SEBUAH foto heroik tampak mencolok dalam sebuah koran di Yerusalem. Foto bertanggal Juni 1967 itu menggambarkan Yitzhak Rabin bersama Jenderal Moshe Dayan dan pasukan militer Israel melangkah tegap memasuki ibu kota Israel. Rabin tampak gagah dengan seragam hijau dan topi baja yang dikenakannya. Sederet tanda jasa dan wing paramiliter yang terpasang di dadanya tampak berkilat diterpa matahari. Foto yang mengingatkan perang kemerdekaan Israel itu menjadi iklan yang cukup efektif bagi Partai Buruh untuk memenangkan pemilu Selasa pekan ini. Setiap warga Israel tahu benar, Perang Enam Hari itu dimenangkan Israel berkat strategi militer yang dibuat Yitzhak Rabin. Dengan dukungan 300.000 tentara yang diambil dari pasukan cadangan Israel, Rabin waktu itu menjadi panglima angkatan bersenjata Israel berhasil merebut Dataran Tinggi Golan dari tangan Suriah, dan menguasai Jalur Gaza serta Jasirah Sinai. Yang tak kalah pentingnya, kawasan Tepi Barat Sungai Yordan jatuh pula ke tangan Israel. Reputasi Yitzhak Rabin yang pernah menggeser kedudukan Golda Meir sebagai perdana menteri Israel, 1974, sangat cemerlang. Operasi pembebasan sandera para penumpang Yahudi di Entebbe, Uganda, merupakan salah satu contoh keberhasilan di bawah kepemimpinannya. Menghadapi pemilu kali ini, pensiunan letnan jenderal berusia 70 tahun itu ikut berkampanye. Di Nasirah, perkampungan Arab terbesar dekat Tel Aviv, Rabin berpidato mengumbar janji selama dua jam. "Kami akan memperkecil perbedaan ekonomi Yahudi dan Palestina," ujarnya. Tak hanya itu. Rabin pun makan siang bersama dengan Ibrahim Namr Hussein, ketua komite wali kota Arab, di rumahnya di Shifa Amr. Diperkirakan, 55.000 pemilih Arab bakal menyumbangkan 2 sampai 3 kursi parlemen bagi Partai Buruh. Bagaimanapun, perlu diingat, warga Palestina di wilayah pendudukan tak dapat melupakan peranan Yitzhak Rabin, yang melakukan kebijaksanaan politik tangan besi untuk menumpas gerakan intifadah pada awal 1987. Di samping berkampanye, Rabin kini juga sibuk menangkal tuduhan Partai Likud bahwa ia kecanduan alkohol. Padahal, ia tak pernah menyentuh minuman keras. Kalau rokok, itu diakuinya, dan memang ia pernah sakit paru-paru gara-gara asap tembakau yang dibakar itu. Bapak dua anak yang beristrikan Yahudi keturunan Jerman ini belakangan dikabarkan lolos dari percobaan pembunuhan oleh seorang tak dikenal, yang diduga orang suruhan Partai Likud. Bisa jadi, itu cara Partai Likud membalas ejekan Partai Buruh bahwa Yitzhak Shamir, ketua Partai Likud, sebagai "si cebol tukang tidur yang impoten". Yang jelas, dalam berbagai pol belakangan ini popularitas Rabin memang di atas Shamir. Dalam pengumpulan pendapat harian Israel Hadashot, misalnya, Shamir hanya memperoleh lebih sedikit dari 44%, sedangkan Rabin meraih hampir 56% suara. Para pengamat Israel memperkirakan, seandainya Partai Likud masih berkuasa, kedudukan Shamir sebagai PM tak akan bertahan lama. "Paling lama setahun," tutur sebuah sumber di kubu Likud. Tapi Shamir sendiri tak keberatan bila ia harus turun panggung. Dan ia sudah punya calon pengganti, yakni Moshe Arens, menteri pertahanan sekarang, salah satu dari tiga pentolan Arens, Menteri Perumahan Sharon, dan Shamir sendiri yang menguasai Likud. Merosotnya pamor Shamir menimbulkan pro dan kontra dalam kubu Partai Likud sendiri. Jurus-jurus setia pada sikap garis keras yang dilancarkan Shamir dalam kegiatan kampanye menyebabkan Partai Likud kehilangan banyak pendukung. "Seharusnya ia sadar, untuk memberi kesempatan bagi generasi muda," tutur sebuah sumber. Karena itu, Menteri Kepolisian Israel Ronni Milo, yang mengepalai kampanye Partai Likud, berniat mengganti Shamir dengan seorang jurkam muda bernama Benny Begin. Tapi perdana menteri Israel berusia 76 tahun yang menduduki jabatannya sejak 1988 itu, yang dikenal keras kepala dan tak mau kompromi dalam Perundingan Damai Timur Tengah, tak mau diganti. Bahkan ia makin gencar berkampanye dengan pidato-pidato yang mengecam Presiden AS George Bush, yang membekukan bantuan AS untuk Israel. "Ia bukan saja membatasi permukiman kaum Yahudi, tetapi juga keberadaan Yahudi secara geografis, untuk memuaskan bangsa Arab yang merasa kehilangan haknya," tuduh Shamir. Inilah contoh gaya kampanye Shamir yang memerosotkan dukungan pada Likud. Yang belakangan ia lakukan dalam kampanyenya adalah membantah isu bahwa kemungkinan akan ada koalisi antara Partai Buruh dan Likud. Dengan tegas, pada harian Maariv yang mewawancarainya, Shamir membantah itu tanpa mengemukakan alasannya: "Pokoknya tak ada kemungkinan membentuk pemerintahan koalisi bila itu dengan Partai Buruh." Mungkin sikap dan watak Shamir terbentuk oleh kekerasan hidup yang dialaminya. Seluruh keluarganya dibantai tentara Nazi Jerman di Polandia, dalam Perang Dunia II. Itu soalnya yang menjadikannya bersikap keras dan tertutup. Untuk yang terakhir itu, Shamir yang konon senantiasa tidur selama lima jam setiap hari ini punya alasan jitu: "Berbicara tentang diri sendiri sama halnya mengungkapkan beberapa fakta pada musuh." DP
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini