Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Cory diantara kanan & kiri olalia terbunuh, cory terjegal

Kondisi politik filipina. pembunuhan rolando olalia diduga untuk mendiskreditkan cory aquino. wawancara tempo dengan rolando olalia sebelum terbunuh. penculikan pengusaha jepang nobuyuki wakaoji. (ln)

22 November 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RUMPUN ilalang ditepi Jalan Raya Antipolo, pinggiran Manila, merupakan setting sederhana untuk korban pembunuhan politik pertama sejak Corazon Aquino berkuasa. Sepi. Tidak ada rumah di sekitarnya. Tapi lokasi yang tidak terlindung itu memudahkan alat negara menemukan jenazah Rolando Olalia, presiden serikat buruh militan KMU (Kilusangmayo Uno) dan Ketua PNB (Partido Ng Bayan). Ka Lando, demikian nama populernya, ditemukan tidak bernyawa sekitar 24 jam sejak istrinya, Feliciana, melapor ke polisi, Rabu pekan silam. Penemuan itu hanya terpaut setengah jam dengan kedatangan Presiden Aquino dari kunjungan ke Jepang, yang tiba di Manila, Kamis pukul 6.30 waktu setempat. Ketika Cory dengan wajah letih tapi cerah mengungkapkan sukses dan dukungan moril yang dilimpahkan pemerintah Jepang kepadanya, di satu tempat lain terkuak kekejaman biadab yang diperkirakan bisa mengguncang sendi-sendi pemerintahannya. Ironis ? Lebih dari itu. Jika ditilik dari modus operandinya, pembunuhan Olalia direncanakan secara matang. Pelakunya telah dengan dingin menyiksa korban, setelah menyumbat mulutnya dengan koran, lalu melempar mayatnya di tempat terbuka agar mudah ditemukan. Mereka malah mengatur rapi jadwalnya hingga bertepatan dengan kepulangan Cory. Rolando Olalia, tidak syak lagi, adalah tokoh yang dipilih sebagai korban untuk menjegal Presiden Aquino. Hanya beberapa hari sebelum kematiannya, Olalia mengancam akan menggerakkan ratusan ribu anggota organisasinya untuk mendukung Presiden Cory jika usaha untuk menggulingkannya yang ramai didesas-desuskan -- sempat terlaksana. KMU (Gerakan 1 Mei), pimpinan Olalia, mempunyai sekitar 500 ribu anggota yang dikenal cukup militan. Dengan alasan sendiri, Olalia menolak imbauan Menteri Perburuhan Augusto Sanchez untuk menangguhkan rencana mogok. Penolakan ini bisa ditafsirkan sebagai sabotase terhadap pemulihan ekonomi, di samping sangat menjengkelkan pengusaha dan industrialis besar negeri ini. KMU memang melancarkan pemogokan sporadis, seraya menuntut agar UU perburuhan yang baru segera disusun agar penindasan warisan Marcos -- kata mereka -- tidak berlarut-larut. Ketika para pengamat berspekulasi tentang siapa dalang pembunuhan Olalia, sebuah pukulan lain menghantam pemerintahan Cory. Seorang pengusaha Jepang, Nobuyuki Wakaoji, kepala perwakilan Mitsui & Co. di Filipina, diculik sekelompok orang bersenjata. Penculikan ini memperkuat dugaan, memang ada usaha mengguncangkan stabilitas dan kredibilitas pemerintahan Cory. Sementara rakyat kecil terbata-bata mencernakan apa yang terjadi, berduyun-duyun mereka, di antaranya biarawati, memberi penghormatan terakhir pada Ka Lando. Presiden Aquino menawarkan 200.000 peso (US$ 10.000) bagi siapa saja yang sanggup membongkar pembunuhan Olalia. Ia juga membentuk Satgas (satuan tugas) Olalia, yang dipimpin Menteri Kehakiman Nephtali Gonzales, dengan tujuan agar penelitian bisa cepat membuahkan hasil. Cory merasa senasib sepenanggungan dengan Feliciana, istri Mendiang. Peristiwa kejam itu telah mengguncangnya secara pribadi. Ia membandingkan nasib Olalia dengan pembunuhan terhadap suaminya Benigno Aquino. Ia menyatakan belasungkawanya langsung kepada Feliciana, yang bersama keempat anaknya menunggui jenazah suaminya di sebuah biara dalam kompleks Universitas Filipina, dan berada di sana satu jam sampai misa berakhir, Jumat lalu. Cory menyerukan agar rakyat menghadapi cobaan ini dengan kepala dingin. Jenderal Fidel Ramos, lewat TV, menyatakan dukacita sedalam-dalamnya, seraya berjanji akan mengerahkan seluruh jajaran AFP (angkatan bersenjata Filipina) untuk membongkar pembunuhan Olalia, satu hal yang keberhasilannya diragukan banyak orang. Mereka bukan tidak percaya pada ketulusan Jenderal Ramos, tapi selama ini terbukti, berbagai praktek pembunuhan politik di Filipina tidak pernah terungkap. Pembunuhan terhadap Benigno Ninoy Aquino, misalnya, sampai kini masih tersendat di pengadilan. Sementara itu, serikat-serikat buruh melancarkan aksi protes. Pihak KMU sendiri mencurigai kelompok militer yang mendalangi pembunuhan Olalia. Jumat pekan silam, belasan ribu buruh diperkuat oleh mahasiswa dan apa yang disebut cause-onented group melakukan unjuk rasa di depan Camp Aquinaldo. Poster-poster mereka mengecam keras pembunuhan Olalia dan menuntut pengunduran diri Menhan Juan Ponce Enrile. Mereka bergerak dari Cubao, Cavite Baclaran, melambai-lambaikan bendera kuning dan merah, seraya maju dengan tinju terkepal. Sekitar pukul 5 sore mereka membanjir ke Edsa -- jalan raya yang Februari lalu merupakan pentas revolusi damai -- dan menyebabkan kemacetan lalu lintas. Polisi dan pasukan antihuru-hara berjaga-jaga di depan Aquinaldo, lengkap dengan barisan pemadam kebakaran serta pasukan bersenjata lengkap. Pada kesempatan itu juru bicara PNB, Alan Jazmines, mengutuk "pembunuh kejam yang tidak berperasaan". Yang lain meneriakkan "Enrile mundur, Enrile mundur". Mereka umumnya menyalahkan pihak militer, terutama tentara loyalis Marcos dan para perwira yang dekat dengan Enrile. Tidak jelas Menhan Enrile berada di mana ketika Aquinaldo dihadang demonstran. Kegiatan di kantornya berjalan seperti biasa, tapi kegiatan rutin Enrile -- mengoceh dan mengecam di coffee shop -- sudah dua minggu terhenti. Ia menolak berkomentar, juga tidak bersedia diwawancarai. Sejak plot kudeta God Save the Queen dibocorkan pekan silam, Enrile menjadi sasaran kecaman banyak orang. Selama Cory ke Tokyo, ada selentingan agar semua menteri mengundurkan diri, hingga bisa dibentuk kabinet baru yang lebih kompak. Tapi di Tokyo Cory menegaskan bahwa ia "tidak berniat menyingkirkan Enrile". Dia pun tidak berencana me-reshuffle kabinet, tapi sama sekali tidak menutup kemungkinan ke arah itu. Tentang Enrile, Cory menambahkan, "Dia bukanlah musuh saya, walaupun dialah yang memerintahkan penahanan suami saya." (Sehubungan dengan UU Darurat 1972). Sebelumnya memang ada desas-desus kalau terjadi reshuffle kabinet, Enrile pasti dicopot, digantikan Butz Aquino, adik ipar Presiden Aquino, yang aktif sebagai penghubung antara pemerintah dan dua tokoh pemberontak, pemimpin MNLF Nur Misuari dan pemimpin rakyat Caldilera, bekas pastor Conrado Balweg. Orang menduga pembunuhan Olalia setidaknya melemparkan Enrile kembali ke atas "bara panas", mengingat sikapnya yang antikiri dan antikomunis. Tudingan pertama memang langsung ditujukan kepadanya. Ketika ditanya, Enrile menukas, "Kalau ada apa-apa, mengapa mesti kami yang disalahkan?" Tampaknya, dia kesal, tapi berusaha tetap dingin. Dalam sidang kabinet, Jumat, sehari sesudah kepulangan Cory, ia lebih banyak diam, hampir-hampir tidak berbicara. Kepada wartawan ia menegaskan, "Saya baik-baik saja, tapi tetap tidak mau diwawancarai." Ketika ditanya bagaimana kalau Presiden minta supaya ia mundur? Jawabnya, "Ya, saya mundur. Saya akan membaca buku tentang Konfusius." Mundurnya Enrile dan semua menteri yang dijuluki antirakyat merupakan satu dari tuntutan yang dikobarkan KMU, Sabtu baru lalu, ketika mereka memaklumkan rencana mogok besar, yang diikuti semua organisasi buruh yang berafiliasi dengan KMU. Juru bicara KMU, Crispin Beltran, memaklumkan Senin pekan ini sebagai hari kemarahan nasional dan menegaskan jika pemecatan Enrile tidak juga dilakukan KMU akan melancarkan berbagai aksi protes. Tanpa mengacuhkan imbauan Cory untuk menghadapi segalanya dengan "kepala dingin", KMU berteguh untuk mogok sebagai protes terhadap pembunuhan Olalia dan, tuntutan pemecatan Enrile. Semula 50.000 pengemudi jeepney -- kendaraan niaga paling murah di Manila -- akan ikut mogok tapi kemudian batal. Alasannya tidak jelas. Begitu pula sikap para pengemudi dari beberapa perusahaan bis dalam dan luar kota. Tapi dukungan moral dari semua serikat buruh, di antaranya LACC (Labor Advisory and Consultative Council), FFW (Federation of Free Workers), TUPAS (Trade Unions of the Philipines and Allied Services), dan serikat buruh independen Lakas Manggagawa. Seluruh aksi protes menurut rencana akan mencapai puncaknya hari Kamis, ketika Olalia dimakamkan. Menurut Beltran, serikat buruh di Eropa dan Asia meminta penundaan satu hari agar utusan mereka bisa mengikuti aksi protes itu. Pernyataan pers KMU dengan keras menggarisbawahi bahwa pembunuhan Olalia merupakan "akibat logis serangkaian sikap tidak tegas Presiden Aquino dan komprominya menghadapi sisa-sisa Marcos, hingga membuka peluang bagi Enrile untuk melancarkan intrik-intrik berdarah". Para pemimpin KMU mengungkapkan, ada bukti yang mengaitkan pembunuhan itu dengan kelompok militer yang dekat dengan Enrile. "Kami tidak mengatakan Enrile yang bertanggung jawab, tapi ada rangkaian peristiwanya," kata Beltran. Adalah Bernabe Buscoyne alias Commander Dante, bekas komandan NPA, yang berbicara paling keras sehubungan pembunuhan Olalia. Dia mengancam akan kembali bergerilya, kalau Presiden Aquino tidak mengambil langkah-langkah kongkret, untuk mencegah "penindasan sisa-sisa fasis peninggalan Marcos". Buscoyne menambahkan, kekuatan fasis dalam kabinet Aquino berusaha meningkatkan ketidakstabilan agar mereka punya landasan untuk bergerak. "Mereka -- maksudnya sisa-sisa Marcos menginginkan agar kami bergerilya kembali agar NDF menghentikan perundingan, dan kelompok cause-oriented meneruskan aksi mereka hingga dengan semua itu tindak kekerasan bisa dibenarkan," ujarnya. Seperti dikatakan Dante, NDF memang tiba-tiba menghentikan perundingan, justru ketika Menteri Agraria Ramon Mitra merasa yakin bahwa gencatan senjata segera bisa disepakati. Menurut NDF, perundingan hanya bisa dilanjutkan kalau para pembunuh Rolando Olalia diseret ke pengadilan. Pernyataan ini dikeluarkan sesudah juru runding NDF, Satur Ocampo dan Antonio Zumel, membatalkan perundingan yang sudah dijadwalkan di sebuah "rumah aman" di Manila, Jumat lalu. Dalam surat pada Mitra Ocampo dan Zumel mengajukan alasan bahwa pembatalan itu tak lain karena tidak terjaminnya keselamatan mereka sejak kematian Olalia. NDF memperingatkan, perundingan bisa sama sekali gagal kalau pihak militer terus-menerus menjegal. Tak pelak lagi, Cory mengalami setback akibat penundaan itu. Penculikan Wakaoji lebih menyudutkan pemerintahnya. Terlepas dari siapa dalang pembunuhan dan penculikan itu, satu hal pasti: kredibilitas Cory tercemar dan pemerintahnya, lebih dari yang sudah-sudah, menghadapi ancaman serius dari dalam. Dan ancaman ini bukanlah ancaman kudeta Tolentino yang dianggap angin lalu oleh Cory. Masalahnya kini jauh berbeda. Pihak militer, atau katakanlah sebagian dari mereka, sudah mengambil jarak terhadap Cory. Sejumlah perwira belum lama ini memang dipromosikan sebagai brigjen, sejumlah yang lain sebagai pamen, tapi, seperti yang dikatakan beberapa sumber di Manila, jika militer dihadapkan pada krisis berat semua akan berdiri di belakang Jenderal Ramos. Lalu bagaimana sikap Ramos ? Inilah yang tetap merupakan tanda tanya bagi setiap orang, termasuk Cory. Mungkin sampai tahap tertentu Cory masih bisa mengandalkan Ramos, tapi ketika menghadapi plot God Save the Queen, ia justru berpaling pada sejumlah perwira lain. Yang membuat keadaan lebih gawat ialah kenyataan bahwa pembunuhan Olalia membuka peluang bagi pemberontak komunis dan serikat buruh untuk bekerja sama lebih erat, terbuka ataupun tidak. Indikasi ke arah ini bukan saja terlihat pada ditundanya perundingan oleh NDF, tapi juga tatkala juru runding Satur Ocampo secara tiba-tiba hadir pada malam duka pertama di kampus Universitas Filipina. Bersama istrinya, Carolina "Bobbie" Malay, Satur Ocampo melayat keluarga Olalia dan memberi penghormatan terakhir pada Mendiang, pukul 11, Jumat malam berselang. Mereka diapit sepasukan pengawal yang tegap kekar. Ketika memandang tubuh Olalia, wajah Ocampo terlihat mengeras, tinju kanannya mengepal, dan matanya berkaca-kaca. Amarah, sedih, dan rasa tidak berdaya menggumpal menjadi satu, di wajahnya. Setelah hening beberapa detik, Ocampo mengacungkan tin)unya ke atas, disambut tepuk tangan mereka yang hadir. Mereka kemudian menyanyikan Internationale, sementara Ocampo dan istrinya meninggalkan kompleks Universitas Filipina. Komite Kepresidenan yang ditugasi mengusut pembunuhan Olalia mengakui, Sabtu lalu, dua hari sesudah mayat korban ditemukan, bahwa mereka menemukan beberapa petunjuk penting yang bisa mempercepat terbongkarnya selubung para pelaku. Tapi, Ketua Komite, Menteri Kehakiman Nephtali Gonzales, tidak bersedia mengungkapkannya karena dikhawatirkan bisa merugikan pengusutan. Biro Penyelidik Nasional, yang ditugasi mengotopsi tubuh Olalia, memastikan bahwa presiden KMU itu ditembus enam peluru. Empat ditembakkan di bagian belakang kepala, lalu satu keluar di dekat mata kiri, kedua di atas telinga kiri, ketiga pelipis kiri, keempat di atas pelupuk mata kanan. Dua peluru kaliber 38 ditemukan di lengan kanan atas dan satunya di ketiak sebelah kiri. Sopir pribadi Olalia, Lenor Alay-ay, ditembus lima peluru, satu peluru kaliber 38 dikeluarkan dari badannya. Kedua korban ditemukan 3 km terpisah di tepi jalan besar di Barangay de La Paz, Antipolo, Rizal. Seorang penduduk di situ menyatakan ia mendengar satu tembakan, Kamis dinihari 13 November. "Kedengaran seperti petasan, diikuti tiga tembakan berturut-turut, dan sesudah beberapa menit, dua tembakan lagi." Sesudah itu dia mendengar suara mobil menjauh. Pada tubuh Olalia juga ditemukan beberapa tusukan benda tajam, dan terlihat jelas bahwa ia dianiaya sebelum ditembak. Kedua matanya tercungkil keluar, kedua tangannya terikat sabuk kulit, dan segumpal kertas koran disumbatkan ke mulutnya. Olalia ditemukan masih mengenakan kemeja barong tapi hanya bercelana dalam. Identitasnya dikenali oleh kakaknya, Bernie, dan anaknya, Rudy. Mobil Olalia, sebuah Lancer putih yang baru saja lunas angsurannya, ditemukan di sebuah sisi jalan di Quezon City, Metro Manila. Mobil ini rusak berat. Tempat duduk depan dan belakangnya hancur. Semua perlengkapan hilang, termasuk perangkat stereonya. Sebelum peristiwa nahas itu, Olalia terakhir menghadiri rapat serikat buruh industri kimia, 12 November malam, di kompleks Aji-Nomoto di Bario Ugong, Pasig. Dia sempat menelepon ke rumah, memberitahukan segera pulang sesudah rapat berakhir. Tapi, ketika pagi ia belum muncul, istrinya Feliciana segera melapor polisi, mengadakan konperensi pers, dan sorenya meminta bantuan Jenderal Ramos. Feliciana melaporkan cerita tetangga tentang dua orang bertubuh kekar tapi mencurigakan terlihat memata-matai rumah mereka. Keduanya memarkir mobil mereka tidak jauh dari rumah Olalia sejak hari Senin, sampai Olalia menghilang Rabu malam. Bahwa dia dimata-matai sudah diketahui Olalia sejak satu bulan berselang. Karena itu, tiga jam sekali dia melapor ke rumah per telepon. Hal yang sama dialami beberapa tokoh KMU dan PNB. Juru bicara KMU Crispin Beltran, bersembunyi awal pekan silam karena rumahnya diobrak-abrik oleh orang yang diduga tentara. Olalia sendiri tidak menyembunyikan rasa takutnya. "Kadang-kadang saya cuma menunggu kapan mereka menembak saya," keluhnya. Sekjen PNB yang lain, Antonio Viray, menerima surat ancaman lengkap dengan sebutir peluru di dalamnya. Siapa pembunuh Olalia? Untuk ini ada beberapa teori. Badan Peneliti Kejahatan (CIS) yang berada di bawah PC (Philippine Constabulary) menyebutkan empat tersangka: unsur-unsur berhaluan kiri, serikat buruh, kalangan pengusaha, dan kelompok ultrakanan. Unsur-unsur kiri, menurut CIS, mungkin saja mengorbankan Olalia, yang oleh pihak komunis selama ini dianggap perintang terhadap usaha komunis mengambil alih kekuasaan. Dugaan terhadap serikat buruh berdasrkan fakta bahwa KMU yang dipimpin Olalia melebarkan sayapnya begitu rupa hingga mencaplok buruh yang sudah bergabung dalam serikat tertentu. Pengusaha tidak luput dari kecurigaan karena mereka banyak dirugikan oleh aksi mogok KMU. Motivasi kelompok kanan, jelas, melabrak komunis -- termasuk Olalia yang mengaku bukan komunis -- dan menciptakan ketidakstabilan politik. Pihak Bayan, wadah berbagai organisasi berhaluan kiri, tidak ketinggalan menampilkan dua teori. Sekjen Bayan, Lean Alejandro, menyatakan Jumat lalu bahwa, jika benar memang ada rujuk antara Cory dan Enrile, bukan tidak mungkin pihak militer diberi keleluasaan untuk melancarkan operasi besar-besaran terhadap komunis dan kelompok kiri. Alejandro berdalih teori ini cenderung benar, mengingat kejamnya pembunuhan terhadap Olalia. Ada yang bertanya: apakah pembunuhan Olalia dan penculikan Wakaoji akan mendorong Cory untuk bersikap lebih tegas. Banyak yang mengharapkan itu. Soalnya, citra ketidaktegasan Cory selama ini ternyata sangat merugikan pemerintahnya. Para penanam modal asing bisa saja menghindari Filipina selama ketidakstabilan terus berkecamuk di sana. Pemerintah dan pengusaha Jepang, misalnya, jelas khawatir dan ragu-ragu akan keamanan mereka setelah penculikan Wakaoji. Para wisatawan asing, yang belakangan baru mulai mengalir masuk lagi setelah tiga tahun absen, bisa jadi akan mencoret Manila sebagai daerah yang akan dikunjunginya. Cory sendiri jelas menyadari ini. Ada tanda-tanda dia akan mengakhiri ketidaktegasannya, meski masih terbatas pada ucapan saja. Pada rapat akbar di Taman Rizal, Ahad siang lalu, kendati masih bersuara lembut, ia mencanangkan perang terhadap musuh-musuh perdamaian. "Saya ingin dikenal sebagai pemimpin perdamaian, tapi jika tidak ada pilihan lain, saya siap memimpin perang," ujarnya. Dalam rapat perdamaian memperingati Tahun Perdamaian Internasional itu, untuk kesekian kalinya ia menegaskan "siap mengayun pedang jika perundingan dengan komunis gagal". Mayoritas rakyat tampaknya masih tetap mendukung Cory. Pihak KMU, yang Senin lalu melancarkan pemogokan, misalnya, menegaskan mereka tidak ingin menggoyahkan pemerintahan Aquino. "Kami cuma ingin agar Cory melihat bagaimana dukacita kami dan akibat yang ditimbulkannya," kata Beltran. Pemogokan besar itu sendiri ternyata tidak begitu berhasil. Kesibukan di Manila merosot separuh. Pusat perdagangan Makati tampak agak lengang. Namun, kelumpuhan total yang didengungkan KMU tidak terjadi. Cukup banyak bis kota, yang dikemudikan tentara, yang tetap menjalani rutenya. Di banyak tempat polisi dan tentara berjaga-jaga. Apakah puncak pemogokan yang akan dilangsungkan Kamis pekan ini berhasil, masih harus ditunggu. Masih cukup banyak yang optimistis bahwa Cory akan berhasil melewati gelombang cobaan ini. Kardinal Sin, misalnya, yakin kematian Olalia tidak akan menggagalkan perundingan dengan pihak komunis. Ia juga percaya rujuk antara Cory dan Enrile hanya soal waktu. Sikap optimistis seperti itu, dalam situasi tidak menentu seperti sekarang, mungkin amat perlu. Setidaknya ia, bersama Cory dan Ramos, berusaha keras agar negeri ini tidak lagi jatuh dalam perangkap berdarah. Untuk sementara, sejauh ini, tampaknya mereka berhasil.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus