Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Dunia Sepekan

18 Juli 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INGGRIS
Kursi Menteri bagi Boris

PEMERINTAH Inggris berbenah setelah referendum Brexit. Mulai 13 Juli lalu, negeri Ratu Elizabeth II itu tidak lagi dipimpin David Cameron. Mantan Menteri Dalam Negeri Theresa May dipilih menggantikan Cameron, yang mengundurkan diri sebagai perdana menteri.

Di bawah kendali May, 59 tahun, kabinet Inggris juga dirombak. Secara mengejutkan, May menunjuk Boris Johnson sebagai Menteri Luar Negeri. Johnson menggantikan Philip Hammond, yang digeser menjadi Menteri Keuangan.

"Saat meninggalkan Uni Eropa, kita akan membuat Inggris menjadi negara yang mengayomi seluruh warganya," kata May, dalam pernyataan di depan rumah dinas perdana menteri di Downing Street 10, seperti dikutip BBC.

Johnson, 52 tahun, sebelumnya anggota parlemen dari Partai Konservatif. Mantan Wali Kota London ini merupakan tokoh kontroversial yang mempopulerkan Brexit, gerakan yang menyerukan Kerajaan Inggris hengkang dari Uni Eropa.

Johnson dikenal sebagai politikus nyentrik. Ia kerap berkomentar nyeleneh tentang sejumlah pemimpin negara lain. Johnson, misalnya, pernah membandingkan Presiden Rusia Vladimir Putin dengan Dobby, karakter peri dalam film Harry Potter. Ia juga menyebut Presiden Amerika Serikat Barack Obama sebagai "presiden berdarah Kenya".

Pada November 2007, Johnson mengolok Hillary Clinton, yang kini menjadi kandidat Presiden Amerika. "Dia punya rambut yang dicat pirang, bibir cemberut, dan tatapan mata yang dingin, seperti perawat sadistis di rumah sakit jiwa," kata Johnson ketika itu.

SURIAH
Gugatan untuk Bashar al-Assad

KELUARGA almarhum Marie Colvin menggugat pemerintah Suriah, yang dipimpin Presiden Bashar al-Assad. Gugatan dilayangkan di sebuah pengadilan federal di Washington, DC, oleh lembaga Pusat Hukum dan Akuntabilitas atas nama adik dan keponakan Colvin, pada Sabtu pekan lalu.

Dalam dokumen pengadilan yang diperoleh CNN, pemerintah Suriah dituding sengaja membunuh Colvin, wartawan perang asal Amerika Serikat. Colvin, 56 tahun, bersama fotografer Prancis, Remi Ochlik, tewas dalam aksi pengepungan tentara Suriah di Homs pada 4 Februari 2012.

"Serangan itu merupakan bentuk konspirasi oleh pejabat senior rezim Bashar al-Assad," demikian menurut CNN, mengutip isi dokumen. Keluarga Colvin menganggap serangan itu bertujuan membungkam juru warta sebagai bagian dari upaya rezim Assad untuk menggilas kubu oposisi.

Organisasi Reporters Without Borders menyatakan dukungan atas gugatan tersebut. "Kami berharap upaya ini akan menguak kebenaran bahwa para wartawan itu sengaja dibunuh karena mereka memberikan informasi tentang kejahatan tentara Suriah terhadap warga sipil," kata Sekretaris Jenderal Reporters Without Borders Christophe Deloire.

Di Prancis, sebuah penyelidikan juga digelar untuk mengusut serangan yang menewaskan Remi Ochlik dan melukai wartawan lain, Edith Bouvier, itu. Para wartawan tersebut terkena serangan roket yang menyasar pusat media di kawasan Baba Amr, tempat mereka menyiarkan berita penyerbuan pasukan Assad.

PRANCIS
Serangan Teror Truk di Nice

PRANCIS kembali diguncang serangan teror. Kali ini pelaku tidak memakai bom, melainkan truk. Pada Kamis pekan lalu, sedikitnya 84 orang tewas dan 50 terluka terkena serudukan truk di Kota Nice di Prancis selatan. Saat itu ratusan orang tengah menonton pertunjukan kembang api untuk memperingati Bastille Day.

Sejumlah saksi mata mengatakan truk putih itu melintasi Promenade des Anglais, jalan di tepi pantai di Nice selatan. Sambil terus melaju berkelok-kelok, truk itu menggilas orang-orang di depannya hingga sejauh 2 kilometer. Pengemudi truk sempat baku tembak dengan polisi, yang akhirnya bisa melumpuhkannya.

Pelaku serangan diketahui bernama Mohamed Lahouaiej Bouhlel. Pria 31 tahun ini berkewarganegaraan Prancis dan Tunisia. "Bouhel meninggalkan kartu identitasnya untuk menyewa truk," begitu menurut The Telegraph. Polisi juga menemukan senjata api dan granat tangan di dalam truk seberat 19 ton itu.

Seorang polisi menyatakan nama Bouhlel masuk catatan kepolisian karena tindak kriminal. "Dia pernah terlibat aksi kekerasan, menggunakan senjata, tapi tidak memiliki hubungan langsung dengan terorisme," kata seorang sumber kepolisian.

Namun pemerintah Prancis menganggap kejadian di Nice sebagai aksi teror. "Insiden itu memuat semua elemen untuk disebut sebagai serangan teroris," kata Presiden Prancis Francois Hollande. Ia menetapkan masa berkabung tiga hari dan memperpanjang masa darurat nasional, yang diberlakukan sejak serangan teror Paris pada 13 November 2015.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus