PRESIDEN Mesir Husni Mubarak bikin kejutan. Ia menuduh sebuah
negara Arab telah menawarkan petrodollarnya, dalam jumlah
milyaran, asal Mesir mau menghapus bagian perjanjian Camp David
(1978) yang membahas masalah otonomi Palestina. Mubarak tidak
menjelaskan negeri mana yang menawarkan "suapan" tersebut.
Tetapi beberapa pengamat menduga Libya, salah satu dari lima
negara Timur Tengah berhaluan keras, yang mencoba lagi
membuyarkan perjanjian Camp David. "Kami kontan menolak, dan
pasti akan tetap menolak tawaran semacam itu," ujar Mubarak.
"Sebab, itu melanggar komitmen. Dan Mesir tidak mau kehilangan
kredibilitasnya hanya karena hal tersebut," tambahnya.
Mubarak mengungkapkan hal ini, pekan lalu, seusai lawatan resmi
10 hari ke lima negara Asia--RRC, Korea Utara, Jepang, Indonesia
dan Pakistan. Ia juga menguraikan akibat-akibatnya bila Mesir
menerima tawaran tersebut. Negara Arab berhaluan keras akan
menjadi lunak kepada Mesir. Tapi Uni Soviet diduga akan mendekat
lagi - setelah hubungan kedua negara renggang sejak 1972. Di
samping itu Amerika Serikat akan mengancam menghentikan bantuan
ekonomi dan militernya kepada Mesir.
Israel jelas gembira. Dengan tidak adanya komitmen Camp David,
mereka akan bisa berbuat sesuka hati membangun di Tepi Barat -
yang direncanakan untuk pemukiman bangsa Palestina. Dan Mesir
bisa terlibat lagi dalam kancah pergolakan Timur Tengah.
Tuduhan Mubarak itu dalam koran setengah resmi Al-Ahram. Dan
mereka menambahkan "kami tahu pasti bahwa ada empat kelompok
pejuang Palestina yang menerima uang dari Qaddafi." Al-Ahram
menyebut jumlah US$ 7 juta yang diterima tiap kelompok, namanya
tidak disebutkan, untuk sekadar bersikap "keras kepala dan
menolak rencana perdamaian Reagan."
Mengungkit-ungkit masalah Camp David sama dengan membuka luka
lama bagi Mesir. Sebab perjanjian damai Mesir-Israel itu telah
membuat mereka dikucilkan dari dunia Arab - politik maupun
ekonomi.
Setelah Presiden Anwar Sadat terbunuh, Oktober 1982, banyak yang
menduga Mubarak akan mendekatkan Mesir kembali ke Liga Arab. Dia
dianggap lebih "lunak" dari pendahulunya. Karena tidak lagi
melontarkan kata-kata tajam terhadap negara tetangganya -
kecuali tuduhan terhadap Organisasi Pembebasan Palestina (PLO)
menerima uang dari Libya yang dimuat A1Ahram beberapa hari
berselang. Dengan mengungkapkan soal PLO dan usaha pembatalan
perjanjian Camp David, tampak Mubarak, yang pernah menyebut
dirinya "Sadat baru", telah membuat negara-negara Liga Arab
kecele.
Tuduhan terbuka Mubarak di Al-Ahram belum ditanggapi PLO maupun
Libya. Pemimpin PLO Yasser Arafat, setelah berunding dengan Raja
Hussein dari Yordania, akhir minggu lalu terbang ke Bulgaria
untuk mencari dukungan bagi perjuangannya. Tapi Arafat, yang
pernah menuduh Sadat telah mengorbankan Yerusalem untuk
mendapatkan Sinai, diduga akan membalas tuduhan Mubarak dengan
menggagalkan keinginan Mesir bergabung kembali ke Liga Arab.
Akan Libya diperkirakan akan meningkatkan bantuan kepada
lawan-lawan Mubarak di dalam negeri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini