Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Dua bom Mobil Meledak di Ibu Kota Ekuador, Polisi Disandera Narapidana

Dua bom mobil meledak dan puluhan polisi disandera, sehari setelah razia senjata digelar di penjara Ekuador.

1 September 2023 | 10.31 WIB

Petugas pemadam kebakaran sedang mengerjakan sisa-sisa sebuah mobil, yang menurut pihak berwenang berisi dua tangki bensin dan kemudian meledak ketika tersangka membakarnya, tampaknya menargetkan lembaga penjara SNAI Ekuador, di Quito, Ekuador 31 Agustus 2023. REUTERS/Karen Toro
Perbesar
Petugas pemadam kebakaran sedang mengerjakan sisa-sisa sebuah mobil, yang menurut pihak berwenang berisi dua tangki bensin dan kemudian meledak ketika tersangka membakarnya, tampaknya menargetkan lembaga penjara SNAI Ekuador, di Quito, Ekuador 31 Agustus 2023. REUTERS/Karen Toro

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Ledakan dua bom mobil yang ditargetkan pada lembaga penjara Ekuador SNAI mungkin terjadi sebagai respons terhadap operasi keamanan pemerintah di penjara minggu ini, kata Presiden Guillermo Lasso dan seorang pejabat tinggi keamanan pada Kamis, 31 Agustus 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ledakan semalam di ibu kota – satu di gedung yang dulu digunakan oleh SNAI dan satu lagi masih digunakan oleh badan tersebut – menyebabkan beberapa kerusakan eksterior pada gedung kedua dan menyebabkan 10 orang ditangkap. Tidak ada cedera.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

“Ada aksi kekerasan seperti yang terjadi pada dua mobil yang dibakar di Quito tadi malam, jelas itu reaksi atas sebuah aksi. Aksi menegakkan ketertiban di penjara, reaksi untuk mengintimidasi,” kata Lasso pada acara perumahan di provinsi Los Rios.

Lasso mengatakan di X, jaringan media sosial yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, bahwa operasi di penjara Cotopaxi pada Rabu dimaksudkan untuk menyita senjata, amunisi dan bahan peledak. SNAI tidak berkomentar.

Lasso, yang menyerukan pemilihan umum dini di tengah upaya pemakzulan terhadap dirinya, telah banyak dikritik karena gagal mengendalikan meningkatnya kekerasan di jalanan dan kerusuhan penjara yang mengakibatkan banyak korban jiwa.

Pertumpahan darah ini diperparah dengan pembunuhan calon presiden yang anti-korupsi, Fernando Villavicencio, pada awal Agustus.

Enam tersangka, lima warga Ekuador dan satu warga Kolombia, ditangkap atas serangan pertama dan empat lainnya ditangkap atas ledakan kedua, kata pihak berwenang. Kewarganegaraan mereka yang termasuk dalam kelompok kedua tidak diberikan.

Sebagian besar dari mereka yang ditahan memiliki catatan kriminal, kata Menteri Dalam Negeri Juan Zapata kepada wartawan pada Kamis, dan menambahkan bahwa tiga orang ditangkap karena perampokan dua minggu lalu namun kemudian dibebaskan oleh hakim.

“Sebagai sebuah negara, kita harus bertanya kepada beberapa hakim, Berapa lama kita harus terus menanggung impunitas?” kata Zapata.

Penjaga penjara dan polisi disandera di penjara Turi di Cuenca, kata polisi, membenarkan komentar sebelumnya yang dibuat oleh Menteri Keamanan Wagner Bravo.

Bravo juga mengatakan ledakan di Quito mungkin terkait dengan pemindahan tahanan. Perpindahan pemimpin geng sebelumnya telah menyebabkan kerusuhan di penjara-penjara Ekuador.

Para tahanan di lembaga pemasyarakatan di kota Cuenca, Ekuador, menyandera 50 penjaga dan tujuh petugas polisi, kata Menteri Dalam Negeri Juan Zapata, Kamis.

“Kami mengkhawatirkan keselamatan para petugas kami,” katanya pada konferensi pers di ibu kota, Quito.

Penyanderaan Polisi

Penyanderaan massal terjadi sehari setelah ratusan tentara dan petugas polisi melakukan operasi pencarian senjata, amunisi dan bahan peledak di salah satu lembaga pemasyarakatan utama negara itu, di kota Latacunga di Andean di selatan.

Seperti dilansir AFP, SNAI mengatakan pada hari sebelumnya bahwa penyanderaan adalah pembalasan atas operasi tersebut. Namun pihak berwenang kemudian mengatakan hal itu sebagai protes atas pemindahan narapidana ke penjara lain.

Penjara di Ekuador telah menjadi lokasi pembantaian oleh geng-geng saingan yang memiliki hubungan dengan kartel Kolombia dan Meksiko yang telah menyebabkan kematian lebih dari 430 narapidana sejak 2021, sering kali meninggalkan jejak tubuh yang terbakar dan terpotong-potong.

Bulan lalu, kekerasan di penjara Ekuador menewaskan 31 orang hingga pemerintah mengumumkan keadaan darurat 60 hari untuk penjara-penjara di negara itu.

Negara ini, yang hingga beberapa tahun lalu merupakan surga damai di Amerika Selatan yang terletak di antara produsen kokain terbesar di dunia, Kolombia dan Peru, baru-baru ini mengalami kekerasan karena negara tersebut menjadi pusat perdagangan narkoba.

REUTERS

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus