Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Lampu Kuning Mubarak

Salah satu negara timur tengah (libya) menawarkan petro dollar kepada mesir, apabila mesir mau membatalkan sebagian isi perjanjian camp david. (ln)

23 April 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PRESIDEN Mesir Husni Mubarak bikin kejutan. Ia menuduh sebuah negara Arab telah menawarkan petrodollarnya, dalam jumlah milyaran, asal Mesir mau menghapus bagian perjanjian Camp David (1978) yang membahas masalah otonomi Palestina. Mubarak tidak menjelaskan negeri mana yang menawarkan "suapan" tersebut. Tetapi beberapa pengamat menduga Libya, salah satu dari lima negara Timur Tengah berhaluan keras, yang mencoba lagi membuyarkan perjanjian Camp David. "Kami kontan menolak, dan pasti akan tetap menolak tawaran semacam itu," ujar Mubarak. "Sebab, itu melanggar komitmen. Dan Mesir tidak mau kehilangan kredibilitasnya hanya karena hal tersebut," tambahnya. Mubarak mengungkapkan hal ini, pekan lalu, seusai lawatan resmi 10 hari ke lima negara Asia--RRC, Korea Utara, Jepang, Indonesia dan Pakistan. Ia juga menguraikan akibat-akibatnya bila Mesir menerima tawaran tersebut. Negara Arab berhaluan keras akan menjadi lunak kepada Mesir. Tapi Uni Soviet diduga akan mendekat lagi - setelah hubungan kedua negara renggang sejak 1972. Di samping itu Amerika Serikat akan mengancam menghentikan bantuan ekonomi dan militernya kepada Mesir. Israel jelas gembira. Dengan tidak adanya komitmen Camp David, mereka akan bisa berbuat sesuka hati membangun di Tepi Barat - yang direncanakan untuk pemukiman bangsa Palestina. Dan Mesir bisa terlibat lagi dalam kancah pergolakan Timur Tengah. Tuduhan Mubarak itu dalam koran setengah resmi Al-Ahram. Dan mereka menambahkan "kami tahu pasti bahwa ada empat kelompok pejuang Palestina yang menerima uang dari Qaddafi." Al-Ahram menyebut jumlah US$ 7 juta yang diterima tiap kelompok, namanya tidak disebutkan, untuk sekadar bersikap "keras kepala dan menolak rencana perdamaian Reagan." Mengungkit-ungkit masalah Camp David sama dengan membuka luka lama bagi Mesir. Sebab perjanjian damai Mesir-Israel itu telah membuat mereka dikucilkan dari dunia Arab - politik maupun ekonomi. Setelah Presiden Anwar Sadat terbunuh, Oktober 1982, banyak yang menduga Mubarak akan mendekatkan Mesir kembali ke Liga Arab. Dia dianggap lebih "lunak" dari pendahulunya. Karena tidak lagi melontarkan kata-kata tajam terhadap negara tetangganya - kecuali tuduhan terhadap Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) menerima uang dari Libya yang dimuat A1Ahram beberapa hari berselang. Dengan mengungkapkan soal PLO dan usaha pembatalan perjanjian Camp David, tampak Mubarak, yang pernah menyebut dirinya "Sadat baru", telah membuat negara-negara Liga Arab kecele. Tuduhan terbuka Mubarak di Al-Ahram belum ditanggapi PLO maupun Libya. Pemimpin PLO Yasser Arafat, setelah berunding dengan Raja Hussein dari Yordania, akhir minggu lalu terbang ke Bulgaria untuk mencari dukungan bagi perjuangannya. Tapi Arafat, yang pernah menuduh Sadat telah mengorbankan Yerusalem untuk mendapatkan Sinai, diduga akan membalas tuduhan Mubarak dengan menggagalkan keinginan Mesir bergabung kembali ke Liga Arab. Akan Libya diperkirakan akan meningkatkan bantuan kepada lawan-lawan Mubarak di dalam negeri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus