DI Kota Siedlce, Polandia, para petugas kesehatan pekan lalu masih tampak sibuk membagikan iodine kepada tiga ribuan anak-anak. Beberapa balita menangis ketika dipaksa menelan obat yang terasa agak asin itu. Tapi penderitaan ini memang tak seberapa dibandingkan manfaat yang didapat dari iodine, yang bisa menetralkan radiasi yang biasanya mengumpul di leher. Sebab, inilah harapan terbaik mereka untuk terlindung dari bahaya radiasi nuklir, yang datang dari bocornya reaktor nuklir Chernobyl, Uni Soviet, negara tetangga yang cuma berjarak 90 km dari Siedlce. Kota yang terletak di timur laut Polandia ini memang termasuk yang paling tinggi tingkat radiasinya - di luar Uni Soviet. "Tingkat radiasi mencapai 500 kali di atas normal," kata Zbigniew Jaworowski, ahli radiologi nasional negara ini. Para dokter pun meramalkan akan meningkatnya jumlah penderita kanker di kawasan ini dalam tempo 30 tahun. Toh penduduk Siedlce lebih beruntung daripada penduduk Rusia yang tinggal dekat Chernobyl. Hasil pemotretan satelit mata-mata AS, empat hari setelah kebakaran terjadi, menunjukkan adanya sekelompok penduduk bermain bola hanya 1,6 km dari reaktor yang terbakar. Sebuah bargas pun tampak berlayar tenang di Sungai Pripyat yang mengalir di pinggir kota itu. Belakangan pihak Soviet mengakui, terjadi kelambatan dalam upaya memberi tahu dan mengungsikan penduduk sekitar Chernobyl. Media massa resmi mengabarkan dihukumnya tiga orang pejabat Chernobyl yang bertugas mengungsikan penduduk itu, salah seorang di antaranya dipecat dari keanggotaan partai komunis. Jelas, itu hukuman yang ringan bagi kecelakaan yang, menurut pihak Moskow, menyebabkan 8 korban tewas, 209 dirawat di rumah sakit, dan 92.000 orang harus diungsikan. Penduduk Rusia memang tak seberuntung penduduk di negara Barat, yang menganggap informasi sebagai bagian dari hak asasi. Tak heran jika kecemasan yang timbul pun lebih besar. Bahkan mungkin ada benarnya juga jika pihak Rusia menyatakan reaksi itu berlebih-lebihan. Terutama atas keputusan bersama Masyarakat Ekonomi Eropa untuk menghentikan impor sayur dan buah-buahan dari Rusia dan Eropa Timur, karena khawatir terkontaminasi. Padahal, pemerintah Soviet menganggap hanya sayuran yang tumbuh dalam radius 30 km dari Chernobyl saja yang dianggap berbahaya. Sikap para ahli Rusia yang cenderung menganggap enteng bahaya radiasi ini memang mencengangkan ahli Barat. Misalnya tentang bagaimana helikopter Rusia terbang persis di awan radiasi untuk menjatuhkan pasir pemadam api. Misi yang dianggap bunuh diri ini barangkali memang cuma satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk mencegah bencana yang lebih besar. Bagaimanapun Kremlin tentu tak dapat berharap negara lain mau mengambil risiko seperti rakyatnya. Penyebaran radiasi yang jauh melampaui batas Uni Soviet tak bisa tidak telah mengundang reaksi protes, terutama atas sikap Soviet yang seakan sengaja menutup informasi tentang bencana ini. Suatu hal yang bertentangan dengan imbauan Gorbachev, dua bulan silam, yang menyerukan lebih terbukanya masyarakat Rusia. Baru pada saat-saat terakhir saja Uni Soviet setuju untuk memberi laporan harian tentang tingkat radiasi di kawasan reaktor yang bocor ini pada Badan Tenaga Atom Internasional, IAEA. Berdasarkan laporan itu, ketua badan ini, Hans Blix, menyatakan bahwa pemberitaan pers Barat tidaklah berlebih-lebihan seperti dituduhkan Rusia. Kekhawatiran terhadap radiasi dari Chernobyl hingga awal pekan ini masih tebal, termasuk di negara yang jauh dari tempat musibah. Pemerintah Singapura pekan ini menyatakan akan mengetes kemungkinan kontaminasi pada makanan yang diimpor dari Eropa Timur dan Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini