Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Di Bawah Generasi Magelang

Peringatan ulang tahun kopassandha ke-31, banyak pejabat teras hankam yang berasal dari pasukan ini.

23 April 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HARI itu 16 April 1983 warna loreng mendominasi lapangan Kopassandha di Cijantung, Jakarta Timur. Upacara terlambat sejam, karena KSAD Letjen Rudini pagi itu harus lebih dahulu menjadi inspektur upacara timbang terima Pangdam VI/Siliwangi- keduanya kebetulan berasal dari Kopassandha - dari Letjen Yogie Memet kepada Mayjen Eddy Sudradjad. Pangab Jenderal L.B. Moerdani, yang memulai karirnya di RPKAD, hadir membacakan pidato Presiden Soeharto. Hadir juga beberapa tokoh RPKAD lainnya antara lain Letjen (Pur) Sarwo Edhie Wibowo, komandan ke-6 RPKAD yang kini Irjen Deplu, Irjen Hankam Letjen Gunawan Wibisono, Asisten Operasi Hankam Mayjen Soeweno dan Kepala Bagian Perbekalan Hankam Mayjen Dading Kalbuadi. Bekas komandan Kopassandha lain seperti Jenderal (Pur) Widjojo Sujono dan Letjen (Pur) Witarmin tidak tampak. Dalam usianya yang 31 tahun, Komando Pasukan Sandi Yudha tampaknya makin mantap. Semakin banyak pejabat teras Hankam yang berasal dan pasukan elite ini, termasuk perwira generasi muda seperti Mayjen Eddy Sudradjad dan Pangdam XIV/Hasanuddin Brigjen Soetedjo. Kesatuan Baret Merah ini tercatat ikut serta dalam hampir semua operasi tempur ABRI, terakhir Operasi Pembebasan Woyla pada 1981 yang terkenat itu. Pada usianya yang ke-31 itu pula Kopassandha kembali dipimpin perwira generasi muda. Pada 6 April lalu Kol. Wismoyo Arismunandar, 43 tahun, lulusan AMN 1963, dilantik sebagai Danjen Kopassandha ke-9 menggantikan Letjen Yogie Memet. Sehari sebelumnya Kol. Kuntara, 43 tahun, lulusan AMN 1963, dilantik sebagai wakil Danjen menggantikan Mayjen Sudjasmin. Sedang komandan operasi pembebasan Woyla Kol. Sintong Pandjaitan, 42 tahun, dilantik sebagai Komandan Pusat Pendidikan Sandhi Yudha Lintas Udara di Batujajar, Jawa Barat. Inilah pertama kali lulusan akademi terkenal di Magelang, kini Akabri, menjadi pucuk pimpinan Kopassandha. Gagasan membentuk pasukan khusus muncul di benak Letkol. Slamet Riyadi pada 1950, tatkala sebagai panglima operasi menumpas pemberontakan RMS di Maluku. Ia terkesan pada kemampuan pasukan istimewa RMS: Baret Merah dan Baret Hijau yang ulet. Sekalipun Slamet Riyadi kemudian gugur, gagasannya tidak lenyap. Panglima Siliwangi Kol. Kawilarang dibantu Mayor Moch. Idjon Djanbi pada 16 April 1952 membentuk Kesatuan Komando TT.III/Siliwangi dengan Idjon Djanbi sebagi komandan. Pada 18 Maret 1953 kesatuan ini diserahterimakan kepada MBAD, dan diubah namanya menjadi Korps Komando AD (KKAD). Dua tahun kemudian diganti namanya menjadi Resimen Pasukan Komando AD, latu pada 1959 diubah lagi menjadi nama yang begitu lekat pada masyarakat: Resimen Para Komando AD (RPKAD). Barulah pada 1971 nama Kopassandha lahir. Kini pasukan ini memiliki 2 grup Para Komando di Serang aawa Barat) dan Sulawesi Selatan, serta 2 grup Sandhi Yudha, di Cijantung dan Kartasura Jawa Tengah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus