Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Di Sudut Sempit Tak Jauh dari Harrods

Sudah lebih dari tiga tahun Julian Assange berlindung di Kedutaan Besar Ekuador di Inggris. Mengaku bekerja seperti biasa.

7 September 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejak meminta suaka pada 2012, Julian Assange menempati satu sudut di Kedutaan Besar Ekuador di London, yang berpemandangan jalan buntu. Lokasi gedung berlantai satu ini tak jauh dari tempat belanja mentereng Harrods. Di kediaman mini itu terdapat dapur, sebuah meja, dan satu rak buku, di samping akses Internet. Karena cahaya matahari terbatas, dipasanglah sebuah lampu yang memberi terang mirip warna langit.

Sebenarnya kondisi itu lebih mirip perangkap. Tapi Assange, yang sudah tiga tahun tak pernah keluar dari gedung, menepis kesan ini. "Saya mengerjakan hal-hal yang baik dan saya tak punya waktu untuk urusan lain, jadi agak kontraproduktif memerangkap saya di sini, karena apa lagi yang bisa saya lakukan selain bekerja?" ujar pria 43 tahun ini, seperti dikutip Los Angeles Times, Februari lalu.

Itu bukan berarti Assange mau bertahan tinggal di tempat tersebut selamanya. Para pejabat Ekuador sebenarnya punya sejumlah skenario untuk menyelinapkan pendiri situs WikiLeaks itu keluar, misalnya seperti terungkap dari dokumen yang dilihat situs Focus Ecuador dan BuzzFeed UK serta dikutip banyak media Barat awal pekan lalu. Koran The Guardian menyebutkan rencana itu di antaranya menyamarkan Assange dalam busana yang mentereng dan membaurkannya dengan kerumunan pengunjung Harrods atau menunjuknya sebagai wakil Ekuador di Perserikatan Bangsa-Bangsa dan membawanya keluar menggunakan mobil yang dijamin dengan kekebalan diplomatik.

Dengan cara biasa, Assange memang tak mungkin melenggang bebas meninggalkan kedutaan itu. Di luar, polisi Inggris terus berjaga-jaga dan siap mencokoknya begitu dia melangkah ke tempat terbuka. Penjagaan ini sebenarnya merupakan beban yang tak kecil. "Ini menyedot sumber daya kami," kata Komisaris Polisi Metropolitan Bernard Hogan-Howe kepada Los Angeles Times. Menurut laporan keuangan yang dibuka kepada publik, penjagaan 24 jam sehari itu hingga awal tahun ini sudah menelan uang para pembayar pajak US$ 15,4 juta atau sekitar Rp 218,5 miliar.

Keberadaan polisi tak bisa dihindarkan karena Assange berstatus buron. Pemerintah Amerika Serikat, negara asalnya, berkepentingan menangkapnya untuk kasus pembocoran dokumen—melalui WikiLeaks—yang dianggap sebagai rahasia negara. Negara lain yang menghendakinya adalah Swedia. Di negara itu, Assange dituding melakukan perundungan seksual dan pemerkosaan.

Dalam kasus yang disebut belakangan itu, sejauh ini masih berlangsung tarik-menarik antara para penasihat hukum Assange dan para jaksa Swedia. Dengan lampu hijau dari Kantor Urusan Luar Negeri Inggris, kepada para jaksa ditawarkan memeriksa Assange di dalam kedutaan. Tapi para jaksa berkeras interogasi harus berlangsung di wilayah Swedia.

Sementara negosiasi untuk mencari jalan keluar berlangsung, Assange tak punya pilihan selain menjalani sebisanya kehidupan sehari-harinya di dalam gedung kedutaan. Melalui wawancara dengan wartawan, juga via Skype, dia memperlihatkan rutinitas apa saja yang dilakukannya.

Untuk seseorang yang tak bebas, dia terhitung sibuk. Dengan treadmill sumbangan sutradara film Ken Loach, dia berolahraga lari 5-8 kilometer sehari. Dalam satu wawancara, Assange mengungkapkan bahwa dia menjalani latihan pribadi dua kali seminggu dengan instruktur seorang mantan perwira pasukan khusus Inggris.

Dia menggambarkan situasinya "sedikit seperti hidup di stasiun ruang angkasa". Dia mengakui semakin lama semakin sulit "menghadapi dinding yang sama" setiap hari. Dia merasa beruntung anggota staf kedutaan sudah menjadi seperti keluarga sendiri dan dia sering makan bersama dengan mereka.

Sejumlah kenalan dan selebritas sudah mengunjunginya. Termasuk Yoko Ono dan Lady Gaga.

Semua itu sangat boleh jadi merupakan pemacu semangat yang menjadikannya bisa terlihat tetap optimistis. "Hati dan jiwa saya ada pada pekerjaan ini," ujarnya, seperti dikutip The Telegraph. Dia mengklaim dibantu staf yang setia dan bisa diandalkan, juga punya pendukung di seluruh dunia yang percaya kepada apa yang dia kerjakan dan berharap dia tetap jalan terus.

"Jadi," katanya, "meskipun saya terperangkap di antara dinding-dinding ini, secara intelektual saya berada di luar bersama orang-orang kami dan bagi saya itulah yang terpenting."

Purwanto Setiadi (The Guardian, Los Angeles Times, The Telegraph)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus