Bisa dipastikan Partai Kongres bakal menang, meski mungkin tidak mutlak. Maka, sejak Senin pekan ini para eksekutif Kongres mencoba memilih calon perdana menteri. STASIUN kereta api di Ludhiana, sebuah kota dekat ibu kota Negara Bagian Punjab, Sabtu malam pekan lalu. Dua kereta diberangkatkan ke arah yang berlawanan. Satu kereta, setelah berjalan sekitar 6 km, memasuki Kota Badawal, tiba-tiba berhenti. Terdengar suara teriakan agar orang-orang Sikh keluar dari kereta, dan orang-orang Hindu diminta berdiri di dalam kereta. Dan kemudian suara tembakan senapan mesin. Si penembak, sekitar 10 orang- tak sulit diduga, mereka adalah kelompok Sikh radikal- kemudian lari, menghilang dalam gelap. Polisi menghitung, 78 penumpang, termasuk anak-anak dan wanita, tewas. Sejumlah yang lain luka-luka. Kereta kedua baru dihentikan setelah berjalan sekitar 16 km, ketika berada di Kota Killapur. Suatu proses yang sama dengan di Badawal terjadi pula. Hanya di sini korban lebih sedikit, hanya 48 orang, juga termasuk anak-anak dan wanita. Juga sejum- lah yang lain luka ringan dan parah. Inilah "warna" pemilu India: kekerasan. Dan di Punjab, sosok kekerasan itu memang makin mencolok. Di negeri kaum Sikh ini, memang ada cita-cita mendirikan negara sendiri yang disebutnya Khalistan, sejak sebelum India merdeka. Bagi kaum Sikh, pemilu di Punjab hanya berarti mengukuhkan kekuasaan pemerintah New Delhi di tanah mereka (lihat Selingan). Itu sebabnya, sementara di bagian lain India penghitungan suara sudah mulai dilakukan akhir pekan lalu, di Punjab pemilu baru akan diadakan Sabtu pekan ini. Menteri Dalam Negeri Subodh Kant Sahay menegaskan, apa pun yang terjadi, pemilu di Punjab jalan terus. Di wilayah Punjab di sudut barat laut India, permusuhan Sikh dan Islam, kemudian Sikh dan Hindu, memang berakar dalam sejarah. Itu selalu meledak keluar, dalam kesempatan tertentu, terutama menjelang dan selama pemilu. Sudah sekitar 700 orang tewas di Punjab, sejak pemilu diumumkan di sini April lalu. Di antara para korban adalah 21 calon yang mewakili berbagai partai- kecuali Partai Kongres, yang tak menunjuk calon dengan alasan keamanan. Termasuk korban yang tewas adalah calon anggota parlemen yang mewakili Punjab, Jitender Singh. Ia dipancing pergi ke gurdwara (kuil Sikh). Sesampai di kuil, seseorang yang sudah menunggu langsung mengirimkan serentetan peluru. Ia tewas seketika. Tapi, menurut para pengamat, di negeri 17 juta penduduk ini, apa pun hasil pemilunya tak akan berpengaruh pada penentuan pemenangnya. Sampai Senin malam pekan ini, hasil sementara pemilu menunjukkan Partai Kongres unggul. Meskipun untuk meraih 256 kursi- syarat agar menang mayoritas- hal itu tampaknya sulit sekali. Dari 511 kursi di Lhok Saba (majelis rendah) yang diperebutkan, sampai awal pekan ini sudah dibagi 343 kursi. Partai Kongres memperoleh 186 kursi (dalam pemilu 1989, Kongres meraih 211 kursi). Saingan dekatnya, partai kanan Bharatiya Janata, memperoleh 56 kursi (tahun 1989, 89 kursi). Ada indikasi dalam pemilu yang baru saja berakhir itu, masyarakat India sudah bosan dengan hura-hura kampanye, kekerasan, janji-janji para politikus yang tak pernah ditepati, dan pergantian tiga kabinet dalam waktu 18 bulan. Padahal, menurut para pengamat India, rakyat negeri ini adalah massa yang sangat sadar atas hak-hak politik dan hak pilih mereka. Tapi, berdasarkan penghitungan statistik dalam pemilu terakhir ini, dari 514 ribu orang yang punya hak pilih, hanya sekitar setengahnya yang menggunakan haknya. Berapa pun yang memilih, Partai Kongres sudah yakin bakal menang. Senin pekan ini pertemuan para eksekutif Kongres diadakan di New Delhi, untuk menentukan siapa yang bakal dicalonkan sebagai perdana menteri. Narasimha Rao, ketua sementara Partai Kongres, mengusulkan agar calon dipilih berdasarkan konsensus. Rao sendiri- tokoh terpelajar, bersih dari korupsi- diduga menjadi salah satu calon kuat. Ia pernah menjabat berbagai pos penting dalam kabinet, termasuk menteri luar negeri dalam dua masa jabatan. Yang terpenting, kalau ia jadi perdana menteri, hal itu akan memperkuat persatuan dalam partai. Juga, sebagai tokoh dari selatan, ia akan membawa warna baru dalam politik India. Selama ini perdana menteri selalu politikus dari utara. Calon lain yang juga cukup kuat adalah Sharad Pawar, sekarang menteri utama Maharashtra. Pawar dikenal sebagai administrator andal. Pawar tak setuju dengan cara pemilihan calon seperti yang diusulkan oleh Rao. Ia mengusulkan diadakan pemungutan suara tertutup. Nama lain yang cukup punya pendukung adalah Narain Dutt Tiwari. Pengalamannya sebagai menteri keuangan dalam kabinet Rajiv dan sebagai menteri utama di negara bagian terbesar Uttar Pradesh merupakan modal untuk memperoleh kursi perdana menteri. Tambahan lagi, ia tokoh politik yang disegani di kalangan partai-partai kiri, yang kemungkinan akan menjadi sekutu Partai Kongres dalam kabinet mendatang. Siapa pun yang akan menjadi perdana menteri, tugas besar yang menunggunya. Yang utama adalah membasmi anakisme yang sedang merajalela, untuk mengembalikan kepercayaan rakyat pada kehidupan bernegara. A. Dahana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini