MENGAPA bisa gagal? Banyak orang Amerika yang ternganga ketika
mendengar berita bahwa operasi 'Cahaya Biru' gagal. Selama ini
mereka mempercayai mitos bhwa Amerika Serikat adalah super
power. Dari pagi itu mereka menyaksikan Presiden Jimmy Carter
agak lesu melalui siaran teve.
Kolumnis koran Miami Herald, Charles Whited, menghubungkan
kejadian di gurun Dasht-E-Kavir itu dengan kegagalan AS ketika
melancarkan serbuan ke Teluk Babi tahun 1961. Ia menggambarkan
perasaannya waktu itu: "Tiba-tiba mitos yang selalu kita pegang
teguh -- diperkuat dengan sukses dalam berbagai konflik
bersenjata sejak revolusi Amerika -- bahwa Tuhan selalu di pihak
kita dan bahwa kekuatan AS tidak terkalahkan menjadi buyar."
Presiden Carter menyebut kegagalan 25 April itu karena 'nasib
buruk'. Sebelumnya ia begitu percaya bahwa para sandera bisa
dipindahkan dengan selamat. Tapi pernyataan Carter ini tidak
menjawab persoalan. Suatu rangkaian pertanyaan kemudian timbul.
Terutama kalau betul maksud operasi tersebut semata-mata untuk
menyelamatkan sandera. Mengapa heli yang turut dalam operasi itu
hanya 8? Mengapa heli itu begitu mudah rusak?
Operasi 'Cahaya Biru' yang bergerak dari Kapal Induk USS Nimitz,
yang berada di laut Arab itu sebenarnya sudah lama
dipersiapkan. Operasi itu didukung oleh 180 orang anggota
pasukan komando yang sudah terlatih sebagai pasukan
anti-teroris. Di antaranya 90 orang sudah berada di Teheran
sebelum operasi itu dimulai. Sedang selebihnya ikut dalam
penyerbuan yang gagal itu.
Mereka adalah pasukan elite yang diambil dari keempat angkatan.
Dan sudah dilatih sejak 2 tahun yang lalu di Fort Bragg yang
juga menjadi Markas Bsar Pasukan Gerak Cepat AD-AS. Selama ini
mereka dikenal dengan sebutan Tim Delta. Mereka menempati
sebagian dari kompleks militer Fort Bragg yang mereka namakan
Charlie's Angels. Nama ini diambil dari sebuah pertunjukan teve
yang populer untuk menghormati Kolonel Charles Beckwith yang
menjadi salah satu komandan unit dalam operasi 'Cahaya Biru'
itu.
Sebelum gagalnya operasi itu hampir tidak diketahui apa
sebenarnya yang terjadi di kompleks Charlie's Angels itu. Hanya
desas-desus sering terdengar bahwa di wilayah militer itu sedang
dilatih pasukan anti-teroris. Dan ini baru terbuka dari
laporan Fred Bost, seorang pensiunan sersan mayor yang menjadi
penulis masalah militer pada The Fayetteville Times. Laporannya
ga dimuat di Neu York Times.
Sebagian satuan operasi, 'Cahaya Biru' dibentuk sekitar November
1977. Waktu itu pemerintah AS menyadari pasukannya kurang mampu
untuk melakukan operasi penyelamatan. Sebagaimana yang pernah
dilakukan pasukan komando Jerman Barat ketika membebaskan 89
orang sandera dari pesawat terbang yang dibajak di Mogadishu,
Somalia. Dan untuk itu ditunjuk Kol. Charles Beckwith sebagai
komandan karena pengalamannya dalam operasi Green Beret di
Vietnam tahun 1965-66.
Walaupun satuan ini berada di wilayah Angkatan Darat, Cahaya
Biru tidak secara khusus berada di bawah kontrol mereka. "Ini
adalah unit militer yang berada di bawah tanggungjawab Dewan
Keamanan Nasional. Dan bekerja melalui nerartemen Pertahanan,
di bawah program ketua Gabungan Kepala Staf," kita jurubicara
Deplu Hodding Carter sebagai konfirmasi pada tahun 1978.
Sebagai pasukan elite mereka dilatih seeara keras. Apalagi
sebagian besar mereka datang dari Satuan Pasukan Khusus Angkatan
Darat. Salah satu bentuk latihan mereka ialah kemampuan untuk
lari dengan kecepatan tinggi sejauh 54 km. Menurut sebuah sumber
militer, latihan serupa ini pernah menimbulkan kritik. Tapi ini
tidak pernah diperhatikan Kol. Beckwith. Bahkan kepada anggota
yang sudah menyelesaikan latihan terakhir ia selalu mengatakan,
"kau harus membuktikannya lagi."'
Para anggota pasukan ini punya tingkat inteligensia yang tinggi,
kondisi fisik yang bagus dan bersedia menutup mulut. Sebelum
mengikuti operasi di Iran itu mereka kabarnya sudah mendapat
latihan di gurun pasir di bagian barat daya Amerika Serikat.
Keadaan alamnya mirip dengan Iran. Mereka juga sudah melakukan 7
kali gladi resik. Itu berlangsung selama hampir 2 minggu sebelum
hari-H operasi 'Cahaya Biru' itu.
Begitu operasi berlangsung keadaan rupanya menjadi lain.
Operasi 'Cahaya Biru' yang semula direncanakan akan memasuki
Teheran pada pagi buta terpaksa dibatalkan Presiden Carter di
pertengahan jalan. Karena 3 dari 8 pesawat helikopter RH-53
mengalami kerusakan (TEMPO, 3 Mei).
Sumber Pentagon seperti yang dikutip New York Times menyebutkan
bahwa ketika 6 pesawat sudah tiba di gurun Dasht-E-Kavir,
terjadi perbantahan antara Kol. Beckwith dengan komandan utama
operasi itu (namanya tidak disebutkan) serta beberapa perwira
lainnya. Soalnya seorang perwira melaporkan bahwa 2 di antara 6
pilot heli dalam keadaan letih dan sakit, akibat mengalami
terjangan angin gurun yang keras. Ia juga mempertanyakan apakah
operasi ini bisa diteruskan.
Kol Beckwith secara keras mendesak agar operasi ini diteruskan.
Dan ini disetujui oleh Kol. Udara James Kyle, salah seorang
komandan unit. Namun sewaktu akan lepas landas, terjadi tabrakan
antara sebuah heli dengan pesawat Hercules C-1 30.
Karena kejadian itu, Kol. Kyle memutuskan untuk cepat-cepat
melakukan evakuasi setelah mendapat perintah pembatalan dari
Washington. Di sini sekali lagi terjadi pertengkaran antara
Beckwith dengan Kyle. Menurut sumber itu, Beckwith menghendaki
agar kelima heli yang tinggal dihancurkan lebih dahulu. Namun
Kyle menolak karena ingin buru-buru meninggalkan tempat itu.
Tapi jurubicara Pentagon membantah semua berita ini. Ia
mengatakan heli itu tidak dihancurkan karena bisa menimbulkan
bahaya yang lebih besar akibat kebakaran dan ledakan dari
amunisi yang ada di Hercules C-130.
MENURUT sebuah sumber, rencana operasi penyelamatan itu akan
dimulai dengan serbuan ke kompleks kedutaan-besar AS dan gedung
Deplu Iran yang terpisah sekitar 1,5 km. Pasukan kormando yang
sudah berada di Teheran secara bersamaan akan melakukan tugas
tersebut. Sebelumnya hubungan listrik dan telepon ke kompleks
itu akan diputuskan terlebih dahulu. Sementara itu pesawat
tempur jet F-14 Tomcat yang bertolak dari USS Nimitz sudah akan
melayang di udara Teheran untuk menjaga kemungkinan serbuan
udara dari pihak Iran.
Selain itu beberapa pesawat Hercules C-130 yang membawa
persenjataan berat juga sudah akan berada di wilayah udara
Teheran. Baik F-14 maupun C-130 baru akan bertindak bila tim
penyerbu di darat mengalami kesulitan. Dan mereka juga akan
segera bisa menumpas pesawat Iran yang akan mengudara setelah
mengetahui operasi tersebut. Soalnya semua pesan komunikasi
militer Iran akan disadap sehingga dalam detik yang sama pesawat
AS bisa bergerak menuju sasaran.
Dalam keadaan siap, terutama yang menyangkut operasi di udara,
tim penyerbu darat akan memasuki kompleks kedutaan-besar dan
gedung Deplu. Mereka akan menyemprotkan gas beracun ke arah kaum
militan yang mengawal tempat itu. Begitu sandera dikeluarkan
dari tempat mereka ditahan, pesawa heli -- yang sebelumnya
bersembunyi di luar Kota Teheran -- akan mendarat di dalam
kompleks itu.
Dengan heli para sandera akan dibawa ke Posht-E-Badam, dekat
gurun Dasht-E-Kavir yang terletak beberapa kilometer dari Tabas.
Di situ ada lapang an terbang rahasia. Sementara itu pesawat
F-14 akan membayangi perjalanan heli. Di Posht-E-Badam pesawat
pengangkut C-130 sudah menunggu dan para sandera akan diangkut
menuju Kapal Induk Nimit.
Adanya lapangan terbang ini sebenarnya sudah diketahui Iran,
ketika kaum revolusioner menangkap Mahmoud Jafarian, orang dekat
Syah yang sudah dihukum mati setelah revolusi meletus. Jafarian
semula bermaksud membakar peta lapangan terbang itu tapi
ketahuan. Dia kemudian menjelaskan bahwa tempat itu dibangun CIA
dengan sepengetahuan Syah. Setelah mengetahui hal itu, AU-lran
mengusulkan agar lapangan itu dihancurkan. Karena mereka
khawatir kalau di situ ada perlengkapan komunikasi yang bisa
memberi isyarat kepada pesawat AS. Ironisnya ini tidak jadi
mereka lakukan.
Memang tanpa adanya lapangan terbang ini kemungkinan untuk
menggunakan operasi udara secara besarbesaran agak sulit. Dalam
operasi 'Cahaya Biru' peranan kekuatan udara tampaknya memang
sangat menentukan.
Pengisian minyak di udara memang tak jadi soal. Dalam operasi
itu ikut serta pesawat tanker KC-135 yang diterbangkan dari
Oman. Sedang untuk menembus radar Iran, lebih bukan soal lagi.
Karena yang memasang radar itu adalah AS, mereka mengetahui pada
ketinggian berapa radar tersebut tidak berfungsi.
Begitupun operasi tersebut terputus di tengah jalan. Atau gagal.
Namun reaksi orang Amerika tampaknya tidak menutup kemungkinan
bagi Carter untuk mengulangi sekali lagi operasi semacam itu.
Tentu tak sedikit yang mengejeknya. Misahlya, Ny. Zane Hall,
ibu seorang sandera mengomentari kegagalan itu dengan
mengatakan, "saya rasa Carter harus kembali ke Georgia untuk
bertani kacang." Anehnya komentar ini sama dengan tajuk harian
Al Qabas yang terbit di Kuwait - pada hari yang sama:
"Satu-satunya korban dalam operasi itu adalah Carter. Ia harus
mengundurkan diri dan kembali bertani kacang."
Tapi Prof. Samuel P. Huntington, guru besar di Universitas
Harvard berkomentar "Kenyataan bahwa AS tidak melakukan itu
jauh-jauh hari menunjukkan bahwa kemungkinan sukses tidak
terlalu tinggi. Tapi saya kira seluruh dunia akan memberikan
pujian kepada AS karena teIah berusaha." Memang poll pendapat
di AS beberapa hari sebelum Carter memutuskan dilaksanakannya
operasi itu sudah menunjukkan bahwa sebagian besar menghendaki
adanya tindakan militer terhadap Iran.
Kegagalan ini memang merupakan pukulan buat Carter. Sebelum itu
sudah ada yang menasihatinya agar tidak melakukan operasi ini,
karena setelah Maret angin gurun sangat keras. Sementara Prof.
Richard Frye, gurubesar studi tentang Iran di Universitas
Harvard menyebutkan bahwa operasi itu merupakan tindakan yang
bukan main tololnya. "Misi ini merupakan contoh lain dari sikap
pemerintah Carter yang tidak bersedia berunding dengan Iran.
Mereka hanya mau memberi ultimatum demi ultimatum," ujarnya.
Kekecewaan orang Amerika dalam menghadapi krisis ini tampaknya
cukup berdasar, terutama karena mereka sendiri tidak tahu dengan
siapa harus berunding. Apakah dengan Presiden Bani Sadr, Dewan
Revolusi, Ayatullah Khomeini atau mahasiswa militan? Atau dengan
Parlemen yang akan dibentuk? Semuanya hampir tidak jelas,
terutama tidak jelas siapa sebenarnya yang berkuasa. Sesuatu
yang membedakan Iran dengan rezim lain di dunia.
Tapi kekecewaan ini sebenarnya tak perlu jika AS juga memahami
tuntutan mereka yaitu 'kembalikan Syah Iran'.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini