Dan Harvard untuk Gorby BIASANYA, antrean yang panjang di Moskow merupakan indikasi memburuknya ekonomi. Pekan lalu, panjangnya antrean justru menggembirakan para ahli ekonomi negeri yang sedang berjuang menghadirkan demokrasi dan kesejahteraan ekonomi itu. Ini memang bukan antrean membeli susu atau gula. Tapi antrean orang asing di bank-bank, untuk menukarkan dolar ke rubel. Mereka para turis, juga para usahawan yang mulai mengunjungi Soviet. Sebelumnya, turis lebih suka menukarkan dolarnya di pasar gelap, yang kursnya bisa mencapai 50 rubel untuk tiap dolar. Tak diketahui persis, apa yang menyebabkan perubahan ini. April lalu, kurs rubel terhadap dolar memang diturunkan: dari sekitar 5 rubel untuk tiap dolar menjadi 26 rubel per dolar. Waktu itu masih saja pasar gelap yang dicari. Mulai pekan lalu, kurs resmi memang naik sedikit, menjadi 27,6 rubel per dolar. Mungkin kenaikan sedikit, ditambah turunnya kurs di pasar gelap (hanya menjadi sekitar 30 rubel per dolar), jadi penyebabnya. Tapi mengapa kurs pasar gelap turun, tak jelas. Yang pasti, ekonomi Soviet mulai mendapat bantuan dari kanan-kiri. Selasa pekan lalu George Bush memutuskan memberikan kredit USS 1,5 milyar untuk membantu pertanian padi-padian. Hari berikutnya, di Den Haag, Belanda, Bank Pengembangan dan Rekonstruksi Eropa menandatangani kerja sama di bidang investasi dengan Bank Negara Uni Soviet. Menurut Reuters, Bank Eropa akan membiayai proyek-proyek yang dinilai bakal mengembangkan pasar bebas di Soviet. Bank Eropa menyediakan anggaran maksimal senilai US$ 70 juta per tahun untuk kerja sama ini. Tidakkah itu terlalu kecil buat negeri seluas Uni Soviet? Jawab Jacques Attali, Presiden Bank Pembangunan dan Rekonstruksi Eropa itu, jumlah tersebut akan ditinjau kembali setelah tiga tahun: apakah layak dinaikkan. Adapun pemegang saham bank kerja sama itu, kata Attali pula, adalah pemerintah Soviet dan pihak swasta Eropa. Selain membantu pembiayaan proyek, bank itu nanti juga akan menolong usaha swastanisasi berbagai bidang. Tahun ini sebagian utang luar negeri Soviet, yakni sebesar US$ 5 milyar, akan jatuh tempo. Negeri raksasa yang ekonominya dirundung demam ini harus nulai membayarnya plus bunganya. Padahal, kondisi finansial Soviet semakin parah. Inflasi sangat tinggi (di atas 15%), serta cadangan devisanya sudah tidak tersisa lagi buat impor. Bila kemudian ada yang berani mengulurkan tangan pada Beruang Merah yang sudah tak mengakui merahnya itu lagi, bisa jadi semata-mata atas pertimbangan kemanusiaan dan rasa tanggung jawab memelihara kedamaian dunia seluruhnya. Menurut juru Bicara Gedung Putih Marlin Fitzwater, bantuan AS itu pun tak lain atas pertimbangan jangan sampai Uni Soviet balik ke sistem ekonomi dan politik lama, yang bisa mengembalikan perang dingin. Untuk itu, bahkan George Bush memberikan status utangan itu sebagai most favoured nation. Maksudnya, seumpama nanti Soviet tak bisa mengembalikannya, sepenuhnya akan ditanggung Amerika sendiri. Tapi tentu semua itu bukan sekadar gagah-gagahan untuk unjuk kebaikan hati pada Gorbachev. Diam-diam di Harvard University, AS, sejak akhir Mei lalu, dua tim ekonom dari Soviet dan AS berembuk menyusun rencana Pembangunan Tujuh Tahun Ekonomi Soviet. Ahli ekonomi pasar Soviet, Grigory Yavlinsky, 39 tahun, memimpin tim Soviet. Ekonom ternama Graham Allison, dari Sekolah Negeri John Kennedy Universitas Harvard, memimpin tim AS. Senin pekan ini Yavlinsky balik ke Moskow membawa rencana yang sudah rapi. Pada pers ia mengungkapkan garis besar rencana itu. Tahun ini, akan diletakkan dasar dasarnya. Tahun depan, baru akan dimulai pencabutan semua subsidi harga-harga, dan sejumlah kecil swastanisasi. 1993, penghapusan monopoli dan swastanisasi besar-besaran akan dimulai. 1994-1997, suatu perubahan besar akan dijalankan. Yakni pengadaan barang konsumsi dan perdagangan jasa akan diperbanyak, swastanisasi perumahan, penanam modal di industri ekspor akan dibuka selebar-lebarnya, dan penghapusan doktrin kerja bagi buruh. Tak disebutkan, modal yang dibutuhkan untuk Rencana Tujuh Tahun ini. Di hari sebelumnya, Jumat pekan lalu, di Massachusetts, Graham Allison pun tak menyebutkan jumlah itu. Ia hanya mengatakan, bila toh ada bantuan, itu "bukan untuk mengungkit sistem ekonomi komunis keluar dari Soviet, bukan juga suap, atau sedekah. Semua bantuan itu merupakan investasi untuk membantu perbaikan ekonomi di Soviet." Rencana setebal 100 halaman itu tampaknya juga tak menyebutkan dari mana datangnya modal. Allison menyarankan, itu menjadi tanggung jawab organisasi keuangan internasional, dan Tujuh Negara Industri Besar. Tampaknya Rencana Tujuh Tahun ini akan menggantikan konsep "500 hari menuju kapitalisme" yang kemudian direvisi Gorbachev menjadi konsep pembangunan ekonomi dua tahun Oktober tahun lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini