Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para penyelidik antikorupsi Cina terkejut tatkala menemukan tumpukan uang tunai yang disembunyikan di sebuah rumah pejabat pemerintah. Jumlahnya tak kurang dari 200 juta yuan atau setara dengan US$ 33 juta (sekitar Rp 398,9 miliar). Akibat temuan ini, 4 dari 16 mesin penghitung yang didatangkan petugas rusak.
Tumpukan uang dalam pecahan 100 yuan yang beratnya 2 ton itu jika disusun tingginya akan mencapai 200 meter, lebih tinggi daripada Tugu Monas yang hanya 130 meter. Penemuan uang itu menjadi bukti tangkapan terbesar sepanjang sejarah Cina dalam memberantas korupsi.
Xu Jinhui, jaksa anti-korupsi Cina, mengatakan uang itu disita dari rumah Wei Pengyuan, Wakil Kepala Biro Batu Bara di Administrasi Energi Nasional Cina. Dalam laporan South China Morning Post, Wei disebutkan sedang diselidiki atas tuduhan korupsi karena diduga menerima suap.
Korupsi memang telah meruyak di Cina sehingga memaksa Presiden Xi Jinping menjalankan kampanye antikorupsi yang lebih luas. Sebagai bentuk komitmen untuk itu, pada 22 Juli lalu Kejaksaan Agung Cina meluncurkan Operasi Perburuan Rubah. Operasi ini bertujuan menangkap koruptor yang kabur ke luar negeri. Operasi ini dianggap cukup berhasil karena, pada 31 Oktober lalu, pemerintah Cina melaporkan telah menangkap 180 orang yang dicurigai melakukan kejahatan ekonomi dan kabur ke luar negeri.
"Terima kasih atas kerja sama dan dukungan dari negara-negara lain. Operasi ini membuat terobosan di Afrika, Amerika Selatan, Asia-Pasifik, dan Eropa Barat," demikian bunyi pernyataan resmi Kementerian Keamanan Publik, seperti dikutip kantor berita resmi Cina, Xinhua, Jumat dua pekan lalu.
Bagi koruptor yang belum terjaring, pemerintah Cina mengultimatum mereka agar menyerahkan diri dan kembali ke Cina atau menghadapi hukuman yang lebih berat. "Buron ekonomi yang terlibat dalam kasus pidana, baik telah terdaftar maupun masih diselidiki, dapat menyerahkan diri ke polisi, kejaksaan, pengadilan langsung, atau melalui kedutaan dan konsulat Cina sebelum 1 Desember 2014," bunyi pernyataan pemerintah.
Berkat ultimatum itu, hingga akhir Oktober lalu, 68 orang telah menyerahkan diri, lalu kembali ke Cina, dan 75 orang lainnya ditangkap di negara-negara Asia Tenggara. Di bawah kepemimpinan Xi Jinping, korupsi masuk kategori kejahatan tinggi dengan ganjaran maksimal hukuman mati. Ancaman hukuman inilah yang membuat pejabat korup ketakutan.
Adapun istilah rubah mengacu pada tindakan koruptor yang melarikan diri ke luar negeri. Mereka diibaratkan rubah licik yang kabur untuk menghindari hukuman. "Tapi kami pemburu bijaksana yang akan menangkap mereka. Tidak peduli di mana atau siapa mereka, kami akan menangkapnya," kata Liu Dong, Wakil Direktur Unit Kejahatan Ekonomi di Kementerian Keamanan Publik, seperti dilansir China Daily, 22 September lalu.
Anggota pemburu rubah merupakan tim khusus yang memiliki keahlian spesial. Mereka berkantor di Beijing Financial Street, dan anggotanya berusia rata-rata 30 tahun. Kebanyakan anggota pemburu rubah memiliki gelar tinggi, terutama di bidang ekonomi dan hukum. "Penjahat ekonomi sangat cerdas dan berpendidikan tinggi. Jadi kami menyebarkan petugas dengan gelar doktor untuk menangkap para buron bergelar PhD," ujar Liu.
Sebelum Operasi Rubah diluncurkan, Presiden Xi Jinping menjalankan strategi pemberantasan korupsi yang disebut "macan dan lalat", yang berarti pemerintah Cina lebih dulu menargetkan pejabat tinggi sebelum menjaring pejabat rendahan. "Kekuasaan harus dibatasi oleh peraturan," kata Jinping.
Selama 100 hari operasi perburuan rubah, puluhan anggota tim khusus telah dikirim ke lebih dari 40 negara, termasuk Amerika Serikat, Kanada, dan Australia, yang menjadi surga bagi koruptor Cina. Perburuan ini sekaligus mengembalikan aset negara yang dibawa kabur koruptor. Lembaga keuangan nirlaba yang berbasis di Washington, DC, Global Financial Integrity, memperkirakan ada US$ 1,08 triliun dana haram yang keluar dari Cina sepanjang 2002-2011.
Sepanjang 2014, Kejaksaan Agung Cina telah menyelidiki lebih dari 35 ribu pejabat untuk kasus korupsi. Dalam laporan CCTV News, dari jumlah total pejabat yang diselidiki itu, proses hukum telah berjalan bagi 21 ribu tersangka dan 13 ribu dinyatakan bersalah melakukan korupsi.
Rosalina (South China Morning Post, China Daily, CCTV News)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo