Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Dengan dua masjid dari imelda

Sikap pemerintah filipina terhadap golongan islam berubah, ada menteri urusan islam dalam kabinet, dana pembangunan mengalir ke daerah selatan, berlaku pula hukum islam, dan masjid bertambah di manila.(ln)

23 Januari 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NICE girl, Sir. Live show!" Begitu sopir taksi atau pemuda di pinggir jalan Manila menawarkan "dagangan jorok" itu kepada para turis. Tapi sekarang kota metropolitan berpenduduk 6 juta (mayoritas Katolik) itu juga punya empat masjid. Dua di antaranya dibangun atas perintah Imelda Romualdez Marcos, yaitu di Quiapo (pusat kota) dan Maharlika Village (perkampungan di pinggiran Manila). Kisah pembangunan kedua masjid besar itu unik juga. Konon dalam perundingan soal Moro di Tripoli, tahun 1976, Imelda sempat gugup ketika mendadak Khadafy bertanya apakah Manila punya masjid. Tapi istri presiden itu menjawab, "Kami punya dua masjid yang bagus." Ketika itu di Manila memang ada dua masjid, yaitu di San Andreas Bukid dan di tengah perkampungan Islam, Quiapo. Tapi masjid itu tidak indah seperti yang dikatakan Imelda, sedang Khadafy berjanji akan melihat Manila. Maka dalam tempo dua bulan, di Manila bertambah dua buah masjid yang besar dan cantiknya hampir sama. Di Quiapo itu, masjid dibangun di atas bekas gedung sekolah. Pusat Pendidikan Asia (Education Center of Asia) milik pemerintah yang semula bercokol di atas areal 1,5 ha itu dicampakkan sejauh lebih 2 km ke Quezon City. Walaupun sulit mencari tanah --apalagi di pusat kota begitu -- masjid itu berdiri saja. "Semula saya tak percaya di bekas bangunan sekolah itu berdiri masjid yang begini bagus," kata Haji Ilyas Ismail, Imam Masjid Quiapo. "Syukurlah setiap Jumat, masjid itu penuh saja." Masjid yang berpilar banyak itu tak sulit mencari jamaah karena dekat perkampungan Islam Quiapo. Apalagi sejak meletusnya kerusuhan di Selatan, menurut Haji Ilyas, terdapat hampir 50.000 penganut Islam di Manila. "Di Istana Malacanang pun sekarang ada musholla. Tamu kehormatan dari Timur Tengah bisa sembahyang di sana," tambah imam masjid tadi. Selain masjid, ibukota Filipina itu membangun Maharlika Village, sebuah kompleks perumahan. Penghuninya boleh mencicil pembelian rumah --mirip Perumnas di Indonesia. Bedanya ialah Maharlika Village (dalam bahasa Tagalog berarti "kampung merdeka") dilengkapi kolam renang berukuran internasional, asrama pelajar, jaringan jalan yang lebar dari aspal beton dan tentu tak ketinggalan lapangan bola basket, cabang olahraga paling populer di negeri Marcos itu. Syarat untuk menghuni kompleks itu? "Selain punya pekerjaan tetap, dia harus orang Islam," kata Farouk Carpizo, 38 tahun, manajer proyek itu kepada TEMPO. Di sana sekarang terdapat 227 rumah yang sudah siap dan berpenghuni. Tiga tahun lagi di atas areal 34 ha itu, bekas kompleks militer, harus 5elesai dibangun 800 rumah berbagai tipe. Tetap tak ada kesulitan. Yang membangun Maharlika adalah Departemen Pemukiman Penduduk (Ministry of Human Settlement). Menterinya ialah Imelda Marcos sendiri. Di Filipina Selatan pembangunanpun sedang ramai - antara lain proyek pembangkit listrik di Lanao Del Sur, pembangunan 1200 ha tambak ikan di Zamboanga, dan pembangunan perumahan rakyat milyunan pesos. Jalan raya beraspal beton, Cagayan de Oro, sepanjang 300 km seakan membelah Minadanao. Banyak lagi yang berubah di negeri itu. Pintu bagi kaum minoritas Islam kian terbuka. Di Parlemen Filipina (Batasang Pambansa) sekarang terdapat sembilan anggota yang muslim, dibandingkan dengan sebelum pemberontakan Moro cuma satu. Di lembaga eksekutif, terdapat lima gubernur yang muslim (Provinsi Maguindanao, Lanao Del Sur, Sulu, Tawi-Tawi, Basilan) dari 73 gubernur seluruhnya. Terdapat 196 muslim dari 1480 camat, atau naik 50%. Lebih penting lagi, pertama kalinya dalam sejarah Filipina merdeka orang Islam masuk dalam kabinet. Yaitu Laksamana Romulo Espaldon, 56 tahun,yang sejak Mei 1981 diangkat Marcos menjadi Menteri Urusan Islam. Departemen baru itu mengurus kepentingan muslimin Filipina, terutama di daerah Selatan. Seperti dikatakan Michael O. Mastara, seorang Islam asal Selatan yang jadi Deputi Menteri Urusan Islam, "kaml memperbalkl masJid yang rusak mengurus orang Filipina yang mau naik haji menyusun kurikulum sekolah Islam dan sebagainya." Soal kurikulum cukup serius juga. Sekitar 15 0-an sekolah agama (madrasah) di Selatan selama ini menyusun kurikulum sendiri, menekankan pentingnya bahasa Arab. Lulusannya sulit diterima di kantor pemerintah, terutama di Luzon (Utara karena tak bisa berbahasa Inggris, bahasa kedua pentingnya di sana setelah Tagalog. Di kantor-kanor penting seperti bank, hallasa Inggris malah lebih penting daripada Tagalog. Sedang tak sedikit penduduk Selatan yang buta Tagalog. Mereka memiliki bahasa daerah sendiri, Maranao. "Kurikulum itu kami susun sehingga lulusan madrasah diterima bekerja di kantor-kantor atau bisa melanjutkan .sekolah di Manila," kata Espaldon, kelahiran Tawi-Tawi. Selain itu departemennya sibuk merealisasikan Dekrit Presiden Marcos nomor 1083 tahun 1977 tentang berlaku hukum Islam bagi penduduk Muslim Filipina (di Provinsi Sulu, Tawi-Tawi, Zamboanga Del Norte, Zamboanga Del Sur, Lanao Del Norte, Lanao Del Sur dan Cotabato). Untuk itu Desember lalu sejumlah ahli fikih Filipina ditatar di Manila tentang hukum Islam oleh Sheik Muhamad Abdur Rahim Al Khalid, bekas Ketua Pengadilan Tinggi di Arab Saudi. Dengan dekrit itu, sekarang di berbagai provinsi berpenduduk Islam hari libur umum jatuh pada hari Jumat. Seperti terjadi di Provinsi Lanao Del Sur, termasuk di Marawy City kantor dan pasar ditutup hari Jumat. Sebelum keluarnya dekrit itu orang Islam tentu harus tunduk kepada hukum negara yang berlaku di Filipina yang dipengaruhi Katolik. "Orang Islam yang punya dua istri dipidanakan karena istrinya yang terdahulu mengadu ke polisi," ujar Haji llyas, imam tadi. "Sekarang dalam urusan kawin-cerai, pembagian pusaka dan harta untuk penduduk Islam berlaku hukum Islam." Perubahan sikap rezim Marcos terhadap penduduk Islam ini antara lain karena pemberontakan Moro. "Katakanlah ini sebagai hikmahnya," kata Menteri Espaldon sembari senyum. Espaldon, yang tahun lalu naik haji ke Mekah, lahir di Tawi-Tawi dari keluarga Katolik. Dia menenal Islam karcna kampung kelahirannya itu daerah mayoritas Islam, apalagi selama 7 tahun sampai Desember 1980, Espaldon jadi Panglima Militer di wilayah Selatan. Dia pernah pula jadi atase militer di Jakarta tahun 1960-an. Dan 6 tahun lalu Espaldon masuk Islam. MESKI sudah diberikan konsesi begitu banyak terhadap orang --muslim, pemberontakan Moro ternyata tidak selesai. Ketika ulang tahun ke46 Angkatan Bersenjata di kompleks militer di Aquinaldo, (2.uezon City (21 Desember), Marcos mengatakan bahwa tentara Filipina mampu mengalahkan semua pemberontak, baik MNLF (Moro) maupun NPA (komunis). "Tapi pertempuran yang serius hanya akan menimbulkan kemelaratan bagi rakyat." Marcos mengisyaratkan pendekatan seperti yang dilakukannya selama ini masih akan diteruskan. Sikap memaniskan muka itu juga diterapkan Marcos ke dunia luar, terutama terhadap dunia Arab. Ini bisa berkaitan dengan minyak atau soal lain. Misalnya sekarang di Arab Saudi saja bekerja lebih dari 250.000 buruh Filipino. Uang yang mereka kirim pulang sudah mencapai US$ 1.000 juta. Kesempatan kcrja di Arab Saudi, menurut Menteri Perburuhan Blos Pole, suatu penyelamat kehidupan (lifesaver) ekonomi Filipina. Dalam situasi begini, pemerintahan Marcos diduga tak akan menambah musuh baru. Apalagi untuk urusan Sabah. Ia berusaha menghapus citra jelek selama ini--seperti membunuh penduduk Islam dan membakar masjid. Bahkan dengan Libya yang pernah membantu pemberontakan Moro, Marcos mencoba berbaikan. Dia tak keberatan Libya membangun rumah sakit di Marawy City, meski pembangunan itu tak melewati tangan pemerintah, melainkan lewat Sultan Rasyid Zampaco, bekas Walikota Marawy yang tak cocok

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus