TIDAK ada alasan rupanya bagi Presiden Husni Mubarak untuk mengurungkan pemilihan umum di Mesir, Senin lalu. Itu sebuah hal yang pernah dianggap mustahil di negara yang selama 32 tahun diperintah oleh reim militer. Hanya dalam tempo dua setengah tahun setelah menggantikan Anwar Sadat, marsekal angkatan udara itu telah memberikan kesempatan kepada 13 juta pemilih terdaftar - dari 47 juta penduduk menentukan 448 orang wakil-wakil mereka di Majlis Al-Sha'ab (Majelis Rakyat). Empat partai politik mencoba bertarung menggoyahkan dominasi Partai Demokrasi Nasional (NDP), yang menguasai 90% kursi di Majelis Rakyat. Dan untuk pertama kalinya, sistem pemilihan perwakilan proporsional diterapkan. Dengan ketentuan baru ini, setiap partai minimal harus mengantungi 8% suara agar bisa meraih setiap kursi. Menurut kaum oposan, sistem itu sebenarnya hanya melicinkan jalan bagi kemenangan NDP, yang dipimpin Husni Mubarak sendiri. Kendati beitu, Partai Wafd tampak siap membuntuti kemenangan NDP. Beraliansi dengan kelompok Ikhwanul Muslimin, Wafd mengharapkan tambahan setengah juta suara dari pendukung gerakan itu. Sebaliknya, Ikhwanul Muslimin ikut menyertakan orang-orangnya sebagai calon-calon Wafd. Tetapi partai itu terpaksa kehilangan dukungan dari kelompok Kristen dan Koptik, yang lebih menyukai jika Wafd bertahan dengan sikap sekularisme tradisional. Bagi Partai Progresif Persatuan (UPP) Partai Buruh Sosialis (SLP), dan Partai Sosialis Liberal (LSP), peluang mereka untuk mempertahankan kedudukan sebelumnya menurut penilaian para pengamat - agak kecil. Bahkan, Lotiy El-Kholi, calon dari UPP, menuduh pemilihan kali ini masih belum bebas murni. Dibayang-bayangi kekhawatiran sedikitnya jumlah mereka yang menggunakan hak pilihnya - seperti pada pemiru 1976 dan 1979 - kampanye-kampanye pendahuluan berjalan semarak. Bahkan, Mubarak memperkenankan setiap partai menggunakan televisi sebagai media kampanye mereka. Hanya sala, pihak penguasa sempat melarang mingguan Al-Wafd, milik Partai Wafd, beredar. Kendati begitu, "Selama 60 tahun ini, tidak pernah demokrasi berjalan sebaik sekarang ini," kata Husni Mubarak bangga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini