Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Empat menteri Lebanon dari Partai Pasukan Lebanon, sekutu lama Perdana Menteri Saad Hariri, mengundurkan diri dari kabinetnya pada Sabtu setelah demonstrasi besar pecah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara Partai Kristen Lebanon telah mengumumkan akan keluar dari pemerintah setelah protes hari ketiga di seluruh negeri terhadap kenaikan pajak dan dugaan korupsi pejabat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami yakin bahwa pemerintah tidak dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelamatkan situasi", kata Ketua Umum Partai Pasukan Lebanon Samir Gaegea, seperti dikutip dari Al Jazeera, 20 Oktober 2019.
PM Hariri telah memberikan tenggat waktu bagi koalisinya yang sangat terpecah hingga Senin malam untuk berkomitmen pada paket reformasi yang bertujuan menopang keuangan pemerintah, dan mengamankan pencairan bantuan ekonomi yang sangat dibutuhkan dari para donor.
Para pengunjuk rasa di alun-alun Riad al-Solh di Beirut, yang dekat dengan kantor pemerintah, merayakan berita pengunduran diri para menteri.
Namun massa mulai menuntut pengunduran diri lebih lanjut, dengan slogan yang biasanya dinyanyikan untuk pertandingan sepak bola: "Tembakan pertama masuk, mana yang kedua?"
Demonstran melakukan selfie di depan ban yang dibakar selama protes atas krisis ekonomi, di daerah Barja menghalangi jalan utama menuju Lebanon selatan ke Beirut, 18 Oktober 2019. Demonstrasi ini pecah atas kemarahan terhadap elite politik. REUTERS/Ali Hashisho
Menteri Tenaga Kerja Camille Abousleiman, salah satu dari empat menteri yang mundur dari pemerintah, mengatakan bahwa mereka kehilangan kepercayaan pada kemampuan pemerintah untuk melakukan perubahan dan mengatasi masalah.
Sebelumnya pada hari Sabtu di pusat Beirut, pengunjuk rasa dari segala usia melambaikan bendera dan nyanyian untuk revolusi di jalan kota setelah bank dan toko-toko dihancurkan oleh perusuh malam sebelumnya.
Jumlah pengunjuk rasa terus bertambah sepanjang hari, dengan demonstrasi besar di kota kedua Tripoli, di utara, dan lokasi lainnya.
Banyak yang mengibarkan bendera Lebanon dan bersikeras bahwa protes harus tetap damai dan non-sektarian.
Reuters melaporkan, dari selatan ke timur dan utara Lebanon, para pengunjuk rasa berbaris dan memblokir jalan-jalan untuk menjaga momentum tetap berjalan meskipun orang-orang bersenjata yang setia pada gerakan Muslim Amal Syiah muncul dengan senjata api untuk menakuti mereka.
Kerusuhan terbaru dipicu oleh kemarahan atas meningkatnya biaya hidup dan rencana pajak baru, termasuk biaya panggilan WhatsApp, yang dengan cepat ditarik kembali setelah protes pecah. Ini adalah demonstrasi terbesar dalam beberapa puluh tahun terakhir.
Dalam upaya untuk menenangkan massa, menteri keuangan Lebanon mengumumkan, setelah pertemuan dengan Perdana Menteri Saad al-Hariri, bahwa mereka telah menyetujui anggaran akhir yang tidak termasuk pajak atau biaya tambahan.
Presiden Lebanon Michel Aoun mengatakan di Twitter akan ada solusi meyakinkan untuk krisis ekonomi.
Demonstrasi ini pecah menyusul peningkatan keluhan terkait persepsi korupsi pemerintah, salah kelola dana, dan kegagalan menangani pengangguran yang tinggi di Lebanon.