PARTAI Buruh tampaknya lebih merebut simpati lewat kampanyenya untuk pemilu Israel Selasa pekan ini. Maka ketika beberapa waktu lalu Yitzhak Rabin, ketua partai itu, menemukan slogan partainya tertulis di sejumlah kondom yang diedarkan, ia marah besar dan memerintahkan mengusut pelakunya. Rabin khawatir perilaku berbau humor itu akan mengurangi popularitas Partai Buruh. Slogan itu kirakira berbunyi: "Yang kecil buang saja." Tak sulit ditebak, "yang kecil" yang dimaksudkan tentulah Perdana Menteri Yitzhak Shamir, ketua Likud yang tingginya hanya sekitar 150 cm, bukannya kondom. Sejak awal Partai Buruh memang lebih kalem karena hanya menampilkan berbagai pidato oleh para pensiunan jenderal. Bandingkan dengan hirukpikuk lagulagu rock dan musik metal yang mengiringi para juru kampanye Likud. Inilah upaya partai berkuasa itu untuk merebut suara anakanak muda. Namun, anehnya, justru kampanye kalem Partai Buruh yang oleh para pengamat dianggap bisa menarik hati generasi muda Israel yang jumlahnya sekitar 10% dari para pemilih keseluruhannya. Soalnya, kelompok muda yang yang terdiri atas 350 ribu anak muda ini konon merasa jenuh dengan janjijanji dan kasus korupsi dalam pemerintahan. Dalam hal masalah dengan orang Palestina, misalnya, pemerintahan Shamir dipandang sangat keras. Tapi anakanak muda itu bertanyatanya, kenapa pemerintahan yang begitu keras itu tak bisa memberi rasa aman kepada mereka. Contoh yang belum lama ini terjadi adalah kasus pembunuhan terhadap Helena Rapp. Gadis berusia 15 tahun ini tewas karena ditusuk oleh Fuad Amarin, seorang anak muda Palestina, ketika menuju sekolahnya bulan lalu. Peristiwa tragis itu masih ditambah lagi dengan tewasnya Shimon Biran, seorang rabi Yahudi yang perutnya dirobek oleh remaja Palestina di dekat Dir AlBalah, salah satu permukiman Yahudi di kawasan pendudukan. Dua peristiwa itu tanpa sebab yang jelas, diduga hanyalah pelampiasan dendam antarbangsa yang sudah berumur puluhan tahun. Di kalangan imigran Yahudi pun, upaya Partai Likud diduga tak begitu memuaskan hasilnya. Padahal Shamir sudah pula berbahasa Rusia, untuk menarik simpati 400.000 imigran Yahudi asal Rusia itu. Lihat saja, diiringi lagu Mars Partai Likud, Yitzhak Shamir muncul di layar televisi dengan mata berbinar dan bibir tersenyum. Lalu katanya, "Dobry vyecher." Itulah ucapan selamat malam dalam bahasanya Boris Yeltsin. Menurut pol pendapat, pamor Partai Likud memang anjlok sampai hanya memperoleh 14% dalam pol yang disebarkan di antara kaum imigran. Angka itu kalah jauh dibandingkan dengan perolehan Partai Buruh yang 43% suara. Merosotnya pamor partai berkuasa di mata kaum imigran itu, menurut para pengamat, karena janji pemerintah Shamir terhadap para imigran tak menjadi kenyataan. Kaum imigran itu ternyata tak begitu mudah mendapat pekerjaan yang sesuai dengan profesi mereka semula. Banyak sarjana terpaksa kerja kasar bukan di bidangnya. Misalnya, seorang insinyur mesin jadi tukang sapu. "Mereka beralih ke Partai Buruh karena frustrasi," tutur Eduard Kuznetzov, redaktur Vremya, harian independen Rusia. Kekecewaan kaum imigran terhadap pemerintahan Shamir tak disiasiakan oleh Partai Buruh. Dalam setiap kampanyenya, Yitzhak Rabin selalu mengingatkan kesejahteraan kaum imigran yang mendapat subsidi sampai 90% di masamasa pemerintahannya 17 tahun silam. Walhasil, simpati untuk Partai Buruh di permukiman imigran diduga tinggi. "Upaya kami hanyalah menekan jumlah itu agar tak semakin besar," kata Michael Kleiner, pemimpin juru kampanye Likud. Caranya dengan membangkitkan rasa nasionalisme Israel di antara kaum imigran, agar mempertahankan wilayah pendudukan, dan untuk itu Likudlah yang bisa diandalkan. Namun, langkah ini pun diperkirakan tak membuahkan hasil maksimum. "Yang mereka butuhkan sekarang ini adalah terbukanya banyak lapangan kerja untuk meningkatkan standar hidup agar lebih layak," kata Aharon Fein, direktur sebuah organisasi pengumpulan pendapat. "Mereka tak mau tahu soal proses perdamaian di wilayah pendudukan," sambungnya. Faktor ekonomi tampaknya begitu mempengaruhi popularitas Likud. Meningkatnya pengangguran menjadi 11,5% tertinggi selama 20 tahun terakhir ini merupakan rezeki nomplok bagi Partai Buruh. "Situasi ekonomi makin hari makin buruk di sini," tutur Shabtai Zizi, salah seorang pedagang ikan yang selalu mendukung Partai Likud. "Besar kemungkinan saya memilih Partai Buruh," ujarnya. Inflasi Israel, lebih dari 20% tiga tahun silam, cenderung makin meningkat. Utang luar negerinya di tahun 1989 sudah mencapai sekitar US$ 24,5 milyar dan pertumbuhan ekonominya hanya 1,8%. Yitzhak Shamir memang terpaksa menjalankan politik tak populer begitu tersandung oleh sikap keras Presiden Bush. Suatu hal yang semula mungkin tak terbayangkan oleh Shamir karena Israel telah dengan patuh menghindari keterlibatannya dalam Perang Teluk yang lalu sesuai dengan permintaan Amerika. Tapi biaya pembangunan permukiman imigran rupanya tetap tak dicairkan karena AS minta pembangunan itu dihentikan. Sedangkan Shamir tak bisa mundur, karena itu merupakan bagian dari politiknya. Bahkan sejak bulan lalu Shamir nekat membangun jalan raya langsung dari Yerusalem ke permukiman imigran Yahudi di Tepi Barat, yang tak melewati permukiman orang Palestina. Tujuannya, membuka jalur yang aman dari gangguan orang Palestian bagi para imigran, untuk menarik simpati para imigran yang sudah banyak kecewa itu. Untuk sementara politik Shamir membuang uang ini ternyata tak memberikan hasil seperti diharapkan. Justru kritik berdatangan. Soal dana untuk permukiman imigran itu misalnya, menurut banyak orang Israel sendiri, lebih bermanfaat digunakan untuk keperluan lain. Apalagi bila dampak politik itu ternyata membuat bantuan dari Amerika dibekukan. Padahal dengan "dana dari AS sebesar US$ 10 milyar, ekonomi Israel bakal tertolong," kata Rafi, seorang bekas tentara Israel yang kini berjualan makanan di pasar. "Banyak uang dihabiskan untuk memerangi intifadah dan menyantuni kaum imigran, sedangkan nasib kami terabaikan," ujarnya. Shamir dan Likud tampaknya kurang memperhatikan perubahan sosial di Israel. Belakangan ini warga Israel, yang cenderung spartan, sosialis, dan mengisolasi diri, telah berubah menjadi masyarakat modern yang konsumtif dan lebih terbuka. Kini setiap rumah memiliki pesawat televisi suatu hal yang memudahkan semangat konsumtif berjangkit. Lalu pembangunan pertokoan juga mempengaruhi sikap masyarakat. Sebuah toko serba berdinding marmar menjulang tinggi di daerah Talpiot, Yerusalem, yang menjual barangbarang elektronik, kosmetika, dan tokotoko makanan selalu dipenuhi pembeli. "Kehidupan di Yerusalem kini sudah seperti New York," tutur seorang turis asing. Mungkin turis yang sudah kesekian kalinya mengunjungi Yerusalem itu terlalu menilai berlebihan. Tapi ia menunjuk bahwa klubklub malam, diskotek, restoran, serta tempattempat minum kini bertebaran dan selalu dipenuhi para mudamudi. Di jalanjalan berseliweran mobilmobil impor dari Jepang dan AS. "Israel adalah negara bagian Amerika ke51," tulis seorang penulis Arab dengan agak sinistis. Tapi mengapa perubahan itu lalu menguntungkan Partai Buruh? Selain soal ekonomi tadi, masyarakat Israel yang kini lebih konsumtif itu konon mulai tak menyukai politik garis keras Likud yang mau menang sendiri. Orang Israel boleh jadi telah dibuat capek oleh intifadah perlawanan dengan batu oleh warga Palestina di wilayah pendudukan yang mulai muncul Desember 1987 yang lalu. Jadi mereka ingin melihat pemerintah Israel punya inisiatif baru untuk menyelesaikan konflik yang seumur dengan lahirnya negeri Israel itu sendiri. Pol yang diadakan oleh Gallup, sebuah lembaga pengumpul pendapat umum, untuk surat kabar Jerusalem Post mendukung dugaan itu. Prioritas isu Israel, menurut responden, adalah keamanan (39%), perundingan damai (22%), ekonomi (10%), dan soal pengangguran (8%). Dan kirakira semua itu lebih bisa dipenuhi oleh Partai Buruh daripada Likud. Shamir terbukti bergeming dari sikap awalnya bahwa wilayah pendudukan harus diisraelkan. Bahkan barubaru ia mengancam akan menahan Hanan Ashrawi, juru bicara delegasi Palestina, yang menemui Yasser Arafat. Undangundang Israel memang malarang orang Palestian di wilayah pendudukan menemui orang PLO. Tapi selama ini polisi Israel hanya memanggil mereka yang dituduh bertemu dengan PLO, dan cuma diinterogasi biasa. Ancama Shamir terhadap Ashrawi bisa memancing campur tangan internasional. "Presiden Bush tak akan membiarkan saya ditangkap," kata Ashrawi kepada wartawan Barat, suatu ketika. Hingga Yitzhak Rabin terheran-heran mengapa lawan politiknya itu tak sedikit pun mau berkompromi. Maka bisa dipahami bila kemenangan Partai Buruh diharapkan oleh banyak negara Arab dan negara lainnya. "Kemenangan partai itu setidaknya akan mengurangi ketegangan di Timur Tengah dan perundingan damai yang kini berlangsung akan berjalan lebih lancar," tulis Imaj Gad, dari Pusat Studi Strategi Politik harian Mesir Al Ahram. Itulah mengapa upaya Shamir menyebarkan ketakutan tampaknya tak bersambut. Shamir selalu mengatakan bahwa Rabin dan Partai Buruhnya akan memberi izin para teroris singgah di Yerusalem dan Tel Aviv. Dalam suasana seperti sekarang ini suara itu mestinya lebih terdengar sebagai untuk kepentingan sendiri daripada masyarakat luas. Didi Prambadi (Jakarta) & Dja'far Bushiri (Kairo)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini