APA pun pujian panitia Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini pada Mikhail Gorbachev, rakyat Soviet mungkin tak ambil peduli. Memang, di luar Soviet, terutama di Eropa Timur, nama Gorbachev tak akan terlupakan. Kepala negara komunis berusia 59 tahun itulah yang membuat rakyat Eropa Timur terbebas dari komunisme yan-g men-gekang hidup mereka. Mereka yang dulu disebut warga Jerman Timur tak perlu lagi mempertaruhkan nyawa bila hendak pindah ke Jerman Barat, karena kini hanya ada Jerman. Orang Cekoslovakia (kini Republik Ceko dan Slovakia) tak perlu jadi anggota partai agar mendapat gaji layak. Dan di seluruh Eropa, ketegangan akibat perang dingin Timur-Barat bisa dibilang musnah sudah. Dunia memang memuji dan mengagumi tokoh yang mengubah sejarah dan peta dunia itu. Perubahan yang membuka pintu bagi kehidupan yang lebih manusiawi, karena konsep komunisme yang lebih menghargai ideologi daripada kehidupan sehari-hari dibuang. Tapi, setidaknya bagi sebagian besar rakyat Soviet, menjelang musim dingin ini, apa artinya Nobel Perdamaian bagi kepala negara mereka? Konon, sebagian orang Moskow dengan sinis mengatakan, Gorbachev boleh menerima Hadiah Nobel Perdamaian, tapi ia seumur-umur tak akan menerima Hadiah Nobel Ekonomi. Persetujuannya pada konsep "Ekonomi 500 Hari"-nya Shatalin, konsep yang secara teoretis menjanjikan perubahan ke arah ekonomi yang terbuka dan memberi kesempatan orang memetik kesejahteraan sesuai dengan upayanya, sayangnya tak lalu membuat konsep itu jadi kebijak-anaan pemerintah Kremlin. Buktinya, rencana peralihan ke ekonomi p-asar, yang diajukan Gorbachev ke parlemen Uni Soviet, Selasa pekan lalu, ternyata rencana Shatalin dengan modifikasi. Kurang -- lebih menjadi rencana "jalan tengah", antara perubahan radikal dan rencana konservatif. Bahkan rencana itu tetap pada pola sentralisasi, penerapan harga pasar dilakukan bertahap, dan akan tetap ada subsidi untuk melindungi golongan tertentu dari kejutan pasar. Selain itu Gorbachev ingin tetap memegang kontrol sejumlah komoditi utama seperti minyak dan gas, emas, intan, serta bahan mentah penting lainnya. -Lagi pula, rencana kompromistis Gorby tak menyinggung swastanisasi tanah. Padahal, dialah yang memelopori bahwa petani boleh menyewa tanah dari koperasi. Sementara itu, konsep radikal Shatalin menginginkan penghapusan pertanian kolektif atau pengembalian tanah pada rakyat, dan swatanisasi pabrik-pabrik. Maka, konsep Gorby yang mungkin sangat radikal dua tahun lalu kini terasa ketinggalan kereta. Itu yang membuat Boris Yeltsin, Presiden Republik Rusia dan pendukung konsep Shatalin mencap pilihan Gorbachev adalah konsep menuju kekacauan. Bisa dimaklumi bila Yeltsin mengancam akan tetap menerapkan konsep "500 hari" Shatalin di Republik Rusia. Sementara itu, pada parlemen ia mengajukan tiga usul. Yakni agar parlemen menolak konsep ekonomi Gorbachev sama sekali atau, menyetujui rencana itu cuma untuk jangka waktu enam bulan dan ketiga, membentuk koalisi pemerintahan pusat dengan dasar keseimbangan (berimbang antara kubu konservatif dan radikal). Di muka sidang parlemen Uni Soviet, Jumat pekan lalu, Gorbachev membalas dengan menuduh Yeltsin cuma mencari kepopuleran politik. "Kamerad Yeltsin mengimbau pembentukan koalisi. Tapi mengapa ia membungkusnya dengan ancaman untuk menerapkannya?" ujar Gorhachev, yang disambut keplok meriah anggota parlemen. Ancaman yang dimaksud, rencana Yeltsin untuk menerapkan konsep Shatalin di Republik Rusia. Bahwa parlemen Soviet belum cukup radikal, terbukti rencana Gorbachev-lah yang akhirnya disetujui. Dari keseluruhan 356 anggota parlemen, cuma 12 menolak rencana Gorbachev dan 26 abstain, Jumat pekan lalu. Maka, secara resmi berakhir sistem ekonomi yang dimonopoli negara dalam segala sektor kehidupan. Berbeda dengan konsep reformasi 500 hari, rencana Gorbachev tidak menentukan batas waktu peralihan ke ekonomi pasar. Cuma disebut-sebut pengalaman reformasi di negara lain yang berjalan satu sampai dua tahun. Soal waktu ini yang membuat para ekonom pro-Shatalin menyebut program Gorbachev tidak jelas arahnya. Adapun rencana Gorbachev mencakup empat tahapan: * Pertama: pengurangan defisit anggaran nasional pengawasan atas suplai uang peningkatan tingkat bunga bank peningkatan produk konsumsi dan Land Reform. * Kedua: Membebaskan harga 80-% barang dari kontrol negara mendorong bisnis swasta kecil dan menyiapkan jaminan sosial bagi mereka yang kehilangan pekerjaan. * Ketiga: Menetapkan upah minimum menerapkan pasar bebas untuk perumahan, sistem perbankan, dan kewiraswastaan. * Keempat: Menghentikan monopoli pemerintah di banyak industri dan membebaskan perdagangan mata uang rubel terhadap mata uang asing, serta meningkatkan investasi asing. Yeltsin meramalkan rencana Gorbachev akan menimbulkan kekacauan dalam beberapa bulan setelah dilaksanakan. Banyak pengamat berpendapat senada. Ahli ekonomi George Soros, misalnya, menulis di surat kabar New York Times, meramalkan kegagalan rencana reformasi ekonomi Gorbachev. Menurut Soros, kegagalan itu akan memaksa Gorbachev menerima konsep 500 hari Shatalin sepenuhnya. Dengan catatan, kudeta militer tak lebih dahulu terjadi. Yang kemudian bisa membuat rakyat Soviet pesimistis, apakah itu rencana Gorbachev atau Shatalin yang direncanakan, keduanya terancam berantakan bila aparat yang kini menjalankan roda ekonomi tak diganti dengan yang baru. Ada yang meramalkan, merosotnya ekonomi ini akan mendorong eksodus, bila bantuan Barat tak cukup menolong. Farida Senjaya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini