GENCATAN senjata untuk menghormati bulan Ramadan yang diumumkan oleh Presiden Najibullah dianggap omong kosong oleh para bos Mujahidin. Maka, Minggu pekan lalu, dari balik perbukitan, ribuan roket dan peluru meriam diluncurkan oleh Mujahidin ke Kota Jalalabad. Sementara itu, gempuran yang lebih kecil marak di seputar 5 kota penting lainnya -- Kabul, Nagarhar, Herat, Ghazni, dan Kandahar. Serangan itu memaksa pemerintah Afghanistan meluncurkan senjata pamungkasnya, rudal Scud-B, yang berdaya jangkau 380 kilometer, ke posisi-posisi Mujahidin di seputar Jalalabad. Dan serangan balasan itu sungguh merepotkan. Tak hanya karena daya rusaknya demikian besar, rudal itu juga sulit dilacak dari mana meluncur. Sebagai tandingan, para operator rudal Stinger mengarahkan laras ke sasaran-sasaran di darat. Padahal, senjata canggih buatan AS itu, yang jadi senjata paling andal bagi Mujahidin, didesain untuk merontokkan pesawat udara. Apa boleh buat, daripada tak membalas. Bagaimanapun, rezim kiri Kabul tak tenteram dengan gempuran-gempuran itu. Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Afghanistan Abdul Wakil dikirim ke New Yok Dia ditugasi mengajak Dewan Keamanan PBB mengadakan sidang luar biasa untuk menghentikan dukungan langsung Pakistan kepada Mujahidin. Sekaligus memperingatkan Pakistan agar menghentikan campur tangannya di Afghanistan. Kemenangan politik sudah diraih. PBB menyetujui usul Wakil. Tapi AS, pendu kung Mujahidin, tak tinggal diam. Misi Wakil ditandingi AS dengan mengirim utusan khusus setingkat duta besar, menemui Mujahidin. Dugaan sejumlah peng amat, utusan itu menjajaki kemungkinan pengakuan AS kepada pemerintah semen tara Afghanistan. Apa pun isi pembicaraan wakil AS dengan Mujahidin, hingga kini para bos pejuang Muslim itu tetap berambisi merebut Jalalabad, yang akan dijadikan ibu kota sementara. Sayangnya, sejumlah rintangan yang lebih datang dari dalam menghamba jatuhnya Jalalabad. Perselisihan paham yang tak kunjung reda, umpamanya, membuat Mujahidin tak kompak dalam pertempuran. Ahmad Syak Masoud tak mau mengirimkan bantuan untuk menggempur Jalalabad. Ia sibuk sendiri di Jalan Raya Salang. Malah Abdul Haq, komandan lapangan yang beroperasi di dalam dan seputar Kota Kabul, mencemooh rekan-rekannya yang berjuang di seputar Jalalabad. Mereka, kata komandan yang dikenal piawai itu, bertempur sembarangan. Akibatnya, banyak pejuang yang terperangkap dalam kepungan prajurit pemerintah. Tak cuma itu, Kabarnya, cara prajurit Mujahidin memperlakukan tawanan perang -- langsung tembak mati -- membua warga Jalalabad tak menaruh simpati kepada para pejuang. Justru mereka, yang dulu diharapkan bergerak menusuk rezim Kabul dari dalam, lalu ikut bertempur di pihak pemerintah. Sementara itu tampaknya yang berhasil adalah Haq, yang lebih suka melancarkan serangan gerilya sembari merongrong pemerintah dan militer dari dalam. Konon, banyak orang Abdul Haq yang menduduki jabatan cukup penting dalam pemerintahan rezim Kabul. Haq juga tahu persis sasaran-sasaran yang harus dihajar. Misalnya Kamis pekan lalu, hari pertama Ramadan di Afghanistan, anak buah Haq menghancurkan sebuah depot bahan bakar di Kabul -- 13 truk tangki yang baru tiba dari Soviet hancur. Tapi bisakah Haq berjuang sendirian?Praginanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini