Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Cerita Duta Besar Schoof Ketika Jerman Barat dan Timur Bersatu

Duta Besar Jerman untuk Indonesia, Peter Schoof, mengenang momen bersatunya Jerman barat dan Jerman timur yang terjadi karena upaya masyarakat.

4 Oktober 2018 | 16.04 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Duta Besar Jerman untuk Indonesia, Peter Schoof, kiri, dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas T. Lembong, kanan, dalam acara peringatan hari bersatunya Jerman barat dan Jerman timur, Rabu, 3 Oktober 2018. Sumber: TEMPO/SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Peringatan hari penyatuan Jerman barat dan Jerman timur adalah momen untuk mengingatkan pada generasi muda bahwa penyatuan ini bukan terjadi dengan sendiri. Namun terjadi karena ada sebuah revolusi dan upaya dari masyarakat di kedua bagian yang berjuang untuk mempersatukan Jerman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Masih penting bagi masyarakat Jerman untuk memperingati hari penyatuan Jerman. Penting bagi kami meneruskan pada generasi muda yang hidup dalam kondisi Jerman yang sudah berbeda bagaimana masyarakat ketika itu berupaya menjadikan Jerman milik bersama. Saya pernah hidup di masa Jerman terbelah," kata Duta Besar Jerman untuk Indonesia, Peter Schoof, Rabu, 3 Oktober 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seorang wanita menancapkan setangkai bunga mawar di monumen peringatan Tembok Berlin di Bernauer Strasse, Berlin, 9 November 2015. Hari ini merupakan peringatan 26 tahun runtuhnya Tembok Berlin yang memisahkan antara Jerman barat dan Jerman timur. REUTERS/Hannibal Hanschke

Schoof menceritakan, pada November 1989 atau momen saat bersatunya Jerman barat dan timur, sedang berada di Jerman, belajar bahasa Arab. Sebab dia akan segera ditempatkan di ibu kota Damaskus, Suriah, sebagai diplomat.

"Saat itu, usia saya sekitar 31 tahun - 32 tahun, awal karir saya sebagai diplomat dan untuk pertama kali akan mendapat tugas penempatan. Anda bisa tanya semua orang Jerman yang hidup di era itu, apa yang mereka lakukan pada 1989 saat perang berakhir. Semua orang pada masa itu tahu bagaimana rasanya perang berakhir," ujar Schoof.

Menurut Schoof, tantangan terbesar di Jerman saat ini diantaranya naiknya populasi, dan saat yang sama Jerman harus mempertahankan demokrasi dan memastikan kelompok minoritas bisa hidup dalam kondisi yang baik. Jerman adalah negara yang toleran, tetapi Jerman tetap harus memastikan demokrasinya terkuat, adil dan mencakup berbagai kalangan.

Dia pun berharap upaya Jerman barat dan Jerman timur untuk bersatu dalam perdamaian dan kebersamaan menjadi satu negara, bisa menjadi contoh bagi bersatunya Korea Utara dan Korea Selatan. Hari bersatunya Jerman diperingati setiap tanggal 3 Oktober dan menjadi hari libur nasional bagi masyarakat Jerman.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus