HANYA satu hari sesudah Datuk Pairin Kitingan dan PBS merenggut kemenangan dalam pemilu Sabah, di ibu kota Kuala Lumpur tersiar sebuah berita kemenangan politik yang tidak kurang menariknya. Tokoh di balik kemenangan itu masih tetap dia: Datuk Seri Mahathir Mohammad. PM Malaysia ini telah menjawab tantangan pengunduran Musa Hitam dengan mempercayakan kursi Deputi PM kepada Ghafar Baba. Dengan demikian, teka-teki kursi Deputi PM terjawab dan krisis kepemimpinan teratasi. Menpen Datuk Rais Yatim, dalam satu pengumuman singkat Rabu pekan silam, menjelaskan soal pengangkatan Encik Ghafar dan reshuffle kabinet. Anwar Ibrahim, semula menjabat menteri pertanian, kini menjadi menteri pendidikan. Dia menggantikan Abdullah Ahmad Badawi yang ditunjuk sebagai menteri pertahanan, sedang Sanusi Junid meninggalkan jabatan menteri pembangunan dan luar bandar untuk menggarap pos menteri pertanian. Memang tidak ada yang baru. Dengan pengangkatan Ghafar Baba tugas Mahathir agak ringan. Penunjukan Anwar Ibrahim mengisyaratkan bahwa tokoh ini diharapkan bisa berbuat banyak, misalnya membersihkan medan untuk kampanye pemilu UMNO tahun depan. Andai kata ia sukses - sesuai dengan kebiasaan yang berlaku - Anwar bisa diorbitkan untuk jabatan Deputi PM, kelak. Hal serupa - loncatan dari menteri pendidikan ke kursi Deputi PM - berturut-turut dialami Tun Razak, Tun Ismail, Tun Hussein Onn, Mahathir, dan Musa Hitam. Adapun promosi Sanusi Junid memperkuat dugaan orang tentang posisinya yang tidak bisa digeser dari sisi Mahathir. Sebagai sesama asal Kedah, Sanusi bukan saja bisa memahami perasaan pemimpin Malaysia ini, tapi juga senantiasa siap menghadapi pihak mana saja yang coba-coba mengusik ketenteramannya. Tapi berbeda dari mereka, Ghafar Baba menonjol bukan saja karena ia jauh lebih tua (usianya 61 tahun) sabar dan rendah hati, melainkan juga karena kebolehannya sebagai politikus dan keberhasilannya sebagai pengusaha. Lebih dari itu, kehadirannya bisa memperkuat ikatan UMNO dengan grass roots keturu Melayu. "Buat puak Melayu, baik mereka yang berpendidikan Inggris maupun Melayu, nama Ghafar sudah cukup menjadi jaminan," kata kalangan dalam UMNO. Dua minggu sebelum promosinya, Ghafar Baba diwawancarai oleh James R. Lapian dan Ekram H. Attamimi dari TEMPO. Berikut ini kutipannya: Sudah 24 tahun Anda memegang pos Naib Presiden UMNO dan Sekjen Barisan Nasional. Apa resepnya? Sulit mengatakannya karena memang saya tidak punya formula apa pun. Yang ada hanyalah falsafah: kerja keras tak henti-hentinya. tanpa mengharap balasan apa pun. Saya tidak pernah memikirkan jabatan. Terserahlah kepada partai. Anda telah menjadi juru damai, paling sedikit tiga kali. Yang terakhir untuk mengatasi krisis Sabah. Bagaimana strategi Anda? Penyelesaiannya masih dalam proses. Bukan mudah menyelesaikan sengketa antara partai. Sebaliknya, malah semakin ruwet. Sebab, tiap partai mempunyai majelis tertinggi dan kadang lembaga ini cekcok. Kendati begitu, saya sudah bertekad jalan terus mencari perdamaian, dengan niat baik tentu saja. Di antara ketiga krisis yang pernah Anda tangani, mana yang Anda rasa paling berat? Krisis konstitusi. Apalagi kalau para sultan enggan menerima jalan penyelesaian. Kemudian krisis Sabah. Karena jika sengketa di sana tidak segera diselesaikan, bisa menimbulkan ketegangan perkauman. Bagaimana soal PBS dan keanggotaannya di Barisan Nasional? Kalau PBS mau masuk Barisan Nasional, ia harus menyodorkan tawaran yang masuk akal. Tentang niat dan keputusan untuk menjadi atau tidak menjadi anggota, itu sepenuhnya terserah mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini