Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Catalonia, Carles Puigdemont, membatalkan deklarasi kemerdekaan Catalonia dari Spanyol dan menyerukan agar segera dilakukan pembicaraan dengan Madrid mengenai masa depan wilayah tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Puigdemont hanya menandatangani sebuah deklarasi kemerdekaan di parlemen daerah Catalan di Barcelona, Spanyol, pada Senin, 9 Oktober 2017.
Baca: 3 Alasan Utama Catalonia Merdeka dari Spanyol
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam pidatonya yang dikelilingi ribuan pemrotes dan ratusan polisi bersenjata di luar gedung parlemen, Puigdemont hanya membuat deklarasi simbolis. Dia mengklaim mandat untuk memulai pemisahan diri tapi menangguhkan langkah-langkah formal untuk mencapai tujuan tersebut.
"Saya mengusulkan menunda deklarasi kemerdekaan guna melakukan pembicaraan dalam beberapa minggu mendatang. Tanpa itu, tidak mungkin mencapai solusi yang telah disepakati," ucap Puigdemont, seperti dilansir Reuters pada 11 Oktober 2017.
Sejumlah pendukung kemerdekaan Catalonia berpendapat, usul perundingan Puigdemont dianggap sia-sia karena Madrid tidak akan menanggapinya.
Baca: Ini Tiga Upaya Spanyol Mencegah Catalonia Merdeka
Pemerintah Spanyol membuat aturan main dalam dialog dengan Catalonia, yakni harus sesuai dengan konstitusi dan undang-undang. Banyak pihak menafsirkan aturan ini mengesampingkan kemerdekaan sebagai sebuah pilihan bagi Catalonia.
Wakil Perdana Menteri Spanyol Soraya Saenz de Santamaria juga menolak usul pemimpin Catalonia itu melakukan perundingan yang akan dilakukan mediator internasional. "Baik Puigdemont maupun orang lain tidak dapat mengklaim untuk memaksakan mediasi," tuturnya.
Pemerintah Spanyol akan bertemu pada Rabu, 11 Oktober 2017, untuk memutuskan tanggapannya terhadap deklarasi kemerdekaan Catalonia oleh Puigdemont. Ketegangan telah meningkat di Catalonia sejak berlangsungnya referendum pada 1 Oktober 2017 yang dianggap tidak masuk akal oleh Madrid.
REUTERS | YON DEMA