Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bekas pejabat intelijen Arab Saudi, Saad Al-Jabri membuat pernyataan mengejutkan dalam wawancara dengan stasiun TV CBS News dalam program 60 Minutes. Al-Jabri menyatakan bahwa Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman atau MBS adalah seorang psikopat. Pangeran MBS disebut sebagai ancaman bagi rakyatnya, Amerika Serikat dan bagi planet ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari CNN, Al-Jabri yang kini tinggal di pengasingan di Kanada juga mengatakan bahwa Pangeran Mohammed bin Salman ingin membunuh Raja Abdullah pada 2014 menggunakan cincin beracun dari Rusia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pernyataan itu diungkapkan Pangeran Mohammed bin Salman kepada sepupunya Mohammed bin Nayef (MBN). "Dia (MBS) mengatakan kepadanya (MBN), saya ingin membunuh Raja Abdullah. Saya mendapatkan cincin racun dari Rusia. Cukup bagi saya untuk berjabat tangan dengannya dan dia akan selesai," kata Al-Jabri.
"Itu yang dia katakan. Entah hanya membual atau tidak, tapi dia (MBS) mengatakan itu dan kami menganggapnya serius," ujar Al-Jabri. Ia mengaku mengetahui hal itu dari rekaman video yang ditontonnya.
Raja Abdullah meninggal pada usia 90 tahun dengan cara yang wajar. Raja Abdullah digantikan oleh saudara tirinya Raja Salman yang naik takhta pada Januari 2015. Raja Salman merupakan ayah dari Pangeran Mohammed bin Salman.
Pangeran Mohammed bin Salman menjadi putra mahkota setelah perebutan kekuasaan dengan sepupunya, Mohammed bin Nayef yang digulingkan dan berada dalam tahanan rumah sejak Juni 2017. Al-Jabri adalah orang dekat Mohammed bin Nayef selama bertahun-tahun sebagai pejabat intelijen Arab Saudi.
Selama wawancara, Al-Jabri juga menuduh MBS berencana membunuhnya di Kanada tiga tahun lalu. Mohammed bin Salman telah memenjarakan dua anak Al-Jabri, Sarah dan Omar di Arab Saudi.
Dalam sebuah pernyataan untuk "60 Minutes," seorang juru bicara pemerintah Kanada mengatakan tidak bisa mengomentari pernyataan Al-Jabri. Arab Saudi juga menolak mengkonfirmasi hal itu.
Namun pihak Kedutaan Arab Saudi di Washington menggambarkan Al-Jabri adalah mantan pejabat yang terlibat korupsi. "Saad Al-Jabri adalah mantan pejabat pemerintah yang mengarang cerita untuk menyembunyikan kejahatan keuangan berjumlah miliaran dolar," demikian bunyi pernyataan itu.
Klaim tersebut telah dibantah oleh Al-Jabri. Dia mengatakan membuka kasus ini karena dua anaknya dipenjara di Arab Saudi. "Saya memohon kepada rakyat Amerika dan pemerintah Amerika untuk membantu membebaskan anak-anak itu dan memulihkan hidup mereka," ujarnya.
CNN
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.