Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Diplomasi Wortel Dan Tongkat

Aksi militer vietnam dikecam dimana-mana, di kuala lumpur demonstran turun ke jalan, rrc dan a.s juga memberi peringatan keras. menlu us, mikail kapitsa mengancam asean jika terus mendukung kampuchea.(ln)

23 April 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SERANGAN Vietnam ke perbatasan Thailand, sepanjang kawasan Ban Sangae, Phnom Chat, dan Nong Sumet, cukup gawat. Khawatir perang menjalar jauh, Amerika Serikat melancarkan kecaman keras terhadap Vietnam, dan langsung mengirimkan peluru kendali antiserangan udara howitzer 155 mm, serta amunisi ke Bangkok. Tersengat oleh pengiriman bantuan itu, Deputy Menlu Uni Soviet Mikail Kapitsa, yang berkunjung ke Singapura, pekan silam, balas mengancam. "Jika ASEAN terus mendukung perjuangan Republik Demokratik Kampuchea (RDK), maka Vietnam akan membalasnya dengan mengirimkan senjata kepada para pemberontak di negara-negara ASEAN," katanya. Menanggapi pernyataan Kapitsa, Malaysia menegaskan mereka akan terus mengusahakan penyelesaian politik untuk krisis Kampuchea. "Tapi Malaysia, juga negara ASEAN lainnya, tetap tidak bisa menerima kehadiran pasukan asing di satu negeri dan membentuk rezim boneka di sana," ujar PM Malaysia Mahathir Mohammad. Ia menambahkan dengan cara serupa Uni Soviet, sesudah menguasai Afghanistan dan beberapa negara di Afrika, nampak berambisi menyerbu kawasan ini. Sekitar 4.000 pemuda UMNO, partai yang memerintah di Malaysia sekarang, turun ke jalan menyokong pernyataan Mahathir. Mereka membawa slogan-slogan mengutuk Soviet dan Vietnam yang merambah Kampuchea. Pemimpin pemuda UMNO Anwar Ibrahim membakar bendera Soviet sesudah menyatakan protes terhadap keterangan Kapitsa. Setelah itu para pemuda tersebut bersumpah akan mempertahankan kemerdekaan Malaysia - kalau perlu dengan cucuran darah. Protes juga datang dari enam tentara Vietnam. Selang seminggu sesudah penyerbuan mereka.menyeberangi perbatasan Kampuchea-Thailand dan menyerahkan diri pada satuan tentara Thailand. Keenam prajurit itu berasal dari Batalyon ke-72, Divisi Infantri ke-429, yang pernah menyerbu Sihanoukville. Gubernur Sanuer Molsart dari Provinsi Surin, Thailand menjelaskan prajurit Vietnam itu menyerahkan diri karena mereka sudah jemu bertempur terus-menerus. Sementara itu di Phnom Penh, para Menlu Vietnam, Laos, dan Kampuchea mengadakan pertemuan mendadak. Dalam pernyataan yang dikeluarkan seusai sidang disebutkan Vietnam akan menarik mundur sebagian dari 180.000 tentaranya dari Kampuchea, mulai Mei depan. Tapi diplomat Barat dan Asia meragukan pernyataan itu. "Hanoi menggunakan pendekatan wortel dan tongkat," ucap seorang diplomat. "Satu tangan melecut gerakan perlawanan Republik Demokratik Kampuchea, tangan lain menawarkan keluwesan diplomasi." Penarikan mundur tertara Vietnam dari Kampuchea sebetulnya sudah dicanangkan Menlu Vietnam Nguyen Co Thach, Februari lalu. Tapi canangan itu disambut dinginASEAN. Sebab ketika ditanya mengenai rencana penarikan itu Co Thach selalu menghindar. "Harus ada orang yang menegur Co Thach agar bersungguh-sungguh dengan janji penarikan mundur tentara itu," ujar Menlu Thailand Siddhi Savetsila. Seorang diplomat ASEAN menambahkan: "Hanoi tidak pernah menunjukkan kesediaannya untuk berunding atau bekerja sama." Tidak cuma di Kampuchea, tentara Vietnam bikin gusar. Mereka dituduh Beijing melakukan pula provokasi militer di perbatasan RRC. Kantor Berita Xinhua melaporkan antara 11 sampai 13 April, Vietnam telah menembakkan 413 roket ke arah Koulin di Provinsi Yunnan. Di samping itu juga menembaki daerah Funing. Tanpa menyebut insiden perbatasan itu, PM RRC Zhao Ziyang, yang berkunjung ke Selandia Baru, pekan silam, menyatakan ancaman paling berbahaya di Asia-Pasifik terletak pada Uni Soviet - yang memberi dukungan pada agresi Vietnam ke Kampuchea. Ia juga menyatakan prihatin atas izin yang diperoleh Soviet menggunakan pangkalan militer Teluk Cam Ranh, Vietnam, sebagai imbalan atas dukungan yang diberikannya bagi pembentukan federasi Indochina. Sementara Zhao di Selandia Baru, RRC memberikan balasan setimpal terhadap Vietnam. "Serangan balasan pasukan perbatasan Cina merupakan teguran atas kesombongan penguasa Vietnam," tulis surat kabar terkemuka Harian Rakyat. "Sekaligus peringatan keras terhadap ambisi hegemoni regional Hanoi." Tak disebutkan korban yang jatuh dari serangan yang dilakukan RRC. Vietnam sampai Minggu dilaporkan tenang-tenang saja menerima berita serbuan artileri RRC itu. Tapi diplomat asing di Hanoi meramalkan Vietnam pasti tidak akan tinggal diam. Sebelum ini RRC dan Vietnam pernah baku tembak di perbatasan pada tahun 1979.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus