitrat, bahan kimia yang biasanya terdapat dalam mesiu, pada tembusan dokumen penyewaan van yang dibawa Salameh. FBI menduga Salameh hanya pion dari jaringan yang oleh FBI disebut Islam Fundamentalis di Jersey City. Hubungan itu disimpulkan oleh FBI hanya karena Salameh dikenal rajin bersembahyang di mushola Al-Salam di Jersey City. Kebetulan salah satu imam di mesjid itu adalah Syaikh Omar Abdul Rahman, yang khotbahnya dikenal sangat anti-Barat. Tapi Omar Abdul Rahman telah mengeluarkan pernyataan membantah keterlibatannya dalam peristiwa yang menewaskan lima orang dan melukai seribuan yang lain. Ia bahkan mengutuk pengeboman itu. ''Merusak seperti itu bukanlah perilaku muslim sejati,'' katanya. Bagi Omar Abdul Rahman yang buta itu, dituding terlibat dalam aksi kekerasan bukan hal baru. Ia pernah diadili di Mesir karena dituduh terlibat dalam komplotan pembunuh Presiden Anwar Sadat. Terutama karena ia sebelumnya mengeluarkan fatwa membenarkan pembunuhan Sadat yang dianggapnya telah berkhianat. Ternyata pengadilan membebaskan, tak ada bukti keterlibatannya. Tapi memang ada hal yang bisa membuat orang mencurigai Salameh. Yakni ditemukannya peralatan kawat dan sebagainya, yang biasa- nya dipakai untuk membuat bom, di apartemen yang digunakan oleh Salameh sebagai alamatnya. Apartemen itu milik teman Salameh. Dan di situ, menurut para tetangga, orang-orang Timur Tengah keluar-masuk. ''Mereka orang-orang yang saleh, suka berdoa,'' tutur seorang tetangga kepada New York Times. Jadi sejauh ini bukti untuk menuduh Salameh, sebagai pelaku pengeboman, sebenarnya masih tipis. Dan disebut-sebutnya ''Islam Fundamentalis'' oleh polisi membuat kaum muslim di AS angkat bicara. Selain mengutuk pengeboman di New York itu, Dewan Muslim Amerika mengimbau media massa dan pihak berwenang agar berhati-hati memakai kata Islam Fundamentalis. ''Ini dapat menyebabkan ketegangan antar-umat beragama dan melahirkan tragedi baru,'' bunyi pernyataan Dewan yang mewakili 10 juta umat Islam di AS itu. Enam hari untuk menemukan Salameh, entah berapa hari untuk membuktikan ia bersalah atau tidak. Bambang Harymurti (Washington DC) & Dja'far Bushiri (Kairo)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini