Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kompleks apartemen sederhana yang berdinding bata merah itu diberi julukan Center for Rebel Hell oleh pemerintah Myanmar. Terletak di Jalan Rockville, Maryland, dan dinaungi pepohonan rindang, apartemen itu dihuni puluhan aktivis Myanmar. Bertahun-tahun hidup dalam pengasingan, di mata junta militer, merekalah pemberontak. Dr. Sein Win, Perdana Menteri Pemerintah Koalisi Uni Burma (NCGUB), adalah salah seorang dari mereka. Dari Washington, ibu kota Amerika Serikat, Sein Win dan beberapa anggota parlemen yang terpilih pada pemilihan umum Mei 1990 melakukan perlawanan terhadap rezim militer yang dikendalikan trio Jenderal Than Shwe, Jenderal Khin Nyunt, dan Jenderal Maung Aya.
Keputusan membentuk pemerintah di pengasingan diambil Sein Win, 57 tahun, setelah rezim militer Myanmar tidak mengakui pemilu yang dimenangi National League for Democracy (NLD), partai yang dipimpin Aung San Suu Kyi. ''Kami harus membuktikan bahwa kami legal, mereka ilegal," kata Sein Win, saudara sepupu Suu Kyi itu.
Menentang junta militer berarti pengorbanan. Sein Win harus meninggalkan istrinya yang saat itu hamil tua. Ia pun belum pernah melihat anak perempuannya, yang kini berusia sembilan tahun. Hanya foto gadis kecil ini dan sang istridiselundupkan lewat perbatasan Myanmar-Thailandyang tersimpan di dompet dan dibawa ke mana-mana. ''Saya selalu ingin pulang, tapi tidak bisa sebelum semua ini selesai," kata Sein Win sambil menunjukkan foto-foto itu.
Tapi, jalan pulang masih terentang panjang. Pemerintah militer Myanmar belum menunjukkan tanda-tanda ingin berunding dengan aliansi kekuatan demokratik di bawah Sein Win dan kelompok-kelompok etnik. Padahal, perundingan tiga pihakdiusulkan oleh NCGUBmerupakan satu-satunya penyelesaian konflik dengan cara damai. ''Keinginan militer hanyalah mempertahankan kekuasaan dengan cara apa pun," kata Sin Wein seraya menghela napas panjang.
Walaupun menghadapi jalan buntu, Sein Win kini mempersiapkan sebuah pemerintahan transisi. Menurut Sein Win, dalam proses pergantian pemerintahan, yang paling lemah adalah tenaga administrasi yang mendukung penyelenggaraan negara. ''Kalau saat itu datang, kami siap mendukung Suu Kyi dengan kekuatan penuh," kata Sein Win. Bagaimanapun, laki-laki sederhana yang murah senyum ini yakin, kekuatan demokratis akan menang.
Dua minggu lalu, Bina Bektiati dari TEMPO sempat berbincang dengan Sein Win, doktor matematika dari Universitas Hamburg, di kantornya di Washington, DC. Kantor ini adalah pemberian dari sebuah serikat pekerja di AS. Petikannya:
Bagaimana kisah Anda keluar dari Myanmar?
Saya memulai masa pelarian sejak Oktober 1990. Setelah pemilihan umum, Mei 1990, yang jelas tidak diakui oleh pihak militer, keadaan mulai kacau. Militer menangkap anggota parlemen yang terpilih serta para aktivis.Saat itu kami masih ada di perbatasan Myanmar-Thailand, di dekat daerah permukiman suku Karen. Pada 1991-1992 kami biasa ke luar negeri, terutama ke New York, tempat sebagian besar perundingan tentang nasib Myanmar berlangsung, lalu kembali masuk Myanmar melalui perbatasan. Hal itu berlangsung hingga 1993. Setelah itu, saya tidak bisa kembali ke Myanmar karena penjagaan semakin ketat. Sejak September 1993 itulah saya memutuskan tinggal di Washington.
Bagaimana NCGUB terbentuk?
Beberapa anggota parlemen hasil pemilu bertemu secara rahasia di Manerplaw (salah satu kota di Myanmar), untuk membicarakan perkembangan waktu itu. Keputusannya adalah mengirim beberapa dari kami ke luar negeri dalam upaya membentuk pemerintahan sipil yang profesional pada Desember 1990.
Apakah Aung San Suu Kyi ikut dalam pertemuan itu?
Tidak, dia dalam status tahanan rumah.
Tapi dia memperoleh semua informasi tentang pertemuan itu?
Well, waktu itu kami sama sekali tidak dapat berkomunikasi dengannya.
Berapa banyak anggota parlemen yang keluar dari Myanmar?
Sebenarnya, rencana kami tidak berjalan baik. Pada saat itu hanya ada delapan orang yang bisa keluar, tapi hingga sekarang mungkin sudah mencapai 20-an.
Apa alasan Anda dan rekan-rekan anggota parlemen membentuk pemerintahan tandingan?
Setelah kami tahu bahwa pihak militer tidak akan menghormati hasil Pemilu 1990, kami mengambil sikap. Soalnya, pihak militer mencoba meyakinkan dunia bahwa kamilah pihak yang kalah. Sebaliknya, kami harus meyakinkan dunia bahwa merekalah pihak yang kalah itu.
Apa agenda NCGUB?
PBB sudah menerima usul penyelesaian konflik di Myanmar pada 1991 (dalam perundingan tripartit antara Democratic Alliance of Burma, kekuatan etnis, dan militer). Kami juga sudah mengampanyekan opsi kita ke Eropa, Amerika Serikat, dan Asia. Kami berupaya mendapat dukungan internasional sebanyak mungkin, agar pemerintah militer Myanmar mengubah perilakunya.
Bagaimana hasilnya?
Sampai sejauh ini, gerakan kami, baik di perbatasan maupun di mancanegara, semakin kuat. Kebijakan aliansi kami mulai berpengaruh di tingkat pengambilan keputusan internasional. Contohnya, PBB, AS, dan beberapa negara Eropa sudah menerapkan hal itu terhadap pemerintah militer Myanmar. Bank-bank investasi di AS melarang investasi baru ke Myanmar. Mereka semakin terisolasi.
Pernahkah pihak Anda atau PBB membicarakan soal keterlibatan yang lebih nyata, misalnya pengiriman pasukan berbendera PBB?
Tidak pernah. Kami lebih mementingkan dialog, dan PBB sudah mengangkat seorang pejabat khusus yang mengurus soal perkembangan perundingan.
Mengapa soal Myanmar tidak terlalu menarik perhatian internasional, tidak seperti Kosovo dan konflik Israel-Palestina?
Mungkin karena situasi di Kosovo lebih buruk. Memang, di Myanmar juga buruk, tapi masih terbatas pada ukuran nasional. Posisi geopolitik Myanmar tidak sepenting Kosovo, Timur Tengah, terutama di mata AS dan Eropa. Myanmar begitu jauh dari mereka. Tampaknya, kami harus lebih kuat menekan agar mampu merebut perhatian lebih besar dari dunia internasional.
Apa masalah yang paling krusial di dalam negeri?
Situasinya sangat serius. Walaupun militer memerintah, sebenarnya mereka tidak benar-benar memerintah. Apalagi kondisi ekonomi dan sosial begitu buruk. Begitu juga kelompok etnik yang ada, mereka tidak patuh pada pemerintah. Masalah perdagangan obat bius dan HIV (virus pelumpuh imunitas) turut menggerogoti ketahanan pemerintahan militer.Selain itu, kesenjangan kaya-miskin sangat lebar. Kelompok militer kaya raya karena mendapat uang dari perdagangan obat bius dan privileges lainnya. Masalah kelompok etnis yang tidak puas dengan pemerintah militer juga menjadi sumber konflik yang makin panas.
Apa pelanggaran hak asasi yang terburuk: pembunuhan, penyiksaan, pemerkosaan, atau pembunuhan etnis .
Well, macam-macam . Pada intinya, militer itu melakukan apa pun seenaknya sendiri. Mereka sangat brutal.
Kalau demikian buruk citra militer, mengapa anak-anak muda tertarik untuk bergabung?
Karena fasilitas. Hanya militer yang punya fasilitas bagus. Mereka tak perlu khawatir akan kelaparan. Kalau orang tidak bergabung dengan militer, mereka khawatir akan makan apa keesokan harinya.Tapi belakangan ini ketertarikan untuk ikut militer berkurang. Disiden ke perbatasan makin banyak. Selain itu, elite militer sudah tidak punya cukup sumber untuk membiayai pasukan, sehingga mereka harus mencari penghasilan sendiri, misalnya dengan merampok.
Apakah ada sekelompok orang di kalangan militer yang menaruh perhatian untuk berunding?
Saya tidak yakin.
Tapi, apakah mereka tidak bisa diam-diam bergerak untuk melawan?
Oh, itu sangat sulit karena intel ada di mana-mana. Namun, kami yakin bahwa NLD bisa mendapat dukungan dari sebagian militer, karena dalam Pemilu 1990, NLD menang di daerah yang didominasi militer.
Tidakkah Anda bisa kontak dengan kelompok militer yang potensial mendukung?
Sangat sulit karena tentara itu sangat sulit mempercayai orang lain. Dan bagi yang sudah disiden, mereka harus berpindah-pindah agar tidak tertangkap.
Apakah sanksi yang diterapkan itu tidak berdampak hingga kini?
Ya, sulit dikatakan. Yang saya tahu, pemerintah AS melarang penanaman modal baru. Tapi perusahaan yang sudah beroperasi di Myanmar seperti UNOCAL (bergerak di bidang pertambangan minyak) juga bergeming.
Tidak ada perhatian sedikit pun terhadap apa yang terjadi di Myanmar dari UNOCAL?
Tampaknya tidak. Kami pernah bertemu dengan pihak UNOCAL. Alasan mereka adalah tidak dapat mengingkari kontrak yang sudah disepakati.
Apakah Anda pernah memprediksi, kapan kesepakatan damai bisa diwujudkan?
Tidak.
Masih banyak persoalan setelah terwujud pemerintahan baru, seperti perbedaan kepentingan antarkelompok etnis .
Ya, karena itulah kami benar-benar mempersiapkan diri untuk mengatur pemerintahan. Dan saya yakin, Suu Kyi bisa menjadi perekat untuk mengatasi semua perbedaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo