IRAK mengaku telah menenggelamkan enam kapal lagi, Iran dikabarkan siap tempur dengan 500.000 tentara dan Arab Saudi akan diperlengkapi 200 Stinger sejenis rudal anti-pesawat udara buatan AS. Semua yang disebutkan itu baru "kemungkinan", karena perang Teluk juga akan memasuki tahap lanjut yang masih berupa "kemungkinan". Sementara itu berita dari Washington menegaskan bahwa AS dan Uni Soviet sudah mcncapai kesepakatan tak tertulis untuk tidak terlibat dalam perang Teluk. Ini pon lebih tepat bila dianggap sebagai "kemungkinan". Mengapa? Washington tampaknya memang tidak bergairah untuk ikut sibuk di kawasan itu namun dua kapal induknya, termasuk Kitty Hawk, mulai meluncur ke jurusan Teluk Parsi. Moskow berhati-hati, tapi diam-diam mensuplai senjata untuk Irak. Tidak mau ketinggalan, Iran memastikan akan membeli 60 pesawat tempur MiG dari Korea Utara. Lalu Arab Saudi sudah menyiagakan 4 pesawat AWACS yang dioperasikan oleh penerbang Amerika dan dengan mudahnya menuntun pesawat tempur F-15 ke sasaran. Terakhir, Presiden Reagan bermaksud memperkuat armada udara Saudi dengan dua tanker udara KC135. Tujuannya tak lain untuk memudahkan tugas F-15 dalam patroli udara, sepanjang perairan Saudi yang belakangan sangat tidak aman itu. Mengamankan jalur lautnya, yang berarti mengamankan suplai minyaknya adalah tugas berat bagi Arab Saudi. Untuk itu, Ryadh melakukan apa saja, mulai dari membantu Irak sampai menghamburkan uang tidak sedikit untuk para sekutu Iran seperti Syria. Bahkan dalam upaya mengatasi krisis Teluk, Saudi minta agar Syria menjadi juru damai ke Teheran. Maka Presiden Syria Hafez Assad Rabu pekan silam menyirimkan dua pejabat tinggi ke ibu kota Iran itu. Tidak saja Ryadh, tapi juga Washington,Tokyo, dan Masyarakat Ekonomi Eropa lebih suka bila krisis Teluk segera cepat bisa diamankan tanpa pertarungan rudal. Perang Iran-Irak yang sudah berlangsung 44 bulan setiap kali terbukti merusak keseimbangan di kawasan Teluk dan itu melihat gelagatnya masih akan diperluas ke jazirah Arab. Kenyataan ini merugikan banyak pihak. Sebelum hal yang lebih gawat terjadi, pihakpihak yang berkepentingan, khususnya negara penjual dan pembeli minyak, mencari kemungkinan damai di samping membangun pertahanan militer. Dilema yang seburuk ini agaknya tidak pernah dibayangkan oleh enam negara Teluk. Yang mereka harapkan, menjinakkan Iran lewat kompromi, sesuatu yang agaknya tidak mungkin selama Ayatullah Khomeini masih hidup. Sekarang keadaan terlanjur rumit. Sejak kapal barang Fidelity tenggelam, serangan rudal dari Iran dan Irak agak mereda. Namun Irak kabarnya menghantam dua sasaran besar di dekat terminal Pulau Kharg, sedang Iran menghajar tanker Chemical Venture milik Hong Kong sekitar perairan Arab Saudi. Diperkirakan sejak menggilanya penembakan kapal tiga pekan silam, sudah 27 tanker jadi korban. Penyaluran suplai minyak sekitar 7-8 juta barrel sehari keluar Teluk pasti terganggu dan andai kata keadaan menggawat bisa terhenti sama sekali. Apakah ini yang dicari Iran? Pasti tidak. Teheran memerlukan setiap sen dolar untuk dana perang. Dan berita tentang kesiagaan 500.000 tentara di perbatasan Irak itu, seperti dilaporkan The Sunday Times dari London memang bukan baru. Yang menggetarkan ialah bahwa tentara sebanyak itu akan menyeberangi perbatasan Irak dalam tempo seminggu. Agresi mereka sebenarnya sudah direncanakan sejak lama, tapi ditunda, menunggu musim kering. Andai kata surat kabar terbitan London itu benar, hari H akan jatuh pada 1 Juni, hari pertama bulan Ramadhan, atau 5 Juni, peringatan ke-21 pemberontakan Shiah yang dipimpin Khomeini. Dalam kaitan dengan serangan Ramadhan itu, Iran kabarnya telah mengirimkan dua divisi ke sektor Hamid di front terdepan pekan lampau. Dalam satu wawancara televisi, Kol. Ali Sayyad-Shirazi menyatakan "perang akan segera dilancarkan, dan dalam tempo singkat kita akan menang mutlak." Keterangan ini tampaknya amat diperhitungkan oleh Pentagon, karena jika AS terpaksa ambil bagian, maka itu haruslah dilaksanakan secara tepat. BAGAIMANA mematahkan Iran ? Cara paling singkat lewat udara, karena AU Iran hanya diperkuat 20-30 Phantoms dan sejumlah F-5E. Ini tidak sulit, demikian menurut majalah The Economist. Sementara itu kekuatan Iran di darat juga mestinya bisa dilabrak dari udara. Namun ahli-ahli perang di Barat juga tidak lupa bahwa partisipasi mereka hanya bermanfaat bila tentara Irak masih segar, tangguh dan siap berjuang. Karena itu keterlibatan AS di Teluk - kalau memang perlu - harus sudah dilakukan sebelum Ramadhan pekan ini. Dan sekali lagi, seluruh perhatian dunia kini ditujukan ke Teheran, kepada seorang tokoh yang bernama Ayatullah Khomeini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini