LAWATAN pertamanya ke kawasan Asia, dimulai awal pekan lalu,
nyaris menjadi muhibah berdarah. Di stadion nasional Karachi, 20
menit menjelang pemimpin tertinggi umat Katolik itu mengadakan
misa kudus untuk 100.000 pengikutnya, sebuah bom meledak.
Seorang tewas dan dua lainnya luka-luka.
Paus Johanes Paulus II, 60 tahun, tampak tidak diberitahu
mengenai adanya ledakan bom itu. Ia kelihatan tenang saja ketika
memasuki stadion. Juga waktu berkeliling dengan jip membalas
elu-eluan pengunjung. Upacara keagamaan selama 90 menit itu
ditutupnya dengan harapan: "Saling pengertian yang telah
terjalin antara umat Nasrani dan Islam (di Pakistan) semoga
dapat ditingkatkan lagi." Paus cuma mampir selama tiga jam di
negara Islam yang berpenduduk 81,5 juta jiwa itu.
Dari Pakistan ia bertolak ke Filipina. Separuh dari 12 bari
lawatannya dihabiskannya di sini. Tiba 17 Februari pagi di
lapangan terbang Manila, Paus disambut langsung oleh Presiden
Ferdinand Marcos dan istrinya, Imelda. Tapi Paus tidak menginap
di istana atau di hotel. Ia memilih tinggal di kediaman Duta
Besar Vatikan untuk Filipina, Mgr. Bruno Tropigliani. Dalam
kunjungan ke daerah ia bermalam di rumah uskup agung setempat.
Selama enam hari di Filipina ia menghadiri 27 upacara dan
memberikan sambutan sebanyak 26 kali. Pertemuannya tak hanya
meliputi tokoh agama, baik Katolik, Protestan, maupun Islam
saja, tapi juga dengan mahasiswa, petani, buruh, rakyat miskin,
maupun orang-orang perahu dari Vietnam.
Di Bacolod City, dalam pertemuan dengan pemilik dan buruh
perkebunan tebu, Paus mengecam negara-negara industri yang
menumpuk kekayaan dan hidup dalam kelebihan. Sementara banyak
negara lain sulit memenuhi kebutuhan pokok sebagian besar
rakyatnya. "Di dunia dewasa ini terdapat terlalu banyak ketidak
adilan," katanya.
Paus menambahkan bahwa pembangunan yang dilakukan negara harus
dapat dinikmati pula oleh mereka yang tinggal di pedesaan.
"Tidak dapat diterima jika tanah (rakyat) yang digunakan untuk
pembangunan, hasilnya hanya dinikmati oleh sekelompok kecil saja
dari penduduk," katanya.
Di Cebu, Paus yang bertemu muka dengan tokoh-tokoh agama
menegaskan bahwa gereja tidak akan mengubah ajarannya mengenai
perkawinan dan keluarga. Ia mengutuk adanya pembatasan
kelahiran, pengguguran, perceraian dan poligami. "Apa yang telah
ditetapkan Tuhan hendaknya jangan sampai dihancurkan manusia"
ujarnya.
Dalam kunjungan ke Davao City, Paus tak hanya disambut oleh umat
Katolik, tapi juga umat Islam. Kepada pemuka Islam setempat Paus
menganjurkan agar dialog yang sudah terjalin antara kedua umat
dapat dilanjutkan. Tak cuma itu terdengar dari pertemuannya di
Davao City. Bahkan ada yang menganjurkan agar perkawinan antar
agama digalakkan.
Bagi kelompok anti Marcos kesempatan kunjungan Paus ini tak
disia-siakan. Mereka membeberkan kesewenang-wenangan Marcos yang
bertentangan dengn hak asasi manusia serta adanya konflik antara
pemerintah dan gereja. Dalam wawancara televisi ABC, Marcos
menyangkal semua itu. "Pers Barat terlalu membesar-besarkan
berita buruk Filipina," ujarnya.
Petugas keamanan yang mendampingi Paus sempat direpotkan oleh
Lou Calugcug, 19 tahun, sewaktu acara di kampus Universitas
Santo Thomas. Calugcug yang ingin mencium tangan Paus mencoba
menguak di antara pengunjung. Tapi ia sempat dihajar para
pengawal. Ketika mengetahui bahwa pemuda ini tak berniat jahat,
Paus mendekatinya, dan memperkenankan mencium tangannya.
Berharap Diundang
Ny. Marcos selalu mendampingi Paus dalam perjalannya ke bagian
tengah dan selatan Filipina. Imelda bahkan tak segan-segan
memegang payung untuk melindungi Paus dari terik matahari.
Marcos dan istri tampak berharap agar Paus mengundang mereka ke
Vatikan.
Filipina, berpenduduk 45 juta yang sebagian besar pemeluk
Katolik, pernah disinggahinya ketika ia masih menjadi Kardinal
Karol Wojtyla Bahasa Tagalog dapat ia ucapkan beberapa kalimat
yang menyentuh umatnya. "Dia Santo Papa. Tapi dia seperti
seorang dari kita," tulis Kompas yang mengutip seorang ibu dari
Tondo.
Sebelum bertolak menuju Guam Paus bertemu dengan penduduk suku
minoritas di kota pegunungan Baguio. Marcos turut dalam misa
yang diadakan Paus di sana, suatu tanda dukungan pemerintah
Filipina bagi gereja Katolik.
Di Guam, tempat Paus menginap semalam, penduduk konon mengeluh
karena petugas sekuriti Amerika bersikap terlalu keras menjaga
keamanan. Suasana santai di pulau yang berpenduduk 200.000 itu
rupanya agak terganggu.
Paus awal pekan ini memulai kunjungan 4 hari di Jepang. Selain
mengikuti acara padat di Tokyo, Paus diduga akan menghimbau
perdamaian di Hiroshima, kota yang terkena bom atom tahun 1945,
dan menjumpai para korban bom atom yang masih hidup di Nagasaki.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini