Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Dendam khmer merah

Pers barat menyiarkan berita tentang keadaan di kamboja yang menyeramkan, kerja paksa, ransum makanan dan pembunuhan para pendeta budha. orang-orang khmer merah mungkin melampiaskan dendam masa lalu.(ln)

8 Mei 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KAMBOJA. Laporan tentang suasana seram di Kamboja kini terus bermunculan di pers Barat. Khmer Merah yang kini mengontrol negeri itu dikabarkan membunuh orang dewasa sampai dengan anak-anak siapa saja yang dicurigai dulu punya hubungan dengan pemerintahan lama di bawah Marsekal Lon Nol, itu Presiden yang dari kedodoran waktu Khmer Merah memasuki Phnom-Penh. Anak-anak dipisahkan dari orang tua mereka, untuk dididik oleh Angkar ("Organisasi" atau "Partai"). Kuil-kuil dihancurkan. Pendeta Budha dibunuhi atau,dicopot dianggap benalu masyarakat. Pernikahan diubah caranya: dipimpin seorang orang tua, dan bersama-sama dengan pasangan lain--yang dipaksakan oleh Partai siapa calon mempelainya. Seorang Dutabesar Swedia dari Peking yang pernah mengunjungi Kamboja (satu-satunya diplomat Barat) menyatakan bahwa di negeri itu kini "uang tak berlaku". Segala diransum, dan suatu sistim sosial-ekonomi yang lebil ekstrim dari RRT ataupun Uni Soviet sedang dijalankan. Orang-orang bekerja paksa, termasuk menggantikan kerbau di depan bajak, dengan dikawai tentara Khmer Merah. Orang keturunan asing dimusuhi atau diusir, termasuk yang berdarah Vietnam dan TiongHoa. Perbatasan ditutup. Hanya 7 negara punya kedutaan di ibukota Phnom Penh yang kini sepi, karena penduduknya yang dulu 3 juta (hampir separuh dari seluruh rakyat Kamboja) Sudah digiring paksa keluar kota Ke-7 negeri itu adalah RRT, Albania, Korea Utara, Kuba, Vietnam Selatan dan anehnya -- Yugoslavia. Uni Soviet mungkin masih dimusuhi, lantaran dulu pro-pemerintahan Lon Nol. Benarkah semua eerita itu? Mungkin. Orang kuat dan Presiden Khieu Samphan, yang masih muda (44 tahun) itu, konon mempraktekkan pandangannya: campuran antara Marxisme dengan ' spiritualisme" - kabarnya sesuai dengan thesis doktornya di universitas di Paris 20 tahun yang lalu. Sementara itu, orang-orang Khmer Merah, yang terdiri banyak dari pemuda dusun miskin, mungkin bertahun tahun menimbun dendam kepada suatu rezim, yang pernah begitu serakah. korup dan seenaknya saja menyedot kekayaan - baik dari dalam negeri maupun dari bantuan asing. Pangeran Sihanouk sendiri, yang berpihak pada Khmer Merah setelah Lon Nol menggulingkannya, konon menangis melihat apa yang berlangsung di negerinya kini. Ia sudah mundur. Tapi orang-orang Khmer Merah berkata, dan agaknya yakin, bahwa semua itu harus dilakukan untuk ''masa depan yang gemilang". Potret-potret dalam majalah Paris Match 24 April yang lalu ini mungkin merupakan gambar yang jarang diperoleh dari negeri yang tertutup itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus