BAK pesta Capgome, kedatangan Presiden Chen Shui-bian dan Wakil Presiden Annette Lu disambut hangat, Jumat tengah hari pekan lalu. Pendukung yang menyemut di sepanjang jalan Kota Tainan, Taiwan Selatan, bersorak-sorai ketika petasan meledak berdentam-dentam.
Dalam kampanye pemilihan presiden putaran terakhir di kampung halaman Chen itu, ia bersama Annette berdiri di mobil jip merah yang atapnya terbuka. Keduanya rajin tersenyum dan melambai. Padahal bahaya lagi mengancam.
Tiba-tiba Annette merasakan sakit di lutut kanannya. Semula ia mengira itu ulah petasan yang mencolek tubuhnya. Di sebelahnya, Presiden Chen merasa ada cairan membasahi perutnya. ”Mereka (Chen dan Annette) menyadari ada yang tak beres,” kata Chiou I-jen, sekretaris jenderal kepresidenan. Jip itu pun langsung dikebut ke Rumah Sakit Chi Mei.
Taiwan gempar. Ratusan pendukung Chen berdoa di depan rumah sakit. Dugaan semula bahwa cedera Chen karena pecahan petasan ternyata keliru. Di rumah sakit terbukti bahwa pelurulah yang melubangi perut Chen dan juga menyerempet lutut Annette. ”Jelas akibat tembakan senjata api,” kata Chiou. Ajaib, Chen masih mampu berjalan ke ruang perawatan. Padahal timah tajam itu melukai perutnya sepanjang 11 sentimeter dan sedalam 3 sentimeter. Setelah mengeluarkan pelor dari perutnya, dokter memberinya 14 jahitan.
Yang lebih penting, kondisi Chen stabil dan, hingga tengah malam, dia masih mampu memberikan taklimat pelaksanaan pemilu esoknya. ”Mohon tenangkan hatimu. Keamanan Taiwan tak bermasalah,” seru Chen kepada rakyat Taiwan.
Upaya pembunuhan? Itulah memang kesimpulan polisi. Kaca jip jelas rompal diterjang peluru. Menurut seorang pejabat biro investigasi, tembakan berasal dari kerumunan massa. Tapi dentaman petasan ukuran besar meredam suara letusan senjata. Polisi baru memastikan dua peluru melesat dari senjata genggam—tanpa berani berspekulasi siapa pelaku dan apa motif penembakannya.
Siapa pun aktornya, dia atau mereka berkepentingan dengan pemilihan presiden dan referendum yang digelar Sabtu pekan lalu itu. Chen menuduh kaum nasionalis berada di balik upaya pembunuhan dirinya. Kebijakan masa depan Taiwannya memang meletikkan kontroversi. Ia menolak prinsip ”satu Cina dengan dua sistem” yang ditawarkan Beijing. Sebaliknya, ia menelurkan kebijakan yang dicurigai ”pihak sana” sebagai upaya pewujudan ”Taiwan merdeka”, yang lepas dari Cina.
Rakyat Taiwan yang pro-kemerdekaan tentu mendukung Chen, yang malangnya memarahkan Beijing. Harian Rakyat menuduh Chen mengorbankan kebahagiaan 23 juta orang Taiwan hanya demi kepentingan politiknya. ”Ia akan membayar dengan harga yang mengerikan untuk tindakan spekulatif ini,” tulis corong Partai Komunis Cina itu.
Sebagian rakyat Taiwan yang menolak gagasan Chen, yang diwakili partai oposisi nasionalis Kuomintang, lebih suka berbaikan dengan Cina. Lien Chan, calon presiden dari kelompok nasionalis, menilai kebijakan Presiden Chen yang memprovokasi Cina akan terus-menerus mencemaskan rakyat Taiwan. Mereka takut setiap saat 500 peluru kendali Cina bisa menyeberangi Selat Taiwan dan menebar maut. ”Ganti presiden, selamatkan Taiwan,” teriak massa pendukung Lien Chan dalam pawai besar-besaran dua pekan silam.
Puncaknya kini. Chen ingin kembali menang dalam pemilu. Selain lewat referendum, ia minta restu rakyat Taiwan soal peningkatan anggaran pertahanan untuk menghadapi invasi militer Cina. Dia juga minta pendapat rakyat tentang bentuk hubungan dengan Beijing.
Ada dua jualan Lien Chan pada pemilu kali ini: pemulihan kepercayaan Cina terhadap Taiwan dan seruan kepada rakyat agar memboikot referendum—yang hanya menggusarkan Beijing. Bagi Cina, referendum adalah satu langkah menuju pernyataan kemerdekaan Taiwan secara resmi.
Jualan Lien Chan lumayan ampuh. Dalam jajak pendapat, Kuomintang unggul sedikit dibandingkan dengan Partai Progresif Demokrasi. Tapi, setelah percobaan pembunuhan Presiden Chen, posisi bisa berbalik: berduyun-duyun rakyat Taiwan mengikuti referendum. Dengan risiko terserang dari seberang?
Raihul Fadjri (Taipei Times, BBC, China Post)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini