Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Datangnya paus

Paus johannes paulus ii mengadakan lawatan ke kawasan asia (pakistan, filipina, jepang). lawatannya yang pertama ini nyaris menjadi malapetaka berdarah.

28 Februari 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LAWATAN pertamanya ke kawasan Asia, dimulai awal pekan lalu, nyaris menjadi muhibah berdarah. Di stadion nasional Karachi, 20 menit menjelang pemimpin tertinggi umat Katolik itu mengadakan misa kudus untuk 100.000 pengikutnya, sebuah bom meledak. Seorang tewas dan dua lainnya luka-luka. Paus Johanes Paulus II, 60 tahun, tampak tidak diberitahu mengenai adanya ledakan bom itu. Ia kelihatan tenang saja ketika memasuki stadion. Juga waktu berkeliling dengan jip membalas elu-eluan pengunjung. Upacara keagamaan selama 90 menit itu ditutupnya dengan harapan: "Saling pengertian yang telah terjalin antara umat Nasrani dan Islam (di Pakistan) semoga dapat ditingkatkan lagi." Paus cuma mampir selama tiga jam di negara Islam yang berpenduduk 81,5 juta jiwa itu. Dari Pakistan ia bertolak ke Filipina. Separuh dari 12 bari lawatannya dihabiskannya di sini. Tiba 17 Februari pagi di lapangan terbang Manila, Paus disambut langsung oleh Presiden Ferdinand Marcos dan istrinya, Imelda. Tapi Paus tidak menginap di istana atau di hotel. Ia memilih tinggal di kediaman Duta Besar Vatikan untuk Filipina, Mgr. Bruno Tropigliani. Dalam kunjungan ke daerah ia bermalam di rumah uskup agung setempat. Selama enam hari di Filipina ia menghadiri 27 upacara dan memberikan sambutan sebanyak 26 kali. Pertemuannya tak hanya meliputi tokoh agama, baik Katolik, Protestan, maupun Islam saja, tapi juga dengan mahasiswa, petani, buruh, rakyat miskin, maupun orang-orang perahu dari Vietnam. Di Bacolod City, dalam pertemuan dengan pemilik dan buruh perkebunan tebu, Paus mengecam negara-negara industri yang menumpuk kekayaan dan hidup dalam kelebihan. Sementara banyak negara lain sulit memenuhi kebutuhan pokok sebagian besar rakyatnya. "Di dunia dewasa ini terdapat terlalu banyak ketidak adilan," katanya. Paus menambahkan bahwa pembangunan yang dilakukan negara harus dapat dinikmati pula oleh mereka yang tinggal di pedesaan. "Tidak dapat diterima jika tanah (rakyat) yang digunakan untuk pembangunan, hasilnya hanya dinikmati oleh sekelompok kecil saja dari penduduk," katanya. Di Cebu, Paus yang bertemu muka dengan tokoh-tokoh agama menegaskan bahwa gereja tidak akan mengubah ajarannya mengenai perkawinan dan keluarga. Ia mengutuk adanya pembatasan kelahiran, pengguguran, perceraian dan poligami. "Apa yang telah ditetapkan Tuhan hendaknya jangan sampai dihancurkan manusia" ujarnya. Dalam kunjungan ke Davao City, Paus tak hanya disambut oleh umat Katolik, tapi juga umat Islam. Kepada pemuka Islam setempat Paus menganjurkan agar dialog yang sudah terjalin antara kedua umat dapat dilanjutkan. Tak cuma itu terdengar dari pertemuannya di Davao City. Bahkan ada yang menganjurkan agar perkawinan antar agama digalakkan. Bagi kelompok anti Marcos kesempatan kunjungan Paus ini tak disia-siakan. Mereka membeberkan kesewenang-wenangan Marcos yang bertentangan dengn hak asasi manusia serta adanya konflik antara pemerintah dan gereja. Dalam wawancara televisi ABC, Marcos menyangkal semua itu. "Pers Barat terlalu membesar-besarkan berita buruk Filipina," ujarnya. Petugas keamanan yang mendampingi Paus sempat direpotkan oleh Lou Calugcug, 19 tahun, sewaktu acara di kampus Universitas Santo Thomas. Calugcug yang ingin mencium tangan Paus mencoba menguak di antara pengunjung. Tapi ia sempat dihajar para pengawal. Ketika mengetahui bahwa pemuda ini tak berniat jahat, Paus mendekatinya, dan memperkenankan mencium tangannya. Berharap Diundang Ny. Marcos selalu mendampingi Paus dalam perjalannya ke bagian tengah dan selatan Filipina. Imelda bahkan tak segan-segan memegang payung untuk melindungi Paus dari terik matahari. Marcos dan istri tampak berharap agar Paus mengundang mereka ke Vatikan. Filipina, berpenduduk 45 juta yang sebagian besar pemeluk Katolik, pernah disinggahinya ketika ia masih menjadi Kardinal Karol Wojtyla Bahasa Tagalog dapat ia ucapkan beberapa kalimat yang menyentuh umatnya. "Dia Santo Papa. Tapi dia seperti seorang dari kita," tulis Kompas yang mengutip seorang ibu dari Tondo. Sebelum bertolak menuju Guam Paus bertemu dengan penduduk suku minoritas di kota pegunungan Baguio. Marcos turut dalam misa yang diadakan Paus di sana, suatu tanda dukungan pemerintah Filipina bagi gereja Katolik. Di Guam, tempat Paus menginap semalam, penduduk konon mengeluh karena petugas sekuriti Amerika bersikap terlalu keras menjaga keamanan. Suasana santai di pulau yang berpenduduk 200.000 itu rupanya agak terganggu. Paus awal pekan ini memulai kunjungan 4 hari di Jepang. Selain mengikuti acara padat di Tokyo, Paus diduga akan menghimbau perdamaian di Hiroshima, kota yang terkena bom atom tahun 1945, dan menjumpai para korban bom atom yang masih hidup di Nagasaki.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus