SEGENAP tahanan yang dituduh terlibat peristiwa 15 Januari bebas
sudah. Begitu juga sejumlah tahanan golongan B yang seperti kata
Kas Kopkarmtib Sudomo dipandang sudah bisa dimasyarakatkan
kembali (TEMPO 13 Desember 1975). Dan pelan-pelan, tapi agaknya
pasti, Pemerintah tengah memikirkan bagaimana sebaiknya
menyelesaikan soal yang cukup bikin pusing itu.
Mungkin itu sebabnya Pemerintah tak menutup pintu akan uluran
bantuan dari organisasi internasional dan dalam negeri,
sepanjang tak menyangkut hal-hal "yang berbau politik". Dan di
Rabu siang, lalu di salah satu ruangan kompleks gereja
Kathedral, jalan Lapangan Banteng Jakarta, sebuah cek telah
diserahkan kepada T.G.J. Wibisana, sekretaris dan bendahara dari
sebuah lembaga yang cukup panjang namanya:Istitution for
Rehabilitation & Reeducation of detainees & ex detailees and
their family involved in Political Affairs. Adapun Ketua dari
lembaga yang berdiri sejak Agustus 1975 itu adalah Adam-- Malik.
"Bukan sebagai Menteri tapi sebagai pribadi", kata Wibisana.
Dia juga keberatan untuk menyebutkan fihak siapa yang membantu
dan berapa jumlah cek yang diterimanya. 'Itu sudah disepakati
dengan Pemerintah untuk tak diumumkan", tambahnya. Adapun sebuah
lembaga lain yang bekerja erat dan terdaftar pada organisasi
sosial yang diketuai Adam Malik itu adalah Proyek Sosial
Kardinal (PSK) yang bernaung di bawah bendera keUskup-an di
Indonesia. Sedang PSK yang di Jakarta, diketuai oleh Stanis-laus
S. Sutopanitro Pr., langsung bernaung di bawah kekaryaan sosial
dari ke-Uskup-an Agung di Jakarta. Bantuan-bantuan yang telah
diterima PSK adalah dari Aksi Puasa ke-Uskup-an Agung Jakarta,
dari Nederlandse Bisschoppelijke Vastel Aktie. Sedang menurut
Wibisana sendiri, Caritas Internasional yang berpusat di Roma
juga sudah memberikan bantuan untuk meringankan dan menolong
kaum tahanan. "Mereka juga sering mengulurkan bantuan kepada
bencana alam yang terjadi di berbagai negeri dan kepada para
pengungsi seperti dari Timor Timur", katanya.
Wibisana, jebolan pendidikan Seminari yang sejak lama aktif
dalam usaha sosial itu mengakui bahwa lembaga yang dipimpin
Malik itu belum bisa banyak berbuat. "Soalnya apalagi kalau
bukan terbentur biaya", katanya. "Sedang Caritas itu dapat dana
dari berbagai organisasi resmi dan swasta di Eropa Barat AS dan
juga di Asia". Menurut Wibisana, usaha lembaganya masih
terbatas. "Sampai sekarang usaha lembaga baru terbatas pada
memberikan bantuan untuk mengatasi kesulitan mereka yang ingin
menolong para tahanan", katanya. "Yakni memberi advis kepada
para petugas keamanan bagaimana sebaiknya memanfaatkan bantuan
itu".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini