Di Balik Kata-Kata AIR beriak tanda tak dalam. Pepatah itu mungkin tak berlaku bagi Perdana Menteri Mahathir Mohamad. Lihatlah, belakangan ia selalu beriak: soal Bosnia-Yugoslavia, soal AS yang satu-satunya superkuat di dunia, soal demokratisasi PBB, dan lain sebagainya. Tapi bukannya itu "tak dalam". Ada tujuan, yang bisa jadi dunia luar tak banyak bersangkut paut, meski riak itu terjadi karena soal-soal di luar Malaysia. Apa boleh buat memang, "banyak bekerja sedikit bicara", bagi politikus itu berarti ia harus bicara, bicara, dan bicara. Tanpa itu ia bisa tenggelam dan dilupakan. Jadi, apa sebenarnya yang hendak dicari oleh Mahathir maka ia beriak-riak? Itulah yang dicoba diungkapkan dalam Laporan Utama kali ini. Benarkah Mahathir siap berkonfrontasi dengan Barat, kok ia selalu bicara keras tentang Amerika? Bila tidak, lalu mengapa ia begitu? Bagian pertama Laporan Utama mencoba menjawab soal itu. Di bagian selanjutnya adalah upaya mencari akar perilaku sang perdana menteri ini. Apa tak mungkin suatu pengalaman yang membekas yang tak terlupakan mempengaruhi sikap dan pandangan hidupnya? Mengapa ia getol memprioritaskan etnis Melayu di negeri berbilang kaum itu? Dalam wawancara dengan Mahathir, kami pun mencoba mengkonfirmasikan dugaan-dugaan tentang sikap dan pernyataan-pernyataannya. Akhirnya adalah bagian akhir, semacam kalkulasi Malaysia di bawah Mahathir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini