BAGI Corazon Aquino, perjalanan ke Davao tidaklah semata-mata dilakukan karena nostalgia atau untuk memperingati genap tiga bulan ia berkuasa. Ada misi tertentu yang mendorongnya masuk ke sarang komunis itu Ahad lalu. Lewat liputan tv bisa disaksikan bahwa dukungan rakyat padanya masih tetap kuat seperti waktu kampanye dulu. Diperkirakan 300.000 orang mengelu-elukannya sepanjang tepi jalan, buku nyata untuk popularitas Cory dan apa yang disebut sebagai people's power. Memang banyak yang kecewa karena wajah Presiden Filipina itu tersembunyi di balik kaca buram. Lagi pula, tidak ada rapat umum. Cory, demi keamanan, memang terpaksa mendekam terus dalam mobil tahan peluru. Komunikasi hanya terjadi melalui konperensi pers di bandar udara Davao. Ada dua acara utama dalam kunjungan ini: peninjauan ke barak militer yang terletak sedikit di luar kota dan pertemuan dengan 168 gerilyawan komunis NPA yang baru saja meletakkan senjata Tapi beberapa jam kemudian - seperti mengejek - 300 gerilyawan komunis NPA menyerang sebuah kamp militer di Provinsi Davao del Norte. Dalam bentrok senjata itu, 30 gerilyawan dan 8 tentara tewas. Mendengar ini, Cory Aquino, yang sedang berada di Cebu, menyuarakan kemarahannya. Secara tiba-tiba sekali ia mengajak rakyat untuk memberi dukungan pada militer. Padahal, di Davao sehari sebelumnya ia masih mengulang lagu lama, menuntut agar tentara berdisiplin dan berperi laku baik. Cory juga menyinggung masalah rujuk nasional, tapi agaknya saat itu ia sadar bahwa penyelesaian politik bagi komunis hampir-hampir mustahil. Dalam pidato di Kota Cebu itu ia menegaskan, jika komunis mengkhianati proses gencatan senjata, pihaknya siap mengangkat senjata. "Untuk itu tidak ada Jalan mundur, karena kami harus menang," ucap wanita itu dalam nada berang. Diingatkannya juga, tentara siap untuk bertempur keras lawan keras. Sejak dicanangkan hampir tiga bulan silam, gencatan senjata dengan komunis sama sekali tidak mencatat kemajuan. Perundingan rahasia antara pemerintah dan NPA tampaknya belum membuahkan apa-apa, mungkin karena pemimpin teras CPP (Partai Komunis Filipina) bertahan pada sikap "tidak pernah akan menyerah". Cory sendiri tutup mulut tentang ini, padahal menurut Time, putranya, Benigno Aquino III, bertindak sebagai salah seorang anggota delegasi pemerintah. Anehnya, justru seorang anggota lain, Homobono Adaza, membocorkan informasi. Menurut Adaza, sesudah dua kali diikutsertakan dalam perundingan, ia begitu saja "ditinggal dalam kegelapan". Tokoh UNIDO yang banyak bicara ini menambahkan, "tiba-tiba saja kami seperti dimasukkan dalam peti es." Apa sebabnya tidak jelas, tapi Menhan Juan Ponce Enrile pernah berkata bahwa tidak akan ada perjanjian dengan komunis sebelum persyaratan untuk itu disetujui kedua belah pihak. Dia juga menuduh CPP-NPA sengaja mengulur-ulur waktu, agar mendapat posisi menguntungkan dalam perundingan kelak, andai kata perundingan itu diselenggarakan juga akhirnya. Tapi, sekarang, pendekatan damai terhadap komunis ternyata gagal, sedangkan upaya ke arah pemulihan ekonomi juga terhambat. Investor asing yang semula berminat menanam modal di Filipina terpaksa mengurungkan niat mereka karena tidak melihat adanya iklim yang baik untuk itu. Langkah-langkah di bidang perdagangan juga belum memadai, sedangkan pemerintah banyak menghabiskan waktu dan tenaga untuk menguber kekayaan Marcos. Saham perusahaan San Miguel senilai US$ 16,5 juta baru-baru ini disita, karena dianggap milik Marcos. Sejumlah kekayaan Marcos lainnya telah pula diserahkan oleh seorang bernama Jose Compos kepada pemerintah. Sebagai ganjaran, Compos dibebaskan dari pengusutan. Ganjaran bebas pulang ke tanah air telah pula ditawarkan Cory kepada bekas Presiden Ferdinand Marcos asalkan ia bersedia menyerahkan hartanya, US$ 5-10 milyar. Jumlah ini diperkirakan lebih dari cukup untuk menyelamatkan ekonomi Filipina yang kini megap-megap. Tapi tawaran itu tidak digubris, sebaliknya Marcos justru berusaha mendongkel Cory Aquino dengan aksi-aksi militan yang dikendalikan dari tempat pengasingannya di Honolulu. Sejauh yang menyangkut urusan harta, banyak pengamat pesimistis akan keberhasilan Jovito Salonga, pejabat yang ditunjuk mengusut dan merebut kembali kekayaan sebesar US$ 10 milyar itu. Kepada Newsweek Cory pernah menyatakan, simpanan Marcos di Swiss akan lebih mudah disita daripada harta tidak bergerak di AS. Pesimisme terhadap masa depan ekonomi Filipina juga makin membesar. Defisit kuartal pertama tahun ini saja sudah membubung US$ 4,7 juta dan jumlah ini bisa berlipat tiga pada akhir tahun. Kesuraman begitu tidak banyak tertolong, antara lain karena sikap dingin AS terhadap pemerintahan Aquino dan stabilitas politik yang tidak kunjung terwujud. Tidak sedikit kecaman ditujukan pada kabinet yang dalam sepak terjangnya tidak pernah kompak. Cory sendiri tidak bebas dari kritik. Ia dituduh terlalu lamban, terlalu banyak penasihat, dan siap menampung setiap pendapat. Kalau sikapnya begitu terus, kelompok politikus profesional ataupun kelompok militer, misalnya, dikhawatirkan bisa kehilangan kesabaran lalu negeri itu salah-salah bisa tercemplung dalam kemelut yang lebih dahsyat. Benarkah Cory Aquino sekarang berada di pinggir kemelut semacam itu? Yang telah dilakukannya sebenarnya cukup banyak. Ia sudah membebaskan 400 lebih tahanan politik, membubarkan Parlemen yang tidak mengemban amanat rakyat, mempreteli seluruh aparat Marcos, membekukan UUD 1973 warisan Marcos dan dalam upaya menata kembali perundang-undangan di negeri itu, membentuk komisi konstitusi yang ditugasi menyusun UUD baru. Ia menggalakkan kemerdekaan pers dan tidak terperangkap oleh kekuasaan mutlak yang dipercayakan padanya. Corazon Aquino memang masih harus menghadapi berbagai ujian berat. Namun, kepercayaan dirinya tampaknya masih kuat. Menyongsong masa-masa sukar itu, ia berkata, "Kita cuma sendiri dalam perjuangan membangun bangsa ini kembali. Memang seluruh dunia akan mengobarkan semangat kita dan sejumlah kecil sahabat akan ikut membantu. Tapi beban pemulihan itu, kita sendiri yang harus menanggungnya." Isma Sawitri, Laporan Reuter
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini