Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Matilah sang diktator.” Teriakan itu begitu menggema di Universitas Amir Kabir, Teheran. Dan yang ditunjuk sebagai diktator tidak lain adalah Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad, yang berkunjung ke universitas ternama itu pekan lalu.
Ini pertama kali Ahmadinejad menghadapi aksi besar-besaran mahasiswa. Ahmadinejad baru saja duduk di pucuk negeri itu sekitar satu tahun—baru resmi dilantik 24 Juni. Tapi para mahasiswa cepat—mungkin juga terlalu cepat—membaca: betapa suramnya masa depan negeri itu. Mereka menunjuk: kebebasan sipil dibatasi, sedangkan pemerintah sibuk mengurusi soal nuklir berikut pertikaiannya dengan Barat ketimbang memperbaiki kondisi ekonomi.
Iran, yang berpenduduk 69 juta jiwa, menghadapi sejumlah masalah ekonomi. Tingkat pertumbuhan (4,8 persen) di bawah target enam persen. Juga tingkat pengangguran tahun ini mencapai 16 persen (bandingkan dengan angka 11,2 persen tahun 2004).
Para mahasiswa Amir Kabir kini menampik Ahmadinejad. Sebuah demonstrasi kecil sempat meletup, 11 Desember lalu. Aksi itu mendorong Ahmadinejad untuk membuka dialog dengan para mahasiswa, kelompok yang merasa semakin dijauhkan dari dunia politik. Ahmadinejad datang ke kampus, tapi para mahasiswa malah mengusirnya. Mereka mengusung poster gambar Ahmadinejad dengan cara terbalik. Tiga di antaranya hangus terbakar.
Universitas Amir Kabir selalu menjadi indikator bangkitnya gerakan mahasiswa. Kampus ini basis gerakan mahasiswa selama Revolusi Islam Iran, Februari 1979. Di tempat inilah mahasiswa juga merencanakan menyandera dan menguasai kedutaan besar di Teheran, November 1979. Untuk mengendalikan kampus ini, Ahmadinejad menunjuk Alireza Rahai sebagai rektor. Sebelumnya dia juga menutup pusat jaringan perkumpulan mahasiswa Islam di seluruh Iran. Dia juga memaksa 100 profesor liberal pensiun. Sedikitnya 70 aktivis dipecat, dua dipenjara, dan 30 lainnya mendapat peringatan.
”Saya pikir apa yang terjadi di Amir Kabir sangat penting dan tanda yang membahayakan (Ahmadinejad). Mahasiswa menjadi aktif kembali,” kata Alireza Siassirad, mantan koordinator politik mahasiswa. Tapi pandangan para analis politik tidak berhenti di situ. Hasil pemilu barusan menunjukkan popularitas kalangan konservatif merosot. Bahkan dalam pemilihan Dewan Kota Teheran—ingat, Ahmadinejad juga mantan Wali Kota Teheran—kalangan reformis-moderat unggul dibanding kon-servatif. Kubu reformis dan moderat digalang pesaing Ahmadinejad selama pemilu presiden 2005, yakni bekas presiden Akbar Hashemi Rafsanjani dan Wali Kota Teheran Mohammad Bagher Ghalibaf. Kemenangan kaum reformis lebih besar lagi di dalam Majelis Ahli (Majlis-e-Khubregan), badan yang tugasnya mengawasi pemimpin tertinggi Iran.
Pemilihan itu memang tidak akan langsung berpengaruh pada kebijakan pemerintah. Dewan ini hanya menyoroti urusan rumah tangga kota masing-masing. Namun, hasil pemilu tersebut diharapkan bisa membuat Ahmadinejad lebih memperhatikan masalah pengangguran dan masalah ekonomi.
Jalan Ahmadinejad masih panjang. Masih ada waktu tiga tahun sebelum masa jabatannya berakhir. Jika ada yang tidak beres dengan soal nuklir, bisa diperkirakan kalangan reformis akan cepat mengecam: konfrontasi dengan Barat hanya usaha mengalihkan perhatian dari masalah sesungguhnya: ekonomi. Tapi harus diingat, tekanan internasional yang terlalu keras boleh jadi akan menyentuh harga diri bangsa Iran, dan kedua kubu yang berseberangan itu akan melupakan perbedaan untuk menghadapi musuh bersama: Barat.
Ahmad, seorang mahasiswa yang ikut berdemonstrasi di Universitas Amir Kabir menentang Ahmadinejad, punya pendapat yang mungkin mewakili masyarakat umum di sana. ”Program nuklir adalah hak kami. Tapi kami khawatir akan membawa kerusakan daripada kebaikan,” katanya.
Yandi M. Rofiyandi(NYT, Persianjournal, AP, BBC)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo