Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Hanya ada satu tito (7 mei 1892-...

Ulasan tentang perjuangan almarhum tito yang membawa negerinya independen & melahirkan gagasan non-blok almarhum joseph bros tito meninggal 3 hari sebelum hari lahirnya yang ke-88, setelah lama sakit.

10 Mei 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TITO wafat, hanya sekitar 3 hari sebelum hari lahirnya yang ke-88. Ia seolah-olah ingin menjangkau tanggal 7 Mei itu -- setelah sejak awal Januari ia diketahui tak akan bisa hidup lebih lama lagi. Dan hampir berhasil. Seakan-akan hari-hari penghabisan itu menegaskan kembali seluruh dirinya seorang yang liat. "Saya sangat siap untuk menderita." Itu ucapannya di pertengahan November 1928, kepada hakim kerajaan yang menghukumnya 5 tahun karena kegiatannya sebagai aktivis komunis. Di masa itu ia memang fanatik, yakin bahwa komunisme akan berhasil menciptakan kebahagiaan di tanah airnya. Kemudian ia, agak berubah. Tapi umurnya yang waktu itu 36 tahun memang menyimpan pengalaman yang getir, meskipun pertemuannya dengan komunisme merupakan proses yang pelan. Ia lahir di Desa Kumrovec di utara Kota Zagreb, kota utama di daerah Kraotia. Keluarganya petani sederhana, tapi bukan yang termisl in di antara ke-200 famili yang tinggal di situ. Meskipun demikian, saat-saat krisis toh terjadi. Kenangan masa kanal Tito penuh dengan cerita lapar, dan tentang ayahnya yang baik tapi lemah dan pemabuk. Keadaan terpepet pula yang menyebabkan Tito atau lebih tepat Josip Broz, namanya yang sebenarnya -- berangkat meninggalkan dusun. Dibantu seorang saudara sepupunya yang jadi sersan dalam tentara kerajaan Austria-Hungaria, ia ke kota dan bekerja sebagai jongos di restoran perwira. Tapi ia kemudian menemukan masa bahagianya waktu magang sebagai montir. Dan di sinilah pertama kalinya ia bersentuhan dengan gerakan buruh internasional, gerakan Sosial Demokrasi yang kelak mempengaruhinya untuk jadl komunis. Tapi pengaruh itu masih harus melalui hari-hari panjang Perang Dunia I. Ia harus menjalani dinas militer dalam tentara Austro-Hungaria. Ia berhasil jadi perwira, tapi pasukan itu kalah menghadapi pasukan kerajaan Rusia. Ia jadi tawanan perang. Tapi di wilayah Rusia itu melarikan diri -- untuk kemudian terlibat dalam revolusi komunis menjatuhkan kekaisaran di tahun 1917. Ia memang bukan peserta aktif waktu itu, tapi sempat tercatat sebagai pasukan Bolshewik, "Pengawal Merah Internasional". Ia bahkan kawin dengan seorang gadis Rusia yang menolongnya. Baru di tahun 1923 ia diajak serta untuk kegiatan partai komunis, setelah ia balik ke tanah airnya. Sejak itu riwayatnya terdiri dari kegiatan di bawah tanah, atau pernyataan terang-terangan, yang sering mengirimnya ke hukuman penjara. Tapi dari sinilah ia mengembangkan diri ke arah posisi memimpin dalam partai. Bahkan sejak 1934 ia jadi pejabat Comintern (Komunisme Internasional) yang mengatur gerak orang-orang komunis di seluruh dunia di bawah pimpinan langsung Lenin dan, kemudian, Stalin. Josip Bro. tetap setia kepada Cominteln sampai menjelang organisasi ini dibubarkan sendiri oleh Stalin di tahun 1943. Dan untung dia selamat dari pembersihan yang kejam yang dilakukan pemimpin Rusia itu di tahun 30-an terhadap para pejabat di sekitarnya. Tapi pengalaman selama Perang Dunia II, ketika ia sudah jadi pemimpin partai dan komandan partisan melawan Jerman, akhirnya ini tentunnya sesuatu tahap yang paling menghebohkan dalam gerakan komunis internasional: Tito dan kaum komunis Yugoslavia menampik sang pemimpin besar, Stalin. Pembangkangan Partai Komunis Yugoslavia kepada kepemimpinan Stalin bermula dari pelbagai sebab. Stalin misalnya tak senang, ketika salah seorang pemimpin Yugo mengeluh, bahwa tentara Soviet yang melewati Yugo, dalam peperangan melawan Nazi Jerman, banyak yang melakukan perkosaan. Stalin juga curiga akan niat Yugoslavia untuk membentuk kesatuan dengan Bulgaria dan Albania. Dan ketika Yugo membantu gerilyawan komunis di Yunani, Stalin meledakkan murkanya. Ia tak mau Tito merusak hubungan baik Uni Soviet dengan Inggris, yang mengiginkan Yunani tak diganggu. Bulan Juni 1948, sebuah berita di sebuah koran Cekoslowakia menggambarkan bahwa Yugoslavia dikeluarkan dari Cominform lembaga pengganti comintern. Putusnya ikatan dengan Uni Soviet ngorbitkan Tito sebagai tokoh internasional yang berbobot tersendiri. Lahirnya gagasan "Non-Blok" tentulah berangkat dari pengalaman bersikap independen dari negeri raksasa itu. Tapi berkah terbesar tentulah ke dalarm negeri Yugoslavia sendiri. Yugoslavia bukan cuma berhasil memanfaatkan bantuan negeri-negeri Barat, tapi berhasil mengembangkan pembangunan ekonomi yang lebih bebas -- tak dikontrol secara birokratis dari pusat. Dengan kata lain, sesuatu yang berheda dari sistem Soviet. Dewasa ini pun, dalam banyak hal Yugoslavia merupakan negeri yang rakyatnya paling punya kemerdekaan bersuara di antara rakyat negara lain yang dipimpin partai komunis. Memang, dalam hal memberikan keleluasaan kepada rakyatnya, Tito berhati-hati. Dan kaum intelektual masih bisa mengeluh. Milovan Djilas, misalnya, bekas sahabat Tito, bekas tokoh komunis, juga bekas Wakil Presiden, yang kemudian jadi pembangkang, beberapa kali ditahan. Tapi seraya ia mengatakan, bahwa pada dasarnya sistem Yugoslavia tak berbeda dengan sistem Uni Soviet yang dibencinya itu, ojilas mengakui ada yang tidak sama "Karena Tito bukanlah orang yang kejam." Tito memang orang yang teramat menyukai hidup, serta menerima pelbagai variasinya. Jika dilihat kekuasaannya yang begitu besar, namanya yang begitu berakar dalam sejarah perjuangan rakyat Yugoslavia, ia sebenarnya gampang bertindak sewenang-wenang. Tapi ia tak dicatat sebagai tokoh pembasmi. Ia menyukai barang mewah, pakaian bagus. Uang yang diperolehnya dari menerjemahkan buku Stalin di tahun 1940 misalnya ia belikan cincin berlian. Upah pertamanya sebagai buruh waktu muda ia belikan jas. Tapi ia berhati-hati agar kesenangan pribadinya tak bercampur dengan urusan negara. Perkawinannya sejak 1952 dengan Jovanka Budisaljevic, wanita partisari yang 30 tahun lebih muda, kabarnya juga berakhir dua setengah tahun yang lalu ketika sang istri membikin kesal banyak pejabat. Jovanka dianggap sering campur tangan keurusasan pemerintahan. Dan Tito tak setuju. Ia memang pemimpin sejati. "Hanya ada satu Tito", kata Dusan Dragosavac sekretaris presidium Liga Komunis, ketika Tito berada di ambang kematian. Banyak orang di Yugoslavia dan di dunia setuju. Pemimpin besar tak bisa diulang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus