Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Dua Kapal Perang Amerika Lewati Selat Taiwan, Cina Protes Keras

Dua kapal perang Amerika melewati Selat Taiwan untuk menjaga kebebasan kawasan Indo-Pasifik meskipun otoritas Cina memprotes.

27 Februari 2019 | 07.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Washington – Dua kapal perang Amerika Serikat melewati Selat Taiwan pada Senin, 25 Februari 2019. Ini merupakan upaya militer AS untuk meningkatkan frekuensi gerakan melewati perairan strategis di tengah protes dari pemerintah Cina.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca:

 

Manuver ini terjadi seiring Presiden AS, Donald Trump, mengatakan AS dan Cina sangat dekat untuk mengakhiri perang dagang, yang telah berlangsung sejak Juli 2018.

Perang dagang dengan kedua negara saling menaikkan tarif impor berkisar 10 – 25 persen ini berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi global.

Langkah Angkatan Laut AS ini juga terjadi beberapa hari menjelang pertemuan puncak Trump dan pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un, di ibu kota Hanoi, Vietnam.

 

Baca:

 

“Transit kapal perang melewati Selat Taiwan menunjukkan komitmen AS terhadap kawasan Indo-Pasifik yang terbuka dan bebas,” begitu pernyataan dari Armada Pasifik AS seperti dilansir Reuters pada Senin, 25 Februari 2019 waktu setempat.

Kedua kapal perang penghancur ini bernama Stethem dan Cesar Chavez. Kapal melintasi Selat Taiwan, yang memiliki lebar 180 kilometer.

Pemerintah Cina menanggapi aksi ini dengan protes keras. “Kami sangat menentang aksi provokatif AS yang tidak kondusif terhadap perdamaian dan stabilitias di Selat Taiwan,” kata juru bicara Lu Kang dari kementerian Luar Negeri Cina kepada media.

 

Baca:

 

Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan kapal AS pergi meninggalkan selat mengarah ke utara. Militer Taiwan memperhatikan proses lewatnya kapal perang AS dan melihat tidak ada yang luar biasa sehingga tidak perlu dikhawatirkan.

Washington tidak memiliki hubungan formal dengan Taiwan. Namun, AS telah berjanji akan membela Taiwan jika diserang Cina. AS telah menyuplai penjualan senjata senilai US$15 miliar (sekitar Rp200 triliun) kepada Taiwan sejak 2010.

 

Baca:

 

Secara terpisah, kandidat Presiden Taiwan, Eric Chu, menyatakan akan menjalin hubungan lebih erat dengan Cina jika memenangi pemilu pada 2020. Dia akan berhadapan lagi dengan ikumben Tsai Ing-wen, yang memenangi pemilu pada 2016. “Kita akan mencapai kesejahteraan ekonomi untuk seluruh orang Cina lewat kerja sama lintas Selat Taiwan,” kata Chu seperti dilansir Straits Times.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus