Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Dijatuh Hukuman 19 Tahun Lagi, Navalny Peringatkan Elite Rusia yang 'Korup'

Navalny mengatakan para pemimpin Rusia telah memilih kekayaan dolar AS daripada membangun demokrasi atau mengambil pelajaran dari masa lalu Soviet.

11 Agustus 2023 | 19.59 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin oposisi Rusia yang dipenjara Alexei Navalny pada Jumat, 11 Agustus 2023, memperingatkan elite Rusia karena kejahatannya, mengungkapkan kebencian terhadap mereka yang menyia-nyiakan kesempatan bersejarah untuk melakukan reformasi setelah jatuhnya Uni Soviet pada 1991.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam esai 2.000 kata yang berapi-api sebagai tanggapan atas hukuman penjara tambahan 19 tahun yang berarti pria berusia 47 tahun itu tetap di penjara sampai dia berusia 74 tahun, Navalny mengatakan kebencian terkadang mengalahkannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia membedah sejarah pasca-Soviet Rusia termasuk warisan tokoh-tokoh paling kuat 1990-an seperti yang disebut reformis yang berusaha meletakkan dasar kapitalisme dan oligarki yang memperoleh kekayaan luar biasa.

"Saya tidak bisa menahan diri untuk tidak marah, sangat membenci mereka yang menjual, membuat marah, dan menyia-nyiakan peluang sejarah yang dimiliki negara kita di awal tahun sembilan puluhan," Navalny mengatakan pernyataannya yang paling substantif sejak hukumannya pekan lalu.

Setelah keruntuhan Soviet, kata Navalny, elite Rusia telah menjual masa depan Eropa untuk jebakan despotisme korup yang tidak berguna: vila mewah, kemewahan oligarki, dan apa yang disebutnya "pemilihan palsu" ketika Boris Yeltsin memenangkan masa jabatan kedua pada 1996.

Para pemimpin Rusia, katanya, telah memilih kekayaan dolar AS daripada membangun demokrasi atau mengambil pelajaran dari masa lalu Soviet.

Dia mengungkapkan "kebencian" terhadap mereka yang berkuasa di 1990-an, memilih Yeltsin, arsitek reformasi ekonomi Anatoly Chubais, dan "para oligarki dan seluruh geng partai Komsomol yang menyebut diri mereka 'demokrat'".

Yeltsin, yang meninggal pada 2007, pemimpin Rusia yang paling berpengaruh pada 1990-an dan beberapa oligarki telah mengakui banyak kesalahan tetapi mengatakan bahwa mereka menghadapi situasi kacau yang membutuhkan keputusan yang radikal dan terkadang terburu-buru.

Persimpangan Rusia

Korupsi di bawah Yeltsin, kata Navalny, telah menabur benih kekerasan di bawah penerus Yeltsin, Vladimir Putin.

"Jika aturan permainan sedemikian rupa sehingga Anda dapat mencuri, berbohong, memalsukan, menyensor, dan semua pengadilan berada di bawah kendali kami, mereka berpikir: ‘Kami di sini dan kami akan membalikkan keadaan'," kata Navalny.

Seorang mantan pengacara, Navalny menjadi terkenal lebih dari satu dekade lalu dengan mengecam elite Putin dan menyuarakan tuduhan korupsi dalam skala besar.

Pendukung Navalny menyebutnya sebagai Nelson Mandela versi Rusia dari Afrika Selatan yang suatu hari akan dibebaskan dari penjara untuk memimpin negara.

Pihak berwenang Rusia memandang dia dan para pendukungnya sebagai ekstremis yang memiliki hubungan dengan badan intelijen AS CIA yang bermaksud mencoba mengacaukan Rusia. Mereka telah melarang gerakannya, memaksa banyak pengikutnya melarikan diri ke luar negeri.

Navalny mengatakan dia sedang membaca buku oleh pembangkang Soviet Natan Sharansky berjudul "Fear No Evil". Sharanksy kemudian ditukar oleh Uni Soviet dan pergi ke Israel.

"Saya tahu Rusia akan memiliki peluang lain. Ini adalah sebuah proses bersejarah. Kita akan berada di persimpangan lagi,” kata Navalny, meskipun ia mengatakan kadang-kadang ia terbangun berkeringat dingin di penjara, mencemaskan hal itu akan sia-sia.

REUTERS

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus